Strategi Pengembangan Bisnis pada Peternakan Bibit Ikan Lele di Kota Binjai (Studi Kasus pada Ternak Lele Asio Jalan Lincun Binjai Barat)

(1)

HASIL WAWANCARA DENGAN PEMILIK PETERNAKAN BIBIT IKAN LELE JALAN LINCUN BINJAI BARAT

ASIO PADA TANGGAL 20 MARET 2015

PERTANYAAN JAWABAN

1. Bagaimana anda me-manajemen bisnis peternakan ikan lele ini ? apakah sudah sesuai dengan perencanaan,

pengorganisasian, pemberian motivasi dan pengendalian?

2. Bagaimana anda menetapkan

keuntungan yang akan menjadi sumber dana dalam menjalankan bisnis ? dan bagaimana sistem pengendalian keuangan di peternakan anda?

3. jenis benih apa saja yang ada di peternakan bibit ikan lele

1. dalam me-manajemen peternakan ini, saya rasa sudah sesuai dengan perencanaan, dimana sebelumnya saya sudah merencanakan untuk membuat peternakan yang dapat mengasup bibit ikan lele sampai keluar kota Binjai. Saya memiliki pekerja agar dapat membantu saya dalam menjalankan bisnis ini, tentunya saya selalu memberikan motivasi kepada karyawan asya untuk selalu bekerjasama dalam bekerja. Pengendalian yang saya lakukan yaitu dengan mengontrol dan mengawasi kegiatan yang ada di peternakan agar semuanya berjalan dengan baik dan mencapai tujuan

2. modal mulanya berasal dari tabungan saya sendiri, penetapan keuntungan saya pertimbangkan dari jenis-jenis benih yang dihasilkan. Untuk pengendalian keuangan saya sendiri yang menganalisisnya, nanti kasir yang mencatat jenis dan harga benih yang terjual, kemudian dilaporkan kepada saya, yah dari situ saya bisa tahu pendapatan bisnis saya ini kemudian jadi sumber dana untuk menjalankan bisnis ini 3. jenis produk yang saya hasilkan


(2)

4. bagaimana dengan lokasi peternakan ? mengapa memilih lokasi ini untuk membuka peternakan bibit ikan lele ?

5. Bagaimana promosi yang dilakukan peternakan bibit ikan lele Asio ?

4. memang lokasi jauh dari pusat kota, alasan memilih lokasi di sini karena peternakan bibit ikan lele membutuhkan luas lahan yang lebih luas dari usaha lain dan dekat dengan sumber air. Potensi lokasi saya lihat menjanjikan karena disekitar tempat saya berusaha banyak peternakan ikan lele yang membutuhkan bibit ikan yang unggul.

5. Awalnya saya hanya memberi tahu dari mulut ke mulut melalui saudara dan juga pelanggan yang sudah pernah membeli bibit saya. Kemudian saya kembangkan menjadi promosi online melalui Blacberry massanger, dimana disini diperlukan sistem

kepercayaan. Saya mencantumkan secara mendetail tentang produk yang saya jual, mulai dari harga, jenis, supaya pembeli tahu walaupun mereka belum liat bibitnya.

6. Darimana pembeli mengetahui peternakan bapak ?

7. bagaimana harga yang ditawarkan pada setiap produk yang dijual ?

6. Tentunya informasi dari mulut ke mulut dan media sosial yang sudah saya ikuti beberapa tahun belakangan ini ?

7. Yah, masalah harga sih sederhana aja, saya hitung biaya produksi yang sudah dikeluarkan mulai dari bahan induk, tenaga kerja dan biaya tidak langsung seperti perawatan, kemudian saya

tambahkan dengan laba yang saya inginkan, dan juga saya melihat


(3)

8. Apakah ada potongan harga untuk produk yang dijual ?

9.Apakah kualitas produk yang ditawarkan sudah memenuhi kebutuhan pelanggan ?

10.Apakah persediaan yang menunjang operasional peternakan sudah

mencukupi ? dan apakah produk yang dicari pelanggan selalu tersedia ? 11.Jenis mesin apa yang sudah bapak

miliki untuk menunjang proses produksi bibit ikan ?

pengusaha bibit yang lain 8. Ya, saya memberikan potongan

harga apabila pembeli memberli dalam partai besar, diskonnya bisa sampai 10 %. Untuk pelanggan yang lama saya juga kasih pengurangan harga walaupun tidak terlalu banyak

9. Ya, saya selalu memperhatikan kualitas bibit-bibit yang saya jual kepada pelanggan agar mereka tidak merasa kecewa, agar pelanggan tidak merasa rugi membeli produk bibit ikan lele ini.

10. Persediaan bibit ikan saya selu banyak dengan jenis ukuran dari yang kecil sampai besar

11. Mesin yang saya pakai ya mesin pompa air, karena mesin ini sangat fital bagi saya agar bisa merawat bibit ikan dan sanitasi kolam terawat dengan baik. Yang sering membuat saya pening kalau harga pakan ikan naik jadi saya terkadang bingung membuat harganya. Disamping mesin pompa, saya juga memiliki tabung sebagai persediaan oksigen. 12. Apakah karyawan memiliki keahlian

dibidangnya masing-masing dan disiplin dalam bekerja ?

12. Karyawan saya lumayan disiplin bekerjanya, disini saya tidak mementingkan keahlian yang spesial, yang penting dia mau bekerja dan rajin, selalu mengikuti peraturan-peraturan yang sudah


(4)

13. Bagaimana Pemesanan dan Persediaan yang diupayakan oleh perusahaan agar produk dapat disampaikan kepada konsumen tepat pada waktunya dan tidak merugikan perusahaan ?

14. Bagaimana cara bapak melakukan pengembangan usaha yang telah digeluti ini?

13. Iyalah, itu ibarat senjata kami dalam berusaha, kalau ga ada senjata gimana mau perang ya, hehe..Saya selalu menghimbau kepada karyawan biar mesin-mesin jangan dibiar-biarkan nanti bisa rusak, kalau sudah siap pakai langsung dilap dan disimpan dengan baik.

14. Saya selalu mencari informasi-informasi terkini agar bibit yang saya jual tidak mengecewakan pembeli, karena bagaimanapun pembeli menginginkan produksi yang mereka hasil dari bibit ini baik dan tinggi, jadi mereka akan merasa untung mengelola

usahanya. Misalnya saya membeli sejenis obat agar bibit yang dihasilkan lebih banyak jantan, karena bibit jantan lebih tinggi produksinya dan cepat

berkembang dibanding betina. 15. Untuk pengembangan usaha bapak,

bagaimana dengan usaha pembesaran ikan lele di kolan sendiri?

16. Apakah ada usaha sejenis disekitar lokasi usaha ?

15. Saya juga ada membuka usaha pembesaran ikan lele. Artinya bibit tetap saya sediakan untuk pembesaran ikan lele yang selalu saya siapkan kolamnya

bersebelahan dengan kolam pembibitan ikan lele. Hasil yang saya peroleh cukup memuaskan karena pemasaran ikan lele tidak pernah tersendat, paling harganya yang turun naik sedikit-sedikit. 16. Disekitar tempat saya berusaha

tidak ada sampai saat ini, paling agak jauh dari Jalan Lincun baru


(5)

17. Apakah ada produk pengganti di lokasi tempat usaha ?

18. Apakah pembeli melakukan tawar menawar saat membeli produk bibit ikan Asio ?

19. Apakah ada ancaman pesaing baru ataupun yang sudah ada ?

17. Saya merasa tidak terancam apabila bibit yang saya kelola tidak habis terjual, karena saya juga menyediakan kolam tempat pembesaran ikan lele, jadi dari situ juga saya bisa mendapat keuntungan.

18. Pembeli selalu saja melakukan penawaran dengan harga yang saya tawarkan kepada mereka, namanya juga mereka bukan pedagang tetapi masih harus melakukan proses produksi juga untuk pembesaran ikan lelenya, jadi saya merasa wajar kalau mereka selalu menawar.

19. Yang jadi ancaman peternakan bibit ikan lele ya banyaknya di Kota Binjai, mungkin karena di Binjai cocok untuk tempat peternakan ikan, apalagi dari segi harga, pasti pembeli ingin cari yang murah.

20. Apakah perusahaan cukup mudah mendapatkan pembeli atas produk yang ditawarkan ?

21. Apakah anda sebagai pemilik peternakan bibit ikan lele telah menyusun suatu cara atau upaya agar tujuan dapat dicapai dan berfokus pada

20. Perusahaan cukup mudah mendapatkan pembeli karena selama ini produk kimia farma sudah lama terkenal. Walaupun demikian perusahaan yang menjadi pesaing juga melakukan promosi dengan melakukan penurunan harga sehingga volume penjualan mengalami penurunan. 21.sebelum saya memutuskan untuk

membuka usaha peternakan ini, saya telah menetapkan strategi agar peternakan ini dapat


(6)

dengan peternakan ?

22.Bagaimana rencana usaha yang anda lakukan untuk menjalankan usaha ini ?

23. Apakah anda sudah

mengimplementasikan rencana usaha anda dengan baik ?

peternak ikan lele yang lain. Strategi yang telah saya tetapkan adalah berfokus pada tujuan jangka panjang sehingga saya dapat mencapai tujuan yang saya inginkan yaitu membuat

peternakan saya maju dan dikenal masyarakat.

22. Yah, saya menetapkan rencana usaha peternakan ini untuk bisa menjadi pemasok bibit ikan di Sumatera Utara dan diakui kualitasnya.

23. Iya, saya sudah

mengimplementasikan rencana usaha saya, saya mempunyai karyawan, modal dan material yang saya rasa sudah cukup baik dalam menjalankan peternakan ini dan saya juga mendapatkan umpan balik yang bisa digunakan dalam kegiatan berlangsungnya usaha ternak ini.


(7)

DAFTAR PUSTAKA

David, Fred R., Manajemen Strategi Konsep, Salemba Empat, Jakarta.

Fuad, M., dkk., Pengantar Bisnis, Cetakan Keempat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Griffin, Ricky W. dan Ronald J. Ebert, Bisnis; Alih Bahasa, Benyamin Molan, Edisi Ketujuh, Indeks, Jakarta, 2005.

Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L., Manajemen Strategis, Andi, Yogyakarta, 2003.

Husein, Umar, Strategic Manajemen in Action, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.

Laksana, Ujung, Perilaku Konsumen: Teori dan PenerapannyaDalam Pemasaran, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008.

Lupiyoadi, Rambat, ManajemenPemasaran Jasa:Teori dan Praktek, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, Salemba Empat, Jakarta, 2004.

Machfoedz, Mahmud, Pengantar Bisnis, Edisi Pertama, Yogyakarta: Andi, 2007.

Prasetyo, W, dkk., Belajar dari Kegagalan Bisnis Lele, Cetakan Pertama, Penebar Swadaya, Jakarta, 2013.

Purnama, C.M. Lingga, Strategic Marketing Plan, Cetakan Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.

