Retardasi Mental Sangat Berat

2.2.2 Retardasi Mental Sedang

Golongan ini memiliki IQ 36-51. Sesudah dewasa IQ mereka setara dengan anak-anak usia 4-7 tahun. Secara fisik mereka tampak “wagu” dan biasanya memiliki sejumlah cacat fisik. Koordinasi motoriknya buruk, sehingga gerakan tangan-kaki maupun tubuhnya tidak luwes. Ada yang agresif dan menunjukkan sikap bermusuhan terhadap orang yang belum mereka kenal. Mereka lamban belajar dan kemampuan mereka membentuk konsep sangat terbatas. Namun mereka trainable atau dapat dilatih. Artinya, bila kasus mereka diketahui secara dini, selanjutnya didampingi oleh orang tua dan mendapatkan latihan secukupnya, mereka dapat cukup mandiri dalam mengurus dirinya, termasuk bisa produktif secara ekonomi, baik dalam perawatan di rumah atau di panti asuhan. 14

2.2.3 Retardasi Mental Berat

Golongan ini memiliki IQ 20-35. Mereka sering disebut “dependent retarded” atau penderita lemah mental yang tergantung. Perkembangan motorik dan bicara mereka sangat terbelakang, sering disertai gangguan penginderaan dan motorik. Mereka dapat dilatih untuk menolong diri sendiri secara terbatas. Mereka juga dapat dilatih untuk melakukan tugas-tugas sederhana, sedangkan untuk semua hal lain yang lebih kompleks mereka sangat tergantung pada pertolongan orang lain. 14

2.2.4 Retardasi Mental Sangat Berat

Golongan ini memiliki IQ kurang dari 20. Mereka sering disebut golongan “life support retarded”, golongan lemah mental yang perlu di sokong secara penuh agar dapat bertahan hidup. Kemampuan adaptasi dan bicara mereka sangat terbatas. Biasanya mereka memiliki cacat tubuh berat dan mengalami patologi pada system saraf pusat mereka, sehingga pertumbuhan mereka sangat terhambat. Pada mereka sering terjadi kejang-kejang, mutisme, ketulian, dan kelainan tubuh lain. Kesehatan mereka cenderung buruk dan rentan terhadap penyakit, sehingga biasanya tidak berumur panjang. 14 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.3 Terdapat beberapa karakteristik keadaan rongga mulut yang ada pada anak dengan sindroma Down. Karakteristik tersebut yaitu anomali kerangka utama yang mempengaruhi struktur orofacial antara lain hipoplasia di pertengahan wajah, dengan jembatan hidung, tulang-tulang wajah pertengahan dan rahang atas yang relatif kecil ukurannya, palatum sempit dan tinggi. Lidah pada anak sindroma Down memiliki masalah seperti makroglossia, lidah yang berfisur, dan pembesaran papilla lidah sehingga pasien mengalami kesulitan berbicara dan pengunyahan. Keadaan Rongga Mulut pada Sindroma Down Bibir bawah tebal, kering, dan pecah-pecah. 13 Gambar 3. Palatum pada sindroma down 15 Maloklusi dari gigi atas dan bawah merupakan kondisi umum pada anak sindroma Down. Faktor yang berperan dalam maloklusi: pernapasan melalui mulut, pengunyahan yang tidak benar, bruxism, openbite anterior, disfungsi temporomandibular joint. Anak sindroma Down biasanya memiliki insisivus lateral yang tidak normal, mahkotanya berbentuk kerucut, pendek, dan kecil. Kehilangan tulang periodontal yang parah sehingga terjadi periodontitis, namun tingkat terjadinya karies gigi sangat rendah. Sering terjadi hipokalsifikasi pada gigi anak sindroma Down. Anak sindroma Down cenderung memiliki gigi dengan akar berbentuk kerucut kecil dan terlambatnya erupsi selama dua sampai tiga tahun. 2,13,15 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.4 Karies pada Anak Sindroma Down