Analisis Struktural Pada Roman Sam Kok Tiga Negara Karya Luo Guan Zhong

(1)

ANALISIS STRUKTURAL PADA ROMAN SAM KOK

TIGA NEGARA KARYA LUO GUAN ZHONG

《三国演义》结构分析

(

san guo yuan yi

jie gou

fen xi)

SKRIPSI

Oleh :

YULI ROWIS RAMBE

NIM. 070710016

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS STRUKTURAL PADA ROMAN SAM KOK

TIGA NEGARA KARYA LUO GUAN ZHONG

《三国演义》结构分析

(

san guo yuan yi

jie gou

fen xi)

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina.

SKRIPSI Oleh :

YULI ROWIS RAMBE NIM. 070710016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nst, M.Si NIP.196209251989031017

Julina, MTSCOL

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Pengesahan Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu ujian Sarjana Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu Sastra Cina pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Pada :

Hari/Tanggal :

Pukul :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19511013 197603 1 001 Dr. Syahron Lubis, M.A

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A ( )

2. Dra. Nur Cahaya Bangun, M. Si ( ) 3. Julina, MTCSOL ( )

4. Prof.Dr.Ikhwanuddin Nst.M. Si ( )


(4)

Disetujui oleh:

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Cina Ketua,

NIP. 196301091988032001 Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A.


(5)

ABSTRACT

The title of this research is “ Analisis Struktural Pada Roman Sam Kok Tiga Negara Karya Luo Guan Zhong”. In this research, the writer is trying to describe the structural of The Roman Three Kingdom, especially in intrinsik unsure. Due the title, there are some concepts written in chapter two, they are roman and the instrinsik unsure of roman. Intrinsik romans include theme, plot,setting,character,and point of view. The theory used in this research is structural theory or objective theory, that is used to analysis the basic of the roman can be created as a literary works . The methodology used on the research to describe the data is descriptive. In the chapter four the writer describe and analysis the intrinsik unsure of the Roman Three Kingdom. In the last chapter, the result of the analysis shows that the theme, plot, setting, character and point of view are the important unsure to making a good literary works .


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi pribadi yang paling penulis yang sangat cintai di atas segalanya yaitu Allah yang Maha Baik, atas segala karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Analisis Struktural Roman Sam Kok Tiga Negara Karya Luo Guan Zhong ”. Penulis berharap skripsi ini berguna bagi pembaca, terutama sekali bagi mahasiswa Sastra Cina yang ingin mengetahui tentang Roman Sam Kok Tiga Negara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan maupun hambatan, baik mengenai tentang upacara dan makna minum teh sebagai sumber acuan, maupun disebabkan terbatasnya kemampuan penulis dalam bidang yang akan dibahas, namun berkat dan penyertaan dari Allah serta dukungan moril maupun semangat yang telah diberikan oleh banyak pihak yang ada di sekitar selama penulisan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan yang ada didalamnya, untuk itu penulis bersedia menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini. Rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:


(7)

1. Yang terhormat, Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Yang terhormat , Dr. T. Thyrahaya Zein, M.A, selaku Ketua Program Studi

Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Yang terhormat, Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, MSi, selaku Sekretaris

Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Yang terhormat, Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nst, M.Si, selaku Pembimbing

I yang telah membantu saya dalam hal tenaga, waktu dan ide pemikiran dalam memberikan masukan, serta pengarahan yang membantu pengerjaan skripsi ini.

5. Yang terhormat, Laoshi Julina, MTCSOL, selaku Pembimbing II yang telah

banyak memberikan masukan dan waktunya bagi pengerjaan skripsi ini.

6. Yang terhormat, seluruh dosen Jinan University yang mengajar di Program

Studi Sastra Cina , yaitu : Kuang Xiao Rong,M.A,Ph.D; Liao Jianqi,M.A,Ph.D; Shao Chang Chao,M.A,Ph.D; Yu Xin,M.A dan seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Cina lainnya yang telah memberikan ilmu dan didikan selama masa perkuliahan.

7. Teristimewa buat orangtua saya yang saya sayangi dan saya cintai, Ayahanda

S.D Ramnbe dan Ibunda saya R. Daulay yang selama ini telah mengasuh, membesarkan, dan mengasihi dengan penuh rasa cinta, pengorbanan, kasih dan sayang, doa yang tulus, serta mendukung dalam segala hal dan situasi.