Solihin, Ismail, Pengantar Bisnis, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2006. Sugiyono, Metode Penelitian Binis (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &

D), Cetakan Keempatbelas, Alfabeta, Bandung, 2009.

Tjiptono, Fandi dan Anatasya Diana, Total Quality Management, Edisi kelima (revisi ):Andi, Yogyakarta, 2003.

http://www.peluangbisnis.co.id, 2012, diakses tanggal 3 April 2014. http://www.powerhomebiz.com, 2009, diakses tanggal 5 April 2014.


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini mengacu pada penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan variabel-variabel dan data kualitatif. Penelitian kualitatif yang akan menggunakan metode analisis deskriptif dan komparatif. Kedua metode analisis tersebut akan digunakan secara bertahap, diawali dengan analisis deskriptif yang berfungsi untuk menyusun, mengelompokkan, menggambarkan sekumpulan data dan selanjutnya melakukan analisis untuk membuat kesimpulan tentang sekelompok data. Pada tahap berikutnya, dengan mengacu pada hasil analisis deskriptif, digunakan metode komparatif yaitu menmbandingkan teori yang merupakan kebenaran umum dengan praktek yang dilakukan perusahaan.

3.2. Lokasi Penelitian

Peternakan bibit ikan lele Asio berkedudukan di Jalan Lincun Binjai Barat. Peternakan ikan ini khusus mengusahai pembibitan ikan lele.

3.3. Informan Penelitian

Menurut Moleong (2006:72) bahwa ”Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belang. Ia berkewajiban secara sukarela manjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Informan dengan kebaikannya dan kesukarelaannya dapat


(9)

memberikan pandangan dari segi orang dalam nilai-nilai, sikap dan suatu proses yang menjadi latar penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan tersebut, yaitu: 1. Informan kunci

Informan kunci dalam penelitian ini adalah pemilik peternakan pembibitan ikan lele yaitu Asio (Kulok). Penentuan informan kunci dilakukan secara

purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan bahwa orang tersebut dianggap paling tahu tentang yang diharapkan atau informan tersebut merupakan penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi situasi sosial yang diteliti.

2. Informan utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah konsumen dan pelanggan yang membeli bibit ikan lele. Penentuan informan utama dilakukan secara aksidental yaitu penentuan informan secara kebetulan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung di lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara:

a. Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak yang berwewenang dalam usaha, yaitu


(10)

wawancara yang digunakan adalah metode wawancara mendapat (in-dept interview) dimana wawancara yang dilakukan secara informal. Disi yang yang akan diwawancarai yaitu pemilik peternakan pembibitan ikan lele dan pembeli.

b. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan para karyawan perusahaan secara langsung sehingga terlihat aktivitas yang berlangsung selama jam bekerja. Pengumpulan data terhadap situasi sosial yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dialami pengusaha.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Adapun pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah:

a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang dibahas di dalam penelitian.

b. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan objek penelitian.

3.5. Metode Analisis Data

Analisis data yang peneliti lakukan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode analisis deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian


(11)

strategi pengembangan bisnis pada peternakan pembibitan ikan lele jalan Binjai.

2. Matriks Strenght, Weakness, Oppurtunities, Threatht (SWOT)

Matriks Strenght, Weakness, Oppurtunities, Threatht (SWOT) adalah sebuah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimilikinya.


(12)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat

Usaha peternakan bibit ikan lele merupakan salah satu usaha yang bergerak dibidang penyediaan bibit ikan lele, melihat kodisi daerah Binjai dan sekitarnya banyak daerah yang bisa dijadikan kolam ikan, dan juga warung makan aneka menu pedagang lamongan yang membutuhkan suplai ikan lele yang cukup banyak. Semua itu menjadi dorongan motivasi untuk merealisasikan usaha peternakan ikan lele. Usaha ini sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau jawa budidaya ikan lele berkembang pesat dikarenakan pemeliharaan ikan lele tergolong mudah dikuasai masyarakat.

Peternakan bibit ikan lele Asio berdiri pada tahun 2005, yang berlokasi di Jalan Lincun Binjai Barat. Usaha ini dikelola dengan beberapa strategi pengelolaan dan strategi pemasaran yang tepat dan baik. Di antaranya pengelolaannya adalah memberikan perawatan yang intensif untuk menjadikan bibit ikan lele ketika membersihkan kolam, maupun memberikan makanan, sedangkan strategi pemasaran dengan menjalin kerja sama dengan peternak ikan lele yang khusus melakukan pembesaran ikan lele. Serta mempromosikan melalui media promosi.

4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan


(13)

diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses akan membuat suatu organisasi dapat mencapai tujuannya, dimana proses ini tercermin dalam struktur organisasi.

Struktur organisasi merupakan kesatuan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk proses manajerial, sistem, dan pola tingkah laku yang terjadi di dalam praktek penyelenggaraan organisasi dan manajemen. Struktur ini memberikan gambaran yang jelas mengenai pembagian dan pembatasan antara tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap orang dalam organisasi serta penetapan hubungan antar unsur organisasi dalam mencapai tujuan dengan cara yang paling efektif dan efisien.

Struktur organisasi yang ideal sangat tergantung pada rutinitas dan skala usaha perusahaan. Struktur organisasi peternakan bibit ikan lele Asio dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Sumber: Peternakan Bibit Ikan Lele Asio (2015)

4.1.3. Deskripsi Tugas

Tugas dari masing-masing bagian peternakan bibit ikan lele Asio adalah sebagai berikut:

KASIR BAGIAN

MAKANAN

BAGIAN KOLAM PEMILIK


(14)

1. Pemilik bertugas:

a. Memimpin, mengawasi dan mengelola bisnis.

b. Memiliki hak untuk mengatur dan membuat kebijakan pada peternakan Asio.

c. Menentukan arah dan tujuan perusahaan. 2. Kasir bertugas:

a. Melayani pembayaran bibit yang dibeli oleh pelanggan. b. Melaporkan keuangan kepada pemilik.

3. Bagian Makanan bertugas:

a. Memberi makan bibit ikan lele

b. Menyediakan pakan untuk bibit ikan lele apabila stok di gudang hampir habis.

4. Bagian Kolam bertugas:

a. Membersihkan kolam-kolam ikan yang sudah perlu dibersihkan. b. Memperhatikan kondisi air di dalam kolam

4.2. Penyajian Data

Dalam hal ini, penulis akan menyajikan semua hasil pengumpulan data yang diperoleh selama penelitian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data berikut ini dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam kepada pihak yang berhubungan dengan judul penelitian ini yakni pemiik peternakan sebagai informan kunci, pelanggan sebagai informan biasa. Berikut ini adalah karakteristik informan penelitian yang peneliti klasifikasikan ke dalam bentuk tabel karakteristik.


(15)

Tabel 4.1. Karakteristik Responden

No Nama Usia

(Tahun)

Jenis Kelamin

Pendidikan Pekerjaan

1 Asio (Kulok) 47 Laki-laki S1 Pemilik

2 Mulyadi 35 Laki-laki SMA Peternak Ikan

Lele

3 Susilo 28 Perempuan S1 Peternak Ikan

Lele 4 Mahmudin 43 Laki-laki S1 Peternak Ikan

Lele

Sumber: Hasil Wawancara Peneliti di Peternakan Bibit Ikan Lele Asio Jalan Lincun Binjai Barat

Uraian mengenai Tabel 4.1 adalah sebagai berikut:

1. Penulis menetapkan informan di dalam proses wawancara sebanyak 4 orang sebagai informan, dengan jenis kelamin 4 orang. Informan kunci penulis mewawancarai langsung kepada pemilik, sedangkan informan biasa ditujuan kepada pelanggan yang berperan sebagai pembeli bibit. 2. Jumlah informan yang berusia dibawah 40 tahun sebanyak 2 orang, dan

usia di atas 40 tahun sebanyak 2 orang.

3. Tingkat pendidikan informan mulai dari Sekolah Menengah Atas hingga lulusan perguruan tinggi. Informan yang memiliki latar belakang perguruan tinggi adalah pemilik dan pelanggan, dan informan yang memiliki latar belakang SMA adalah 1 orang yaitu sebagai pelanggan. Semua jawaban yang didapatkan peneliti ketika melakukan wawancara peneliti masukkan dalam temuan data penelitian.


(16)

4.3. Analisis Data

4.3.1. Faktor Internal Yang Menjadi Kekuatan dan Kelemahan Peternakan Bibit Ikan Lele di Kota Binjai

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada di dalam peternakan bibit ikan lele Asio Jalan Lincun Binjai Barat yang mencakup kekuatan dan kelemahan ditinjau dari analisis lingkungan internal.

1. Manajemen

Manajemen peternakan bibit ikan lele yang dijalankan oleh Asio diakui sudah cukup efisien. Dalam me-manajemen peternakan ini, Asio selaku pemilik peternakan bibit ikan lele telah menjalankan empat aktivitas dasar dari manajemen, yang pertama yaitu perencanaan. Rencana Asio untuk membuka bisnis peternakan bibit ikan lele dengan menawarkan bibit yang unggul yang sudah ia jalankan.

Selanjutnya adalah pengorganisasian, dalam mengorganisasikan peternakannya ini, pemilik peternakan ini memiliki hak sepenuhnya untuk mengatur peternakan bibit ikan lele Asio. Yang ketiga adalah pemberian motivasi, pemberian motivasi ditujukan kepada karyawan agar dapat bekerja sama dalam melayani pembeli dengan baik agar pembeli yang datang merasa puas dengan pelayanan yang baik. Yang keempat adalah pengelolaan staf serta pengendalian/kontrol. Semua aktivitas yang berhubungan dengan peternakan dikendalikan dan diawasi Asio sebagai pemilik peternakan.

Pertanyaan 1: Bagaimana anda me-manajemen bisnis peternakan ikan lele ini ? apakah sudah sesuai dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi dan pengendalian?


(17)

membuat peternakan yang dapat mengasup bibit ikan lele sampai keluar kota Binjai. Saya memiliki pekerja agar dapat membantu saya dalam menjalankan bisnis ini, tentunya saya selalu memberikan motivasi kepada karyawan asya untuk selalu bekerjasama dalam bekerja. Pengendalian yang saya lakukan yaitu dengan mengontrol dan mengawasi kegiatan yang ada di peternakan agar semuanya berjalan dengan baik dan mencapai tujuan”. (Asio, 2015).

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh David dalam bukunya Manajemen Strategi Konsep, (2004:67) yang berpendapat bahwa manajemen merupakan pengaturan organisasi secara keseluruhan, mencakup empat aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi dan pengendalian. 2. Keuangan

Modal yang dimiliki pemilik untuk membuka bisnis ini sudah cukup terpenuhi. Modal awal membuka bisnis ini didapatkan pemilik dari uang hasil tabungannya. Dalam penetapan keuntungan peternakan ini, pemilik memperhitungkannya dari tingkat besarnya bibit ikan lele yang dibeli oleh pembeli. Dari sumber dana tersebut digunakan pemilik untuk menjalankan usahanya.

