1. Ragu-ragu
Tokoh Sun Quan merupakan tokoh pemimpin yang ragu-ragu, ragu dalam mengambil keputusan, apakah harus menyerah pada Cao Cao atau berperang melawan Cao Cao.
Dalam hal ini Sun Quan ragu dalam mengambil keputusannya bahkan ketika Zhuge Liang yang ahli dalam strategi perang menawarkan cara yang paling ampuh untuk
melawan tentara Cao Cao dengan strategi perang di air dimana tentara Cao Cao lemah dalam bidang ini Sun Quan tidak juga merasa yakin menang. Hal ini didukung oleh
kutipan yang terdapat pada:
“Jelas anda ragu, padahal andalah yang memegang keputusan. Bila anda tidak bisa mengambil keputusan, maka bencana akan datang hanya dalam
tempo beberapa hari lagi.” Kisah Tiga Kerajaan, 2009: 347
Hal ini juga didukung oleh kutipan lain yang yaitu: Sun Quan tampak ragu-ragu. “Silahkan anda mundur dulu, beri waktu
padaku untuk berpikir.” Lu Shu menghormat, lalu mengundurkan diri. Sun Quan menjadi serba salah. Nafsu makan menjadi hilang, tidur tidak
nyenyak, terus gelisah bila ia mengingat posisinya yang berada dalam tekanan diberi tanggung jawab oleh ayah dan kakaknya menjaga negara
Wu Timur yang telah dibangun dengan banyak pengorbanan. Kisah Tiga Kerajaan, 2009: 350
2. Mudah terhasut
Sun Quan merupakan tokoh pemimpin yang sangat mudah dihasut oleh mentri- mentrinya. Sun Quan yang setelah diberi nasehat oleh Zhuge Liang lalu memutuskan
untuk melawan Cao Cao malah terhasut oleh kata-kata mentrinya yang mengatakan untuk
Universitas Sumatera Utara
menyerah pada Cao Cao hanya ingin menyelamatkan diri. Hal ini tergambar dari kutipan pada:
“Jelas sudah Zhugong tertipu oleh lidah Zhuge Liang yang licin. Tidakkah Tuanku ingat bagaimana Cao Cao menumpas Yuan Shao dulu?
Bagaimana bila sekarang kekuatan Zhugong dibandingkan dengan Yuan Shao? Bila Tuanku mengerahkan tentara melawan Cao Cao ini sama saja
dengan menggunakan kayu untuk memadamkan api. Sun Quan hanya terdiam. Tak lama kemudian Zhang Shao dan rekan-
rekannya meninggalkan Sun Quan. Setelah itu, Lu Shu mendatangi majikannya ini. “Mereka yang mengusulkan menyerah sebenarnya hanya
ingin menyelamatkan diri sendiri saja. Harap tuanku harus menetapkan pikiran. Bila masalah ini sampai tertunda dan berlarut-larut, Tuanku pasti
akan ditelantarkan oleh orang banyak.” Kisah Tiga Kerajaan, 2009: 349- 350.
3. Tidak berpendirian
Sun Quan yang selalu ragu-ragu dalam mengambil keputusan serta karakter yang mudah terhasut oleh orang lain mengidentifikasikan bahwa tokoh Sun Quan merupakan
tokoh yang tidak tetap pada pendiriannya. Ketika dia memutuskan untuk berperang melawan Cao Cao tapi setelah itu dia termakan oleh kata-kata mentrinya untuk menyerah
lalu setelah itu dia memutuskan lagi untuk berperang melawan Cao Cao bahkan kali ini Sun Quan mengambil pedangnya lalu diarahkan ke ujung meja hingga terpotong. Hal ini
sebagai tanda bahwa ia sangat yakin padahal ini hanyalah cara Sun Quan untuk meyakinkan dirinya sendiri agar keputusannya tidak berubah lagi dan gelagat Sun Quan
ini diketahui oleh Zhuge Liang yang sangat pintar. Hal ini tergambar dalam kutipan pada:
“Sekarang aku tidak ragu lagi. Baiklah, mulai hari ini siapa pun yang menyarankan aku untuk menyerah, kisah hidupnya akan seperti meja ini”
BLAG Sun Quan menyatakan perang, lalu ia membacok ujung mejanya hingga terpotong sebagai simbol kebulatan tekadnya…..
Universitas Sumatera Utara
“Hoo…Nanti dulu. Sebenarnya Tuan Sun Quan sendiri masih belum terlalu yakin. Meski pun tadi ia sampai membacok ujung meja, tapi
sebenarnya masih ragu. Pastikan dulu baru kita berunding lagi.”…Ternyata benar dugaan tamunya, Sun Quan masih belum terlalu
yakin.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS EKSTRINSIK: PSIKOLOGI SASTRA
Berikut ini analisis aspek kepribadian tokoh-tokoh utama Liu Bei, Cao Cao dan Sun Quan berdasarkan teori kepribadian Sigmund Freud Id, Ego, dan Superego.
5.1. Tokoh Liu Bei
Berikut ini adalah analisis kepribadian tokoh Liu Bei berdasarkan teori Sigmund Freud id, ego, superego
5.1.1 Tokoh Liu Bei dianalisis berdasarkan Id
Id adalah aspek kepribadian yang dibawa sejak lahir. Di bawah ini akan dijelaskan aspek id yang dimiliki oleh tokoh Liu Bei.
Kutipan:
“Peribahasa mengatakan bahwa saudara adalah seperti tangan dan kaki, isteri seperti pakaian. Bila pakaianmu rusak kau bisa menggantinya yang
baru, tetapi bagaimana bila kehilangan tangan dan kaki? Kita bertiga bersumpah di taman bunga, akan mati dihari yang sama. Kehilangan kota
dan keluarga, memang benar aku bersedih. Paling tidak aku tidak ingin kita mati sia-sia.
Sejak dari awalnya, Xuzhou memang bukan milik kita. Apa yang perlu disesalkan? Aku juga yakin satu hal, Lu Bu tidak akan menyakiti
keluargaku. Kau memang bersalah sandi… Tapi apakah kau membuat lebih salah lagi dengan membunuh dirimu?” Kisah Tiga Kerajaan,
2009:142
Analisis:
Universitas Sumatera Utara