Untuk pengelolaan keuangan peternakan bibit ikan lele, dikendalikan sepenuhnya oleh pemilik peternakan. Tugas karyawan yang memberikan pelayanan agar pembeli memilih benih yang diinginkannya, dengan mencatat jenis dan harga produk yang dibeli, selanjutnya akan dilaporkan kepada pemilik peternakan, yang kemudian akan dianalisispemilik peternakan. Dari laporan catatan tersebutlah pemilik mengetahui berapa pendapat yang diperoleh.

Pertanyaan 2: bagaimana anda menetapkan keuntungan yang akan menjadi sumber dana dalam menjalankan bisnis ? dan bagaimana sistem pengendalian keuangan di peternakan anda?

Jawaban: modal mulanya berasal dari tabungan saya sendiri, penetapan keuntungan saya pertimbangkan dari jenis-jenis benih yang dihasilkan. Untuk


(18)

mencatat jenis dan harga benih yang terjual, kemudian dilaporkan kepada saya, yah dari situ saya bisa tahu pendapatan bisnis saya ini kemudian jadi sumber dana untuk menjalankan bisnis ini. (Asio, 2015).

Dari penjelasan pengusaha peternak bibit ikan lele sesuai dengan yang dikatakan oleh Solihin (2012:32) bahwa keuangan perusahaan sangat penting untuk memformulasikan strategi secara efektif. Aspek keuangan mencakup uang dari berbagai sumber yang digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan strategi. Bidang keuangan harus dianalisis untuk melihat sebaik apa dana yang ditangani.

3. Pemasaran a. Produk

Produk yang ditawarkan berdasarkan ukuran benih, yaitu kecil, sedang dan besar. Produk yang dibeli kemudian dipeking ke dalam plastik berisi oksigen.

Pertanyaan 3: jenis benih apa saja yang ada di peternakan bibit ikan lele? Jawaban: jenis produk yang saya hasilkan adalah bibit ikan lele berukuran kecil, sedang dan besar. (Asio, 2015)

Pemaparan dari hasil wawancara dengan pelanggan peternakan bibit ikan lele Asio.

Jawaban: Jenis produk yang pak Asio hasilkan terdiri dari 3 jenis yaitu bibit ikan berukuran kecil, sedang dan besar. Saya lebih sering membeli jenis bibit ikan yang berukuran sedang. (Mulyadi, 2015)

Jawaban: Hanya tiga jenis ukuran yang dijual kepada kami, tetapi kami lebih sering membeli bibit ukuran besar, karena lebih mudah merawatnya walaupun dengan harga yang lebih mahal. (Susilo, 2015).

Jawaban: Jenis produk saya lihat bervariasi dari mulai bibit kecil, sedang sampai besar. Harga berbeda tergantung ukuran bibitnya. (Mahmudin, 2015).


(19)

b. Tempat

Salah satu keputusan yang sangat penting sebelum memulai suatu bisnis adalah memilih lokasi yang tepat dan strategis sebagai tempat usaha. Hal ini dikarenakan lokasi ikut berperan di dalam menentukan tingkat kesuksesan suatu jenis bisnis. Jika memilih lokasi yang kurang strategis maka dapat menghambat kelancaran dari bisnis tersebut, atau konsumen yang enggan pergi ke tempat tersebut karena merasa tempatnya jauh.

Pertanyaan 4: bagaimana dengan lokasi peternakan ? mengapa memilih lokasi ini untuk membuka peternakan bibit ikan lele ?

Jawaban: memang lokasi jauh dari pusat kota, alasan memilih lokasi di sini karena peternakan bibit ikan lele membutuhkan luas lahan yang lebih luas dari usaha lain dan dekat dengan sumber air. Potensi lokasi saya lihat menjanjikan karena disekitar tempat saya berusaha banyak peternakan ikan lele yang membutuhkan bibit ikan yang unggul. (Asio, 2015)

Pemaparan dengan pelanggan adalah sebagai berikut:

Jawaban: Lokasi pak Asio memang jauh dari keramaian, tetapi bagi kami yang mempunyai tempat pembesaran ikan lele di Binjai masih belum merasa jauh, karena kami juga berusaha di dekat situ-situ juga. (Mulyadi, 2015)

Jawaban: Saya tau lokasi pak Asio dari teman-teman juga, walaupun jauh dari tempat saya berusaha tetapi saya lebih suka berlangganan kepada bapak ini, karena dia memberikan pelayanan yang baik dan belum pernah saya merasa kecewa dengan membeli produk yang dihasilkannya. (Susiolo, 2015).

Jawaban: Saya juga merasa tempat atau lokasi usaha pak Asio tergolong jauh, karena saya membuka usaha peternakan lele di daerah Pancur Batu, sedangkan pak Asio berada di Binjai, tetapi saya tidak merasa keberatan.

(Mahmudin, 2015).

Lokasi bisnis pak Asio memang jauh dari pusat kota dan tidak terlihat di jalan karena berhubungan dengan syarat-syarat yang harus diikuti yaitu harus dekat dengan sumber air.


(20)

c. Promosi

Promosi yang dilakukan olen pak Asio cukup elit. Promosi adalah salah satu cara terbaikuntuk memperkenalkan produk yang dijual. Pak Asio hanya menggunakan media sosial seperti blacberry massanger dalam mempromosikan produk-produknya. Disamping itu informasi dari mulut ke mulut juga sangat diharapkan oleh pak Asio.

Pertanyaan 5: Bagaimana promosi yang dilakukan peternakan bibit ikan lele Asio ?

Jawaban: Awalnya saya hanya memberi tahu dari mulut ke mulut melalui saudara dan juga pelanggan yang sudah pernah membeli bibit saya. Kemudian saya kembangkan menjadi promosi online melalui Blacberry massanger, dimana disini diperlukan sistem kepercayaan. Saya mencantumkan secara mendetail tentang produk yang saya jual, mulai dari harga, jenis, supaya pembeli tahu walaupun mereka belum liat bibitnya. (Asio, 2015).

Pertanyaan 6: Darimana pembeli mengetahui peternakan bapak ?

Jawaban: Tentunya informasi dari mulut ke mulut dan media sosial yang sudah saya ikuti beberapa tahun belakangan ini. (Asio, 2015).

Jawaban: Saya tahu tempat peternakan ini dari mulut ke mulut karena sebelumnya ada teman yang sudah pernah membeli bibit dari sini, makanya juga saya kemari disamping tempatnya juga tidak jauh dari tempat saya berusaha.

(Mulyadi, 2015)

Jawaban: Kalau saya tahu dari informasi teman yang memang sudah berlangganan lama dengan bapak ini (Susilo, 2015)

Jawaban: Kebetulan saya suka buka situs internet dan saya mendapat informasi dari media sosial dimana bapak ini membuat bibit ikan lele

(Mahmudin, 2015)

Hal ini menunjukkan bahwa promosi yang dilakukan pengusaha ternak bibit ikan lele cukup berjalan efektif, karena pelanggan mengetahui bisnisnya dari kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pemiliknya.


(21)

d. Harga

Penetapan harga yang dilakukan pemilik terhadap setiap produk dengan metode sederhana. Pemilik melakukan penetapan harga dengan beberapa pertimbangan. Untuk bisnis ini, pemilik menetapkan harga dengan menghitung biaya produksi yang sudah dikeluarkan kemudian ditambah dengan persen laba yang diinginkan pemiliknya dan disamping itu juga melihat harga yang dijual oleh pesaing.

Pertanyaan 7: bagaimana harga yang ditawarkan pada setiap produk yang dijual ?

Jawaban: Yah, masalah harga sih sederhana aja, saya hitung biaya produksi yang sudah dikeluarkan mulai dari bahan induk, tenaga kerja dan biaya tidak langsung seperti perawatan, kemudian saya tambahkan dengan laba yang saya inginkan, dan juga saya melihat harga yang diberikan oleh pengusaha bibit yang lain. (Asio, 2015)

Harga yang ditetapkan oleh pemilik peternakan bibit ikan lele berbeda dengan pedagang-pedagang yang lain. Keuntungan yang diinginkan tidaklah terlalu banyak, yang penting pelanggan lebih banyak.

Adanya bisnis lain yang menjual produk yang sama dengan peternakan bibit ikan lele, membuat pemilik harus mempertimbangkan harga pesaing, sebelum menetapkan harga produknya, pemilik akan melihat selisih harga produk tersebut, dan menentukan harga produknya.

Berikut ini merupakan pemaparan pelanggan mengeai harga yang ditawarkan peternak bibit ikan lele.

Jawaban: Harganya tidak terlalu mahal, karena harga selalu disesuaikan dengan jenis ukuran yang kami pilih, dan kami merasa harganya seperti harga pasaran, jadi kami tidak merasa komplen. (Mulyadi, 2015).

Jawaban: Karena saya memilih bibit yang besar, tentu harganya beda dengan yang kecil, dan saya rasa harga tidak mahal. (Susilo, 2015).


(22)

Jawaban: Harga masih sama seperti pasaran, walaupun saya berada di Pancur Batu tetapi saya liat harga hampir di Binjai tidak beda dengan yang ada di Pancur Batu (Mahmudin, 2015).

Dari beberapa pelanggan yang diwawancarai oleh peneliti, mengatakan bahwa alasan membeli produk di peternakan Asio karena harga tidak mahal dan masih sesuai dengan harga pasaran.

Hal yang membuat usaha ini lebih dikenal orang karena pemiliknya memberikan pembelian kredit dan membayar secara cicil, disamping itu memberikan potongan harga apabila membeli dalam jumlah yang besar.

Pertanyaan 8: Apakah ada potongan harga untuk produk yang dijual ? Jawaban: Ya, saya memberikan potongan harga apabila pembeli memberli dalam partai besar, diskonnya bisa sampai 10 %. Untuk pelanggan yang lama saya juga kasih pengurangan harga walaupun tidak terlalu banyak.

(Asio. 2015)

Jawaban: Saya memang belum pernah dapat diskon karena usaha saya kecil-kecilan dengan lahan yang tidak luas, makanya tidak pernah dapat itu, tapi saya dengar memang ada potongan harga kalau beli banyak. (Mulyadi, 2015)

Jawaban: Pernah sekali dapat potongan harga karena beli banyak, tapi karena usaha saya mengalami kemunduran makanya belinya hanya sedikit-sedikit saja, karena kekurangan modal. (Susilo, 2015)

Jawaban: Benar, pak Asio pernah memberi saya diskon karena beli banyak, dan kadang mau ditambahinya jumlah bibit yang saya pesan, mungkin karena saya langganan lamanya ya. (Mahmudin, 2015

Adanya potongan harga yang dilakukan pihak peternak menjadi salah satu kekuatan peternakan pak Asio. Salah satu pelanggan yang diwawancarai Mahmudin, mengatakan karena langganan lama juga dikasih jumlah yang lebih dari yang dipesan.

Dari hasil wawancara pertanyaan nomor 3 sampai dengan 8 sesuai dengan yang dikatakan oleh Hunger dan Wheelen (2003) dalam buku Manajemen


(23)

Strategis yang mengatakan bahwa bauran pemasaran yang disebut 4P adalah produk, tempat, promosi dan harga.

4. Produksi/Operasional a. Kualitas Produk

Produk-produk yang ditawarkan peternak memiliki kualitas produk yang baik. Semua pelanggan yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa kualitas produk sangat baik dan memuaskan. Pak Asio selalu memperhatikan kualitas bibit ikan yang ditawarkannya kepada pelanggan.

Pertanyaan 9: Apakah kualitas produk yang ditawarkan sudah memenuhi kebutuhan pelanggan ?

Jawaban: Ya, saya selalu memperhatikan kualitas bibit-bibit yang saya jual kepada pelanggan agar mereka tidak merasa kecewa, agar pelanggan tidak merasa rugi membeli produk bibit ikan lele ini. (Asio, 2015).

Jawaban: Ya, kualitas yang kami beli dari pak Asio cukup baik dan memuaskan, kami tidak pernah merasa bermasalah dengan bibit ikan yang kami beli dari dia (Mulyadi, 2015)

Jawaban: Bibit ikannya lumayan bagus jadi terbilang kualitas baik, belum pernah ada komplen dengan bibit yang sudah pernah kami beli. (Susilo, 2015)

Jawaban: Sudah kualitasnya baik, mendapat potongan harga lagi, jadi saya cukup senang berlangganan dengan bapak Asio ini. (Mahmudin, 2015).

Dari semua pelanggan yang telah diwawancarai, peternakan bibit ikan lele Asio mengatakan produk bibitnya tergolong berkualitas dan bisa menjadi kekuatan peternakan bibit ikan lele.

b. Persediaan

Persediaan yang mencakup bahan baku untuk memproduksi suatu produk maupun persediaan produk yang siap untuk dijual kepada pelanggan sudah terpenuhi di Peterkanan Asio ini.


(24)

Pertanyaan 10: Apakah persediaan yang menunjang operasional peternakan sudah mencukupi ? dan apakah produk yang dicari pelanggan selalu tersedia ?

Jawaban: Persediaan bibit ikan saya selu banyak dengan jenis ukuran dari yang kecil sampai besar (Asio, 205)

Jawaban: Iya, selalu tersedia kapan saja, sehingga kami tidak merasa kewalahan mencari lagi kemana-mana. (Mulyadi, 2015)

Jawaban: Tersedia selalu dan tidak pernah mengecewakan membelinya.

(Susilo, 2015)

Jawaban: Ada semua dari berbagai ukuran yang ditawarkan, mungkin karena selalu laku jadi selalu tersedia. (Mahmudin, 2015)

c. Proses dan Kapasitas

Salah satu peralatan yang digunakan untuk peternakan bibit ikan lele adalah mesin pompa air. Mesin tersebut sebagai alat untuk membuang air pada waktu menguras dan membersihkan kolam. Karyawan yang dipekerjakan juga termasuk rajin sehingga bibit bisa terawat dengan baik.

Pertanyaan 11: Jenis mesin apa yang sudah bapak miliki untuk menunjang proses produksi bibit ikan ?

Jawaban: Mesin yang saya pakai ya mesin pompa air, karena mesin ini sangat fital bagi saya agar bisa merawat bibit ikan dan sanitasi kolam terawat dengan baik. Yang sering membuat saya pening kalau harga pakan ikan naik jadi saya terkadang bingung membuat harganya. Disamping mesin pompa, saya juga memiliki tabung sebagai persediaan oksigen (Asio, 2015)

Jawaban: Mesin pompa saya lihat ada beberapa buah. (Mulyadi, 2015).

Jawaban: Proses produksi yang dibutuhkan mesin pompa air yang digunakan untuk sanitasi kolam dan menyedot air. (Susilo, 2015)

Jawaban: Kalau memelihara ikan yang paling penting itu memang pompa air, biar air bisa tersedia selalu ke kolam. (Mahmudin, 2015)

Pemaparan pemilik peternakan mengeluhkan adanya harga pakan yang naik turun, mengakibatkan keuntungan menjadi lebih sedikit sehingga ini menjadi


(25)

d. Sumber Daya Manusia dan Pekerjaan

Pak Asio memiliki 4 orang karyawan, yang bertugas untuk memelihara dan membersihkan kolam-kolam ikan yang dimilikinya.

Pertanyaan 12: Apakah karyawan memiliki keahlian dibidangnya masing-masing dan disiplin dalam bekerja ?

Jawaban: Karyawan saya lumayan disiplin bekerjanya, disini saya tidak mementingkan keahlian yang spesial, yang penting dia mau bekerja dan rajin, selalu mengikuti peraturan-peraturan yang sudah saya tetapkan dalam bekerja.

(Asio, 2015)

Pak Asio walaupun sebagai pemilik tetap mau terjun langsung membantu karyawannya dalam bekerja, biar pekerja tidak malas dan bersemangat karena dibantu oleh pemilik peternakan ini.

e. Perawatan

Seluruh peralatan dan kolam yang digunakan di peternakan ikan lele dalam kondisi baik. Pebisnis ini selalu melakukan perawatan dengan baik, karena hal ini berhubungan dengan kelancaran proses produksi.

Pertanyaan 13: Apakah peralatan produksi dan yang lain selalu dirawat dan terawat ?

Jawaban: Iyalah, itu ibarat senjata kami dalam berusaha, kalau ga ada senjata gimana mau perang ya, hehe..Saya selalu menghimbau kepada karyawan biar mesin-mesin jangan dibiar-biarkan nanti bisa rusak, kalau sudah siap pakai langsung dilap dan disimpan dengan baik. (Asio, 2015)

Jawaban: Lingkungan tempat usaha bapak ini nampak terawat dengan baik dan tidak merasa sumpek. (Mulyadi, 2015)

Jawaban: Kolam yang ada dipeternakan ini kayaknya dirawat dengan baik dan selalu dijaga kebersihannya. (Susilo, 2015)

Jawaban: Yang saya liat sepertinya semuanya terawat dengan baik, dan suasananya nampak asri. (Mahmudin, 2015)


(26)

5. Penelitian dan Pengembangan

Peternak bibit ikan lele memiliki produk hampir sama dengan peternak yang lain, yang paling diutamakan Asio adalah kualitasnya, artinya bibitnya dalam keadaan baik dan sehat.

Pertanyaan 14: Bagaimana cara bapak melakukan pengembangan usaha yang telah digeluti ini?

Jawaban: Saya selalu mencari informasi-informasi terkini agar bibit yang saya jual tidak mengecewakan pembeli, karena bagaimanapun pembeli menginginkan produksi yang mereka hasil dari bibit ini baik dan tinggi, jadi mereka akan merasa untung mengelola usahanya. Misalnya saya membeli sejenis obat agar bibit yang dihasilkan lebih banyak jantan, karena bibit jantan lebih tinggi produksinya dan cepat berkembang dibanding betina. (Asio, 2015)

Hal ini sesuai dengan pendapat David (2004:78) yang mengatakan penelitian dan pengembangan biasanya diarahkan untuk meningkatkan produksi sebelum pesaing melakukannya.

Pertanyaan 15: Untuk pengembangan usaha bapak, bagaimana dengan usaha pembesaran ikan lele di kolan sendiri?

Jawaban: Saya juga ada membuka usaha pembesaran ikan lele. Artinya bibit tetap saya sediakan untuk pembesaran ikan lele yang selalu saya siapkan kolamnya bersebelahan dengan kolam pembibitan ikan lele. Hasil yang saya peroleh cukup memuaskan karena pemasaran ikan lele tidak pernah tersendat, paling harganya yang turun naik sedikit-sedikit. (Asio, 2015)

4.3.2. Faktor Eksternal Yang Menjadi Kekuatan dan Kelemahan Peternakan Bibit Ikan Lele di Kota Binjai

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar peternakan bibit ikan lele di Kota Binjai Jalan Lincun Binjai Barat, yang mencakup peluang dan ancaman ditinjau dari analisis lingkungan eksternal.


(27)

1. Persaingan antar peternakan sejenis

Disekitar lokasi usaha peternakan yang berada di Jalan Lincun Binjai Barat tidak ada peternakan lain, tetapi di Jalan Binjai yang lain ada juga.

Pertanyaan 16: Apakah ada usaha sejenis disekitar lokasi usaha ?

Jawaban: Disekitar tempat saya berusaha tidak ada sampai saat ini, paling agak jauh dari Jalan Lincun baru ada yang berusaha seperti saya (Asio, 2015)

Jawaban: Didaerah Jalan Lincun memang masih pak Asio yang berusaha pembibitan ikan lele, dan saya merasa dekat karena usaha saya juga di dekat lokasi pembibitan pak Asio. (Mulyadi, 2015)

Jawaban: Di tempat saya membeli bibit ikan lele masih pak Asio yang saya liat (Susilo, 2015)

Jawaban: Belum ada saya liat peternak yang mengusahakan ternak bibit ikan lele lain di lokasi saya membeli bibit (Mahmudin, 2015)

2. Ancaman Produk Pengganti

Ada produk pengganti yang bisa digeluti oleh Asio, seperti pembesaran ikan lele, jadi pak Asio tidak merasa kawatir kalau bibit ikan lele yang dikelolanya tidak laku.

Pertanyaan 17: Apakah ada produk pengganti di lokasi tempat usaha ? Jawaban: Saya merasa tidak terancam apabila bibit yang saya kelola tidak habis terjual, karena saya juga menyediakan kolam tempat pembesaran ikan lele, jadi dari situ juga saya bisa mendapat keuntungan. (Asio, 2015)

3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Meskipun pelanggan mengatakan harga yang ditawarkan tidak terlalu mahal, tetapi pembeli juga melakukan tawar menawar dengan pengusaha, karena tetap juga ada rasa was-was apabila bibit yang diternakkannya banyak yang tidak jadi.


(28)

Jawaban: Pembeli selalu saja melakukan penawaran dengan harga yang saya tawarkan kepada mereka, namanya juga mereka bukan pedagang tetapi masih harus melakukan proses produksi juga untuk pembesaran ikan lelenya, jadi saya merasa wajar kalau mereka selalu menawar. (Asio, 2015)

Jawaban: Saya memang selalu menawar bibit yang saya beli, karena membesarkan ikan lele ini juga untung-untungan, bisa juga kadang rugi karena banyak bibit yang mati, jadi lumayanlah bisa ada pengurangan dari pembelian bibit (Mulyadi, 2015)

Jawaban: Siapa tahu dapat pengurangankan lumayan itu (Susilo, 2015)

Jawaban: Kalau minta turunkan harga selalu saya lakukan, namanya pembeli kalau bisa dapat harga yang murah tapi berkualitas hehe..(Mahmudin, 2015)

Tingginya tawar menawar pembeli untuk menurunkan harga bibit akan menurunkan keuntungan pengusaha, hal tersebut menjadi salah satu ancaman yang ada di peternakan bibit ikan lele.

4. Ancaman Pesaing Baru Maupun Pesaing yang Sudah Ada

Banyaknya pengusaha pembibitan ikan lele di Kota Binjai dan munculnya

online shop yang menjual bibit ikan lele merupakan ancaman bagi peternak bibit ikan lele di Jalan Lincun Binjai Barat, karena akan menambah banyaknya pesaing dan akan mengancam berjalannya usaha.

Pertanyaan 19: Apakah ada ancaman pesaing baru ataupun yang sudah ada ?

Jawaban: Yang jadi ancaman peternakan bibit ikan lele ya banyaknya di Kota Binjai, mungkin karena di Binjai cocok untuk tempat peternakan ikan, apalagi dari segi harga, pasti pembeli ingin cari yang murah. (Asio, 2015)

Berdasarkan wawancara dengan pemilik ternak bibit ikan lele ini pertanyaan 16 sampai 19 sesuai dengan pendapat David (2004:82) yang mengatakan lingkungan industri merupakan lingkungan eksternal yang memiliki implikasi relatif lebih langsung terhadap operasional perusahaan. Lingkungan


(29)

industri terdiri dari persaingan antar perusahaan sejenis, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar menawar pembeli, dan ancaman pesaing baru.

4.3.3. Strategi Pengembanga Usaha Yang Dapat Dijalankan Peternakan Bibit Ikan Lele Asio Jalan Lincun Binjai Barat

Dalam menjalankan bisnis di bidang peternakan, khususnya ikan lele memiliki banyak tantangan, karena banyaknya jenis bisnis yang menjalankan bisnis dengan fokus usaha yang sama. Hal ini membuat suatu bisnis harus memiliki strategi khusus agar produk yang ditawarkan dapat menarik perhatian konsumen untuk mengambil keputusan pembelian produk tersebut dibandingkan dengan produk yang lainnya.

Persaingan dengan usaha lain menjadi resiko yang harus dihadapi ketika ingin menjalankan suatu bisnis. Strategi harus dibuat dengan sebaik mungkin agar produk kita dapat bersaing dengan produk yang lain dan dikenal oleh konsumen.

Strategi merupakan suatu cara atau upaya yang dilakukan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Strategi yang digunakan pebisnis dalam menjalankan usaha merupakan salah satu tolak ukur yang dapat menentukan berjalan atau tidak usaha tersebut. Pebisnis harus mengetahui apakah strategi yang telah dilakukan dapat menarik minat konsumen.

Pertanyaan 20: Apakah anda sebagai pemilik peternakan bibit ikan lele telah menyusun suatu cara atau upaya agar tujuan dapat dicapai dan berfokus pada tujuan jangka panjang yang berkaitan dengan peternakan ?

Jawaban: sebelum saya memutuskan untuk membuka usaha peternakan ini, saya telah menetapkan strategi agar peternakan ini dapat berkembang dan menarik peternak ikan lele yang lain. Strategi yang telah saya tetapkan adalah berfokus pada tujuan jangka panjang sehingga saya dapat mencapai tujuan yang saya inginkan yaitu membuat peternakan saya maju dan dikenal masyarakat.


(30)

Setiap pebisnis memiliki strategi yang berbeda-beda dalam menjalankan usahanya. Begitupula yang dilakukan oleh pak Asio sebagai pemilik peternakan. Peternakan Asio sudah melakukan strategi untuk membuat usahanya dikenal oleh masyarakat Kota Binjai yang khususnya peternak pembesaran ikan lele.

Hal ini sesuai dengan pendapat Husein (2003:31) yang mengatakan bahwa strategi merupakan suatu proses penentuan rencaa pada pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Pak Asion membuka usaha ini karena punya ide untuk menjadi pemasok bibit ikan lele di Kota Binjai. Ide tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk konsep usaha.

Pertanyaan 21: Konsep usaha seperti apa yang anda terapkan pada usaha peternakan bibit ikan lele ini ?

Jawaban: Konsep yang saya miliki hanya simpel, yaitu menjual bibit ikan lele kepada peternak yang berusaha membesarkan ikan lele, karena jarang peternak tersebut dapat melakukan pembiakan sendiri untuk mendapatkan bibit ikan lele yang baik.

Setelah ide tersebut dituangkan dalam konsep usaha, tahap selanjutnya adalah pengembangan rencana usaha. Rencana usaha peternakan adalah menjadi pemasok bibit ikan lele terbesar di Sumatera Utara yang berkualitas.

Pertanyaan 22: Bagaimana rencana usaha yang anda lakukan untuk menjalankan usaha ini ?

Jawaban: Yah, saya menetapkan rencana usaha peternakan ini untuk bisa menjadi pemasok bibit ikan di Sumatera Utara dan diakui kualitasnya. (Asio, 2015)

Tahap terakhir adalah mengimplementasikan rencana usaha. Peternakan bibit ikan lele memiliki sumber daya manusia, modal, materal dalam membuka


(31)

peternakan ini memperoleh umpan balik yang dapat digunakan dalam melakukan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan peternakan.

Pertanyaan 23: Apakah anda sudah mengimplementasikan rencana usaha anda dengan baik ?

Jawaban: Iya, saya sudah mengimplementasikan rencana usaha saya, saya mempunyai karyawan, modal dan material yang saya rasa sudah cukup baik dalam menjalankan peternakan ini dan saya juga mendapatkan umpan balik yang bisa digunakan dalam kegiatan berlangsungnya usaha ternak ini. (Asio, 2015)

Berdasarkan penyampaian hasil wawancara nomor 20 sampai dengan nomor 23, hal ini sesuai dengan pendapat Solihin (2006:26) yang mengatakan bahwa di dalam melakukan kegiatan pengembangan usaha, seorang wirausaha pada umumnya akan melakukan kegiatan pengembangan kegiatan usaha melalui tahap pengembangan usaha yaitu memiliki ide bisnis, penyaringan ide atau konsep usaha, pengembangan rencana usaha dan implementasi rencana usaha pada pengendalian usaha.

Berdasarkan hasil analisis SWOT strategi pengembangan usaha yang dapat dijalankan peternakan bibit ikan lele jalan Lincun Binjai Barat adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kenyamana pelanggan

Peternakan bibit ikan lele Asio selalu memperhatikan kebersihan peralatan dan kolam serta lokasi, agar pembeli merasa nyaman untuk datang melakukan pembelian.

2. Meningkatkan kualitas produk

Kualitas produk yang diberikan kepada pelanggan harus senantiasa dijaga dan ditingkatkan. Sebab, apabila suatu usaha memberikan kualitas yang baik maka pelanggan akan datang lagi untuk membeli bibit ikan lele.


(32)

3. Menciptakan produk yang menghasilkan ikan lele pejantan lebih tinggi persentasenya dibanding betina, sehingga produksi pembesaran ikan lele lebih tinggi.

4. Menambah jumlah karyawan agar karyawan dapat bekerja secara maksimal. Adanya karyawan yang melakukan dua pekerjaan yaitu pembibitan ikan lele dan pembesaran ikan lele, sehingga perlu dilakukan pemisahan tugas agar karyawan bekerja secara maksimal.

5. Meningkatkan dan menambah kegiatan promosi

Kegiatan promosi yang dilakukan peternakan Asio cukup modren, namun banyak pembeli yang sulit mencari lokasi karena berada di pedalaman, artinya jauh dari pasar. Untuk itu pemilik peternakan dapat menambahkan kegiatan promosi sebagai berikut:

a. Membangun plakat yang mengarah ke badan jalan agar pengguna jalan dan pelanggan yang kesulitan mencari lokasi mengetahui keberadaan lokasi peternakan.

b. Membuat label di kemasan bibit ikan yang berisi nama, alamat dan nomor telepon untuk memudahkan pembeli dalam melakukan pembelian ulang.

Dalam pengembangan usaha, peternak bibit ikan lele Asio juga melakukan pembesaran ikan lele. Usaha pembesaran ikan lele memberikan tambahan pendapatan yang relatif besar, karena selain penyedia bibit ikan lele, Asio juga menyediakan ikan lele yang siap untuk dipasarkan dengan harga yang tidak kalah


(33)

Dalam pembudidayaan pembesaran ikan lele, Asio telah menyediakan kolam tersendiri di lokasi usahanya. Dalam usaha ini Asio tidak lagi menyediakan bibit ikan lele karena sudah tersedia dari usaha utama pengusaha ini. Kelanjutan dalam pembesaran ikan lele ini Asio tinggal melakukan pemeliharaan dengan menyediakan pakan dan pengaturan air kolam.

Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan. Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang.

a. Pemberian pakan utama

Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral. Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan kadaluarsa. Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya.


(34)

Prinsip pemberian pakan digunakan pengusaha Asio dengan menghitung ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.

Jadwal pemberian pakan disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari.

b. Pemberian pakan tambahan

Selain pakan utama, pengusaha Asio juga memberi pakan tambahan. Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran pakan yang menguras kantong. Pakan tambahan yang diberikan adalah keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk limbah ayam bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.

Selanjutnya dalam pemeliharaan ikan lele pengelolaan air hal yang sangat penting. Untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga. Pengawasan kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk.


(35)

Dalam pembesaran ikan lele, Asio menyediakan 4 kolam dengan ukuran 3 x 4 meter dengan kedalaman kolam 1 meter. Jumlah bibit ikan yang dimasukkan dalam masing-masing kolam sebanyak 200 ekor per meter persegi sehingga jumlah bibit ikan dalam 1 kolam sebanyak (3 x 4) x 200 = 2400 ekor.

4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, faktor internal yang menjadi kekuatan peternakan bibit ikan lele adalah produk yang berkualitas, variasi produk, promosi yang modern, ada potongan harga, harga yang tidak mahal, karyawan yang rajin dan alat-alat yang memadai. Sedangkan faktor internal yang menjadi kelemahan peternakan bibit ikan lele adalah lokasi kurang strategis, jumlah karyawan kurang.

Berdasarkan hasil wawancara, faktor eksternal yang menjadi peluang peternakan adalah tidak ada usaha sejenis di sekitar lokasi usaha, penawaran sesuai dengan keinginan pelanggan, sedangkan faktor eksternal yang merupakan ancaman peternakan bibit ikan lele adalah persaingan dengan pembisnis baru maupun yang sudah ada, banyak pesaing menawarkan harga yang lebih murah, harga pakan yang relatif tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi SWOT sebagai dasar penentu strategi pengembangan bisnis pada peternakan bibit ikan lele Jalan Lincun Binjai Barat. Hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian menunjukkan peternak Asio dapat menjalankan strategi pengembangan usaha, yaitu (1) meningkatkan kenyamanan pelanggan, (2) meningkatkan kualitas produk, (3) menciptkan produk baru, (4) meningkatkan pengetahuan untuk


(36)

meningkatkan kualitas, (5) menambah jumlah karyawan, (6) meningkatkan dan menambah kegiatan promosi. Penerapan alternatif strategi tersebut dibentuk untuk meningkatkan kompetitif bisnis peternakan bibit ikan lele yang berdampak pada pertumbuhan volume penjualan dan pertumbuhan profit sehingga menjadikan butik ini semakin berkembang untuk kedepannya.

Pemilik terus melakukan kegiatan promosi baik dari mulut ke mulut maupun penjualan secara online yaitu blackberry masanger, karena menurut pemilik itu adalah cara yang efektif di dalam mempromosikan usahanya, dan kegiatan tersebut berjalan efektif. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa pelanggan yang saat diwawancarai mengatakan bahwa mengetahui peternakan bibit ikan lele dari teman dan online.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor internal yang menjadi kekuatan peternakan bibit ikan lele Asio adalah produk berkualitas, variasi produk, promosi yang modern, adanya potongan harga, karyawan yang rajin, dan peralatan yang memadai. Sedangkan yang menjadi kelemahan adalah lokasi kurang strategis, jumlah karyawan kurang.

2. Faktor eksternal yang menjadi peluang peternak Asio adalah tidak ada usaha sejenis di sekitar lokasi usaha, penawaran sesuai dengan keinginan pelanggan, sedangkan faktor eksternal yang merupakan ancaman peternakan bibit ikan lele adalah persaingan dengan pembisnis baru maupun yang sudah ada, banyak pesaing menawarkan harga yang lebih murah, harga pakan yang relatif tinggi.

3. Strategi yang dapat dijalankan peternakan bibit ikan lele Asio untuk mengembangkan bisnisnya adalah meningkatkan kenyamana pelanggan, Meningkatkan kualitas produk, menciptakan produk yang menghasilkan ikan lele pejantan lebih tinggi persentasenya dibanding betina, menambah jumlah karyawan agar karyawan dapat bekerja secara maksimal, meningkatkan dan menambah kegiatan promosi.


(38)

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disarankan:

1. Agar peternak bibit ikan lele Asio menjalankan alternatif strategi pengembangan bisnis yaitu meningkatkan kenyamana pelanggan, Meningkatkan kualitas produk, menciptakan produk yang menghasilkan ikan lele pejantan lebih tinggi persentasenya dibanding betina, menambah jumlah karyawan agar karyawan dapat bekerja secara maksimal, meningkatkan dan menambah kegiatan promosi.

2. Penelitian ini hendaknya dapat dilanjutkan lagi oleh pihak-pihak lain secara lebih mendalam terkait dengan pengembangan bisnis dengan analisis yang lebih komprehensif untuk membantu terciptanya alternatif strategi pengembangan bisnis khususnya dibidang peternakan ikan.


(39)

BAB II

KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian dan Tipe-tipe Strategi

Strategi merupakan tindakan yang merupakan incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelnggan dimasa yang akan dating. Dengan demikian perencanaan strategis hamper selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi” bukan dimulai dari “ apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memrlukan kompensasi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompensasi inti didalam bisnis yang dilakukan.

Definisi pertama yang dikeluarkan oleh Chandler dalam Fuad (2005:12) menyebutkan bahwa “Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut”. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun.Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut : (1) Distinctive Competence : tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya, dan (2) Competitive Advantege : kegiatan sfesifik yang dikembankan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

Pada prisnispnya strategi dapat dikelompokan menjadi tiga tipe strategi yaitu:


(40)

1. Strategi Manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakuakan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pemgembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi keuangan, dan sebagainya

2. Strategi Investasi

Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi psar,strategi bertahan, serta pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya.

3. Strategi Bisnis

Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi, strategi distribusi, strategi organisasi, strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

Strategi-strategi ini sangat berpengaruh pada kelangsungan perushaan, Hal ini diakibatkan karena akan terjadi persaingan yang ketat untuk memenangkan persaingan psar. Oleh karena itu banyak perusahaan yang menggunakan berbagai cara untuk memberikan hal yang berbeda kepada konsumen agar persaingan diantara perusahaan dapat dihindarkan.

Ketiga elemen ini sangat menentukan arah dari strategi pemasaran perusahaan. Strategi tersebut merupakan rencana jangka panjang yang digunakan sebagai pedoman bagi kegiatan-kegiatan personalia pemasaran.


(41)

2.2. Pengertian Bisnis

Bisnis merupakan suatu cabang ilmu ekonomi, yang berarti suatu organisasi dalam menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba / keuntungan. Menurut Machfoedz (2004:3) bahwa ”Secara historis kata bisnis berasal dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan demi mendatangkan keuntungan”.

Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, terbentuk demi mendapatkan profit serta meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik maupun operator dari perusahaan mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semuanya mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif dimana bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana perusahaan besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.

Menurut segi etimologi, bisnis berarti suatu keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan menghasilkan keuntungan. Kata “bisnis” sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung penggunaan maupun ruang lingkupnya, penggunaan dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan secara lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya “perusahaan media.” Penggunaan paling luas terkait pada seluruh aktivitas


(42)

dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi “bisnis” yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.

Menurut Griffin dan Ebert (2007:18) ada beberapa bentuk bisnis sesuai dengan tipe pengelolaan beserta modal yang digunakan, yaitu : (1) Perusahaan perseroan, (2) Persekutuan, (3) Perseroan dan (4) Koperasi.

1. Perusahaan perseorangan

Perusahaan perseorangan adalah kepemilikannya dipegang oleh satu orang. Pemilik perusahaan perseorangan memiliki tanggung jawab tak terbatas atas harta maupun kekayaan perusahaan. Artinya, apabila mengalami kerugian, pemiliklah yang wajib menanggung seluruh kerugian itu.

2. Persekutuan

Persekutuan adalah sistem kepemilikan dimana dua orang atau lebih bekerja sama mengoperasikan perusahaan untuk mendapatkan profit. Sama seperti perusahaan perseorangan, setiap sekutu (anggota persekutuan) memiliki tanggung jawab tak terbatas atas harta perusahaan. Persekutuan dapat dikelompokkan menjadi persekutuan komanditer dan firma.

3. Perseroan

Perseroan dimana kepemilikannya dipegang oleh beberapa orang serta diawasi oleh dewan direktur. Setiap pemilik memiliki tanggung jawab yang terbatas atas harta perusahaan.


(43)

4. Koperasi

Koperasi beranggotakan orang-orang atau badan hukum dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Usahanya bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya. Karateristik utamanya yaitu membedakan dengan badan usaha lain adalah anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

Bisnis terdiri dari berbagai macam tipe, dimana dikelompokkan dengan cara berbeda. Satu dari banyak cara dapat digunakan adalah dengan mengelompokkannya berdasarkan aktivitas dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Grifin dan Ebert (2007:20) klasifikasi yang dimaksud, yaitu :

Manufaktur adalah memproduksi produk berasal dari barang mentah atau beberapa komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contoh manufaktur adalah perusahaan dimana memproduksi barang fisik seperti mobil atau pipa; Jasa adalah menghasilkan barang intangible, dan mendapatkan keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan. Contoh bisnis jasa adalah konsultan maupun psikolog; Pengecer dan distributor adalah pihak dimana berperan sebagai perantara barang antara produsen dengan konsumen. Kebanyakan toko dan perusahaan berorientasi pada konsumen adalah distributor atau pengecer. Seperti sejumlah toko waralaba, Indomaret ataupun Alfamaret dimana keduanya memiliki kesamaan secara tujuan yaitu profit oriented; Barang pertanian dan pertambangan dimana memproduksi barang-barang mentah, seperti tanaman atau mineral tambang; Finansial servis mendapatkan keuntungan dari investasi dan pengelolaan modal secara korporasi maupun perseorangan. Contohnya Perusahaan berjangka ataupun emiten sebagai broker penyedia jasa keuangan di pasar modal; Jasa informasi menghasilkan keuntungan terutama dari penjualan kembali properti intelektual dalam bentuk buku ataupun literatur; Utilitas dimana mengoperasikan jasa untuk publik, seperti listrik dan air, biasanya didanai oleh pemerintah; Real estate menghasilkan keuntungan dengan cara


(44)

bangunan, dan; Jasa Transportasi, mendapatkan keuntungan dengan cara mengantarkan barang atau individu dari sebuah lokasi ke lokasi yang lain.

2.3. Formulasi Strategi Melalui Pendekatan SWOT

Analisis SWOT adalah keseluruhan evaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan (Kotler, 2009). Analisis situasi ini mengharuskan para manager strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal. Dari hasil analisis SWOT akan diperoleh strategi alternatif perusahaan untuk membantu manajer strategis memutuskan kearah mana perusahaan dapat tumbuh dan berkembang.

2.3.1. Analisis Lingkungan Internal

Husein (2001) berpendapat bisnis perusahaan sebagai suatu sistem akan berkaitan dengan sekumpulan faktor tertentu yang dapat mempengaruhi arah dan kebijakan perusahaan dalam mengelola bisnisnya. Lingkungan internal merupakan aspek-aspek (kekuatan dan kelemahan) yang ada dalam perusahaan. Menurut David (2004:67) bidang fungsional yang menjadi variabel dalam analisis internal adalah:

Manajemen, merupakan pengaturan organisasi secara keseluruhan, mencakup aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf serta pengendalian/control; Keuangan, sangat penting untuk memformulasikan strategi secara efektif; Pemasaran, merupakan proses penetapan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa sehingga pemasar perlu memperhatikan bauran pemasaran yang disebut 4 P (produk, tempat, harga dan promosi); Produksi/operasional, merupakan seluruh aktivitas yang merubah input menjadi output terdiri dari kualitas produk, persediaan, desain proses dan kapasitas, sumber daya manusia,


(45)

rantai pasokan, perawatan; Penelitian dan pengembangan, biasanya diarahkan pada produk-produk baru sebelum pesaing melakukannya.

2.3.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Husein (2003) berpendapat bahwa lingkungan ini mencakup sejumlah variabel (peluang dan ancaman) yang berada diluar organisasi. David (2004:82) mengelompokkan lingkungan eksternal menjadi dua bagian, yaitu:

Lingkungan umum, merupakan lingkungan luar atau lingkungan jauh dari perusahaan, lingkungan umum terdiri dari faktor politik, ekonomi, sosial dan teknologi; Lingkungan industri, merupakan lingkungan eksternal yang memiliki implikasi relatif lebih lagsung terhadap operasional perusahaan, terdiri dari ancaman produk pengganti, kekuatan tawar menawar pembeli, dan ancaman pesaing baru.

2.4. Strategi Pengembangan Biisnis

Strategi pengembangan bisnis baik bisnis pribadi, perusahaan besar maupun usaha skala kecil dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sederhana untuk memperbaiki diri.mengharuskan untuk memiliki visi atau gagasan tentang apa yang harus memperbaiki. Lalu ada langkah yang diikuti, termasuk pengukuran, pengorganisasian, mengurangi biaya dan mendapatkan lebih banyak pelanggan. Usaha mengembangkan bisnis sarana untuk bergerak maju dari situasi sekarang. Itu bisa berarti untuk meningkatkan keuntungan, mengurangi kerugian, mendapatkan lebih banyak pelanggan, memperluas pasar, menjadi lebih terlihat di masyarakat, go public atau sejumlah barang lain yang dianggap diinginkan.

Tahap-tahap pengembangan usaha menurut Solihin (2006:26) adalah ”Memiliki ide bisnis, penyaringan ide/konsep usaha, pengembangan rencana


(46)

Strategi mengembangkan usaha bisnis antara lain sebagai berikut (http://www.peluangbisnis.co.id, 2012, diakses tanggal 3 April 2014): (1) Mengukur dimana berada, (2) Mengatur operasi, (3) Mengurangi biaya, (4) Mendapatkan lebih banyak pelanggan, dan (5) Mengukur kembali.

1. Mengukur dimana anda berada.

Meskipun kita bisa mendapatkan firasat bahwa bisnis kita adalah memperbaiki, satu-satunya cara untuk memverifikasinya adalah dengan beberapa cara pengukuran yang valid. Hal ini dilakukan baik sebelum maupun setelah beberapa upaya peningkatan.

2. Mengatur operasi.

Dengan mengorganisir atau re-organisasi dan proses operasi kita, kita dapat membuat bisnis kita mesin yang lebih efektif. Ini termasuk menentukan tujuan, perencanaan, dan menggunakan standar ISO 9000.

3. Mengurangi biaya.

Dengan menggunakan Total Quality Management (TQM) metode dan alat, serta konsep-konsep serupa lainnya, kita dapat mengurangi bahan yang terbuang, usaha, dan waktu dalam membuat, menjual, dan memberikan produk kita. Hasilnya adalah perbaikan dalam alur dasar perusahaan dan peningkatan keunggulan kompetitif.

4. Mendapatkan lebih banyak pelanggan.

Dengan memuaskan pelanggan kita dengan produk-produk berkualitas tinggi dan layanan tambahan, kita akan mendapatkan bisnis yang berulang dan


(47)

arahan. Tentu saja, kita harus harga kompetitif, dan mereka harus memiliki akses yang mudah ke produk kita.

5. Mengukur lagi.

Mengukur lagi untuk memverifikasi perbaikan pengembangan usaha bisnis kita.

Strategi pengembangan bisnis juga harus memperhatikan beberapa tantangan yang harus dihadapi. Apabila dilihat dari sisi alasan/pendorong seorang wirausahawan merintis usaha baru, maka kita akan mendapatkan jawaban yang sangat beragam. Berdasarkan salah satu studi ditemukan ada tujuh alasan seorang wirausahawan memulai/membuka usaha baru, yaitu: (1) Kebutuhan akan pengakuan diri, (2) Kebutuhan untuk kebebasan, (3) Kebutuhan pengembangan diri dan kepribadian, (4) Keamanan dan pengembangan asset (philanthropic), (5) Persepsi kemakmuran (perception of wealth), (6) Pengurangan pajak, dan (7) Mengikuti mental model.

Namun demikian dari setiap latar belakang yang beragam perlu ditekankan bahwa dalam mengembangkan usaha baru dibutuhkan komitmen tinggi, waktu, tenaga dan biaya. Pengerjaan dan persiapan yang asal-asalan atau setengah hati tidak akan menjadikan suatu usaha berhasil. Satu hal yang perlu dicermati lagi, evaluasi terhadap internal dan eksternal sangat menentukan keberhasilan usaha baru. Berikut beberapa elemen yang mempengaruhi kinerja usaha baru (new star-up venture) atau faktor-faktor penentu berhasilnya usaha baru adalah sebagai berikut: (1) Karakteristik wirausahawan, (2) Proses pendirian, (3) Lingkungan, dan (4) Karakteritik jenis usaha. Masing-masing elemen saling


(48)

terkait dan memiliki pengaruh yang besar dalam keberhasilan dan berkembangnya suatu usaha.

2.5. Kualitas Pelayan an

Unsur-unsur kualitas pelayanan menurut Tjiptono dan Diana (2003:3) terdiri dari : (1) Produk, (2) Jasa, (3) Manusia, (4) Proses, dan (5) Lingkungan. 1. Produk

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi keinginanatau kebutuhan, segala sesutu yang termasuk didalamnya adalah barang berwujud, jasa, tempat,dan organisasi. Salah satu cara untuk membedakan antara perusahaan atau lembaga yang bergerak di bidang jasa adalah memberikan jasa dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaing secara konsisten.

Termasuk dalam pengertian produk menurut Laksana (2008:69) adalah :

Goods, yaitu semua barang-barang fisik, Services, yaitu jasa atau pelayanan yang bersifat non fisik yang menyertai atau tidak menyertai produk dengan fisik, Experiences, pengalaman kegiatan seseorang yang dapat dinikmati orang lain, Events, kegiatan atau peristiwa yang dibutuhkan orang lain, Persons, keahlian atau ketenaran seseorang,

Places, tempat atau kota yang memiliki, keunikan (sejarah ) atau keindahan, Propertis, hak kepemilikan bisa berupa benda nyata (real estate) atau finansial (saham atau obligasi), Organization, lembaga atau wadah yang dapat memberikan citra atau nilai jual suatu produk,

Information, informasi yang dapat diproduksi dan dipasarkan (sekolah, surat kabar dan sebagainya), Ideas, gagasan yang menghasilkan produk yang diminta.

Yang perlu diperhatikan dalam permasalahan produk adalah bahwa konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi memberi benefit dan value dari produk tersebut.

Purnama (2005:162) menyatakan terdapat 7 tingkatan hirarki produk, yaitu:


(49)

Keluarga kebutuhan (need family), kebutuhan inti yang mendasari keberadaan suatu kelompok produk, Keluarga produk (product family), semua kelas produk yang dapat memenuhisuatu kebutuhan ini dengan efektifitas memadai, Kelas produk (product class), sekelompok produk dalam keluarga produk yang diakui memiliki kesamaan fungsional, Lini produk (product line), sekelompok produk dalam suatu kelas yang berkaitan erat, karena mereka melaksanakan suatu fungsi yang serupa,dijual pada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama, atau berada dalam rentang harga tertentu, Jenis produk (product type), suatu kelompok produk dalam suatu line produk yang sama-sama memiliki salah satu dari berbagai kemungkinan bentuk produk tersebut, Merek (brand), nama yang diasosiasikan dengan satu atau beberapa produk dalamline produk yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakter produk tersebut, Unit produk (item/stokckkeeping unit/product variance), merupakan satu unit tersendiri dalam suatu merek atau line produk yang dapat dibedakan menurut ukuran, harga , penampilan, atau atribut lain.

2. Jasa

Tjiptono dan Diana (2003:144) menyatakan bahwa “layanan pelanggan seringkali dilihat sebagai bagian dari unsur bauran pemasaran tempat (place) dan dikaitkan dengan komponen distribusi dan logistik dari unsur tersebut”.

Pemasaran interaktif membangun kualitas layanan dalam usahanya mendapatkan keunggulan bersaing jangka panjang. Pada dasarnya kriteria kualitas sulit untuk ditukar.

Customer service meliputi semua aktifitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat (time and place utility) termasuk pelayanan pra transaksi, saat transaksi dan pasca transaksi. Kegiatan sebelum transaksi akan turut mempengaruhi kegiatan transaksi.Oleh karena itu, kegiatan pendahuluannya harus dibuat sebaik mungkin. Sehingga konsumen memberikan respons yang positif dan menunjukkan loyalitas yang tinggi.

3. Manusia


(50)

diberikan. Keputusan dalam manusia berarti sehubungan dengan seleksi, training, motivasi, dan manajemen sumber daya manusia. Pentingnya manusia dalam memberikan pelayanan berkualitas berkaitan dengan internal marketing, yaitu interaksi antara setiap karyawan dan tiap departemen dalam organisasi.

Manusia merupakan unsur terpenting dalam organisasi dan juga dalam bauran pemasaran, karena perusahaan jasa banyak melakukan kontak secara langsung dengan pelanggan. Oleh karena itu kualitas jasa sangat tergantung kepada kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh personalia organisasi, sehingga pelatihan dan pengembangan pegawai sering merupakan kunci keberhasilan pelayanan jasa. Banyak lembaga rumah sakit mengutamakan pengembangan pegawai khususnya tenaga perawat dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan dalam proses perawatan pasien. Pentingnya orang dalam pemasaran jasa mengarah pada minat yang lebih besar dalam pemasaran internal. Ini menyadari pentingnya menarik, memotivasi, melatih dan mempertahankan kualitas karyawan dengan pengembangan pekerjaan-pekerjaan untuk memuaskan kebutuhan individu.

Lupiyoadi (2004:162) menjelaskan 4 kriteria peranan atau pengaruh dari aspek manusia terhadap konsumen, yaitu:

Contractor, person disini berinteraksi langsung dengan konsumen dalam frekuensi yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli, Modifier, mereka tidak secara langsung mempengaruhi konsumen,tetapi cukup sering berhubungan dengan konsumen, misalnya resepsionis, Influencer, mereka mempengaruhi konsumen dalam keputusan untuk membeli tetapi tidak secara langsung kontak dengan konsumen, Isolated, person tidak secara langsung ikut serta dalam marketing mix dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen. Misalnya, karyawan bagian administrasi penjualan, ADM dan data processing.


(51)

4. Proses

Proses dapat dibedakan dalam dua cara, yaitu: complexity, berhubungan dengan langkah dan tahap dalam proses, serta divergence: berhubungan dengan adanya perubahan dalam langkah atau tahap proses.

Proses atau berlangsungnya operasi merupakan faktor penting bagi konsumen yang kontak pelayanannya cukup tinggi, yang seringkali merupakan perwakilan perusahaan tersebut. Misalnya pasien rumah sakit sangat terpengaruh dengan cara staf atau karyawan yang menangani pasien.Demikian juga dengan calon siswa akan terlebih dahulu datang dan melihat gedung, ruangan kelas tempat belajar, laboratorium, perpustakaan, serta fasilitas lainnya yang turut serta menunjang aktivitas atau proses belajar.

Jadi dalam konteks pemasaran jasa, konteks sosial dan fisik sangat mempengaruhi, dimana hal tersebut dapat dikatakan sebagai hal yang mutlak diperlukan dalam setiap proses pelayanan. Interaksi sosial yang terjadi dalam kegiatannya secara tidak langsung akan mempengaruhi setiap fasilitas yang ada serta lingkungan dimana setiap konsumen dan penjual saling berinteraksi akan berupaya meningkatkan setiap service yang dilakukan.

5. Lingkungan

Tjiptono dan Diana (2003:90) menyatakan bahwa “lingkungan berkenan dengan keputusan perusahaan mengenai dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan”. Pentingnya lingkungan untuk jasa tergantung pada jenis dan tingkat internal yang terlibat. Interaksi antara penyedia jasa dengan pelanggan terdiri dari pelanggan mendatangi penyedia jasa atau penyedia jasa dan pelanggan mentransaksikan bisnis dalam jarak jauh.


(52)

Menurut Lupiyoadi (2004:171), “keputusan tentang lingkungan dan sistem penyampaian harus sejalan dengan strategi lembaga secara keseluruhan”. Jika strateginya adalah spesialisasi menawarkan produk tertentu pada pasar tertentu , ini dapat menunjukkan lingkungan yang pasti.Contohnya, sekolah seni menawarkan produk yang beragam karena lingkungan dekat museum seni. Galeri, teater, dan sebagainya yang memperkaya peluang tersebut.

Desain dan tata letak fasilitas jasa erat kaitannya dengan pembentukan persepsi pelanggan. Pada sejumlah tipe jasa, persepsi yang terbentuk dari interaksi antara pelanggan dengan fasilitas jasa berpengaruh terhadap kualitas jasa tersebut di mata pelanggan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam mengambil keputusan desain fasilitas jasa meliputi (Lupiyoadi, 2004:173):

Sifat dan tujuan organisasi jasa, sifat suatu jasa seringkali menentukan berbagai persyaratan desainnya. Desain fasilitas yang baik dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya perusahaan mudah dikenali dan desain eksterior bisa menjadi ciri khas atau petunjuk mengenai sifat jasa di dalamnya; Ketersediaan tanah dan kebutuhan akan ruang/tempat setiap perusahaan jasa yang membutuhkan lokasi fisik untuk mendirikan fasilitas jasanya perlu mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti kemampuan financial , ketersediaan tanah , peraturan pemerintah berkenan dengan kepemilikan tanah dan pembebasan tanah dan sebagainya. Sebaiknya lokasi tersebut memadai sebab lokasi juga salah satu daya tarik tersendiri; Fleksibilitas desaian sangat diperlukan apabila permintaan sering berfluktuasi dan jika spesifikasi jasa cepat berkembang.sehingga resiko keuangan relatif besar. Kedua kondisi ini menyebabkan fasilitas jasaharus dapat disesuaikan secara mudah dengan memperhitungkan kemungkinan perkembangan di masa mendatang; Faktor estesis, fasilitas jasa yang tertata secara rapi,menarik dan estetis akan dapat meningkatkan sikap positif pelanggan terhadap suatu jasa; Masyarakat dan lingkungan sekitar masyarakat (terutama memperhatikan masalah sosial dan lingkungan hidup) dan lingkungan di sekitar fasilitas jasa memainkan peranan penting dan berpengaruh besar terhadap perusahaan, Biaya kontruksi dan operasi, kedua jenis biaya ini dipengaruhi desain fasilitas. Biaya kontruksi dipengaruhi oleh jumlah dan jenis bahan bangunan yang digunakan. Biaya operasi dipengaruhi oleh kebutuhan operasional fasilitas termasuk biaya pemasaran.


(53)

2.6.Indikator Keberhasilan Bisnis

"Apakah kesuksesan itu ?" Ketika pertanyaan ini diajukan, setiap pengusaha akan memberikan jawaban yang berbeda. Sebagian akan mengatakan bahwa sukses adalah mencapai kemandirian, kendali, dan keamanan. Sebagian lain mengatakan kesuksesan adalah kekuasaan, pengakuan, dan uang. Sebagian lain akan mengatakan mengenai persahabatan, praktek, dan bahkan bangkit dari kegagalan dan lain-lain

Kesuksesan tidak mudah didefinisikan. Sebuah bisnis biasanya melalui jalan yang panjang dan berliku, dan pada saat mencapai apa yang menjadi tujuannya, membuktikan bahwa bisnis berada dijalur yang tepat. Perjalanan inilah yang digunakan sebagai indikator dimana bisnis tumbuh dan berkembang - di jalur yang benar.

Kesuksesan sebuah bisnis tidak terjadi dalam sekejap. Anda tidak bisa memulai bisnis hari ini, dan berharap mendapatkan profit pada keesokan harinya.

Indikator keberhasilan bisnis tersebut antara lain (www.powerhomebiz.com, 2009, diakses tanggal 5 April 2014):

1. Mencapai Break Even Point

Setelah menentukan ide bisnis yang visible, kita harus fokus pada upaya pengembangan bisnis. Ini melibatkan riset pasar, kalkulasi biaya untuk melihat Kita bisa menghasilkan keuntungan dan menetapkan harga. Sebelum launching bisnis, Kita harus tahu biaya-biaya yang muncul pada saat start-up. Pengusaha yang cerdas harus mengetahui dengan tepat biaya start-up yang diperlukan dalam bisnis, dan memastikan memiliki modal yang lebih dari cukup untuk menutup biaya-biaya tersebut dan biaya tidak terduga yang mungkin muncul.


(1)

ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PADA PETERNAKAN BIBIT IKAN LELE DI KOTA BINJAI (Studi Kasus Pada Ternak Lele Asio Jalan

Lincun Binjai Barat)

Nama : Zul Afandi Amli Nst NIM : 100907021

Prodi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Ihsan Efendi, SE, MSi

Strategi bisnis sering disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi, strategi distribusi, strategi organisasi, strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan. Peternakan bibit ikan lele Peternak Asio merupakan pemasok bibit ikan lele yang berlokasi di Jalan Lincum Binjai Barat. Usaha yang telah dilakukan oleh peternak ikan lele ini sudah berjalan selama 10 tahun. Sehinggga dirasa perlu untuk menganilasa bagaimana strategi pengembangan bisnis yang diterapkan pada peternakan bibit ikan lele oleh Peternak Asio Jalan Lincun Binje Barat. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan bisnis yang diterapkan pada peternakan bibit ikan lele oleh Peternak Asio Jalan Lincun Binje Barat.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah kualitatif. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Informan dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu informan kunci yaitu pengusaha bibit ikan lele sebanyak 1 orang dan informan utama yaitu konsumen dan pelanggan yang membeli bibit ikan lele. Penentuan informan utama dilakukan secara aksidental yaitu penentuan informan secara kebetulan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa faktor internal yang menjadi kekuatan peternakan bibit ikan lele Asio adalah produk berkualitas, variasi produk, promosi yang modern, adanya potongan harga, karyawan yang rajin, dan peralatan yang memadai. Sedangkan yang menjadi kelemahan adalah lokasi kurang strategis, jumlah karyawan kurang. Faktor eksternal yang menjadi peluang peternak Asio adalah tidak ada usaha sejenis di sekitar lokasi usaha, penawaran sesuai dengan keinginan pelanggan, sedangkan faktor eksternal yang merupakan ancaman peternakan bibit ikan lele adalah persaingan dengan pembisnis baru maupun yang sudah ada, banyak pesaing menawarkan harga yang lebih murah, harga pakan yang relatif tinggi. Strategi yang dapat dijalankan peternakan bibit ikan lele Asio untuk mengembangkan bisnisnya adalah meningkatkan kenyamana pelanggan, Meningkatkan kualitas produk, menciptakan produk yang menghasilkan ikan lele pejantan lebih tinggi persentasenya dibanding betina, menambah jumlah karyawan agar karyawan dapat bekerja secara maksimal, meningkatkan dan menambah


(2)

ABSTRACT

BUSINESS DEVELOPMENT STRATEGY IN LIVESTOCK BREEDING IN FISH CATFISH Binjai (A Case Study Catfish Livestock Asio Lincun

Jalan Binjai Barat)

Name : Zul Afandi Amli Nst NIM : 100907021

Prodi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Supervisor : Drs. Ihsan Efendi, SE, MSi

Business strategy is often called a functional business strategies because these strategies oriented to the functions of management activities, such as marketing strategy, product strategy, distribution strategy, organizational strategy, strategies related to finance. Livestock Breeder seed catfish Asio is a seed supplier of catfish located in Jalan Binjai Lincum West. The efforts made by the catfish farmers have been running for 10 years. So as it is necessary to menganilasa how the business development strategy applied to the seed breeding catfish by breeders Asio Lincun Binje Road West. The purpose of the research is to find out how the business development strategy applied to the seed breeding catfish by breeders Asio Lincun Binje Road West.

In this study, the method used is qualitative. Data were obtained from observation, interview and literature study. Informants in this study were divided into two groups, namely the key informants that employers catfish seed as much as 1 and key informants that consumers and customers who buy seeds catfish. Determination key informants conducted accidental namely the determination of the informant by chance.

Based on the results of research conducted in the field shows that internal factors into strengths seed breeding catfish Asio is a quality product, product variation, promotional modern, the price cuts, the employees were diligent, and the proper equipment. While the weakness is the lack of a strategic location, number of employees less. External factors into opportunities breeder Asio is no similar efforts around the location of the business, supply in accordance with the wishes of customers, while external factors that represent a threat farm seed catfish is competition with pembisnis new and existing, many competitors offering cheaper prices , relatively high feed prices. Strategies that can be run farm seed catfish Asio to develop its business is improving kenyamana customer, Improve product quality, creating products that produce catfish males a higher percentage than the female, increase the number of employees so that employees can work optimally, improve and increase promotional activities.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II KERANGKA TEORI ... 5

2.1. Pengertian dan Tipe-tipe Strategi ... 5

2.2. Pengertian Bisnis ... 7

2.3. Formulasi Strategi Melalui Pendekatan SWOT ... 10

2.4. Strategi Pengembangan Bisnis ... 11

2.5. Kualitas Pelayanan ... 14

2.6. Indikator Keberhasilan Bisnis ... 19

2.7. Teknik Pembibitan Ikan Lele ... 22

2.8. Konsep Konseptual ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Bentuk Penelitian ... 27

3.2. Lokasi Penelitian ... 27

3.3. Informan Penelitian ... 27

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5. Metode Analisis Data ... 29


(4)

4.1.3. Deskripsi Tugas ... 32

4.2. Penyajian Data ... 33

4.3. Analisis Data ... 35

4.3.1.Faktor Internal Yang Menjadi Kekuatan dan Kelemahan Peternakan Bibit Ikan Lele di Kota Binjai ... 35

4.3.2.Faktor Eksternal Yang Menjadi Kekuatan dan Kelemahan Peternakan Bibit Ikan Lele di Kota Binjai ... 45

4.3.3.Strategi Pengembanga Usaha Yang Dapat Dijalankan Peternakan Bibit Ikan Lele Asio Jalan Lincun Binjai Barat ... 47

4.4. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 56

5.1. Kesimpulan ... 56

5.2. Saran ... 57


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Definisi Konsep ... 45 Gambar 4.1. Struktur Organisasi Peternakan Bibit Ikan Lele Asio ... 32


(6)

DAFTAR TABEL