8. Yang saya cintai dan sayangi Adik-adikku Yuyun, dan Fadlan, Hasan dan


(8)

9. Yang selalu memberi warna bagi hari-hariku dalam perkuliahan yaitu teman-temanku yang kusayangi: Rindi Ginting, Yuliana, Veronika Brahmana, Rahmi, Asti, Sheyla dan Sheyra Siregar . Thanks all buat masa-masa indah dalam persahabatan kita selama ini, baik suka maupun duka yang telah kita lewati selama ini dan mudah-mudahan persahabatan kita ini tetap awet untuk selamanya.

10. Rekan-rekan mahasiswa/i Sastra Cina (2007) dan adik-adik ’08-13’ yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah menjalin ikatan persaudaraan yang baik selama masa perkuliahan.

Atas semuanya ini penulis tidak dapat membalas segala jasa dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis hanya bisa mendoakan dan memohon kepada Tuhan semoga diberikan balasan yang jauh melebihi dari bantuan yang telah diberikan, Amin.

Medan, Januari 2014 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Kajian Pustaka... 6

2.2 Konsep ... 7

2.2.1 Roman ... 7

2.2.2 Unsur Intrinsik Roman ... 9

2.2.2.1. Tema ... 16

2.2.2.2. Alur………..17

2.2.2.3. Latar……… ... 19

2.2.2.4. Penokohan……… ... 19


(10)

2.3 Landasan Teori ... 20

2.3.1. Teori Struktural (Objektif) ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Metode Penelitian ... 24

3.2 Data dan Sumber Data ... 25

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4 Teknik Analisa Data………...28

BAB IV PEMBAHASAN ... ..29

4.1. Analisis Berdasarkan Pendekatan Intrinsik ... 29

4.1.1 Tema ... 29

4.1.2 Alur ... 37

4.1.3 Latar……… ...41

4.1.4 Penokohan………...42

4.1.5 Sudut Pandang………...46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Simpulan ... 52

5.2 Saran ... 54


(11)

ABSTRACT

The title of this research is “ Analisis Struktural Pada Roman Sam Kok Tiga Negara Karya Luo Guan Zhong”. In this research, the writer is trying to describe the structural of The Roman Three Kingdom, especially in intrinsik unsure. Due the title, there are some concepts written in chapter two, they are roman and the instrinsik unsure of roman. Intrinsik romans include theme, plot,setting,character,and point of view. The theory used in this research is structural theory or objective theory, that is used to analysis the basic of the roman can be created as a literary works . The methodology used on the research to describe the data is descriptive. In the chapter four the writer describe and analysis the intrinsik unsure of the Roman Three Kingdom. In the last chapter, the result of the analysis shows that the theme, plot, setting, character and point of view are the important unsure to making a good literary works .


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.

Sastra juga bisa disebut sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan orang dalam kehidupan, apa yang telah dialami orang tentang kehidupan dan apa yang dirasakan orang mengenai segi – segi kehidupan yang yang paling menarik minat secara langsung dan bersifat sangat dominan yang diungkapkan melalui bahasa. Dengan kata lain,sastra lahir karena dorongan - dorongan asasi sesuai dengan kodrat sebagai manusia.

Banyak para ahli sastrawan yang mendefinisikan pengertian dari sastra itu sendiri. Salah satunya adalah M. Atar Semi (1988:8) yang mengemukakan bahwa “Sastra itu adalah bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya”.


(13)

Sesuai dengan pendapat M. Atar Semi dapat dikatakan bahwa sastra itu sebagai hasil pekerjaan seni kreatif, manusia dengan tangan pikirannya menjangkau riak – riak kedalaman hidup manusia. Dengan begitu sastra merupakan hal kompleks yang ada didalam manusia secara tak sadar dan bahasa merupakan sebagai alat komunikatornya atau mediumnya.

Pengertian sastra lainnya diungkapkan oleh Sumardjo dan Saini K.M, yaitu sastra adalah bentuk gambaran kehidupan yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan dan gagasan, semangat, keyakinan yang membangkitkan pesona dengan alat – alat bahasa. Walaupun bermacam – macam pengertian yang diungkapkan mengenai sastra, tetapi hasil terpenting dari sebuah sastra adalah tetap sama yaitu karya sastra.

Secara harafiah, kata sastra dalam bahasa latin littera yang artinya tulisan. Demikian juga di dalam bahasa Indonesia, karya sastra diambil dari bahasa Sanskerta, yang juga berarti tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan.

Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra pengarang berusaha mengungkapkan suka duka kehidupan masyarakat yang mereka rasakan atau alami. Selain itu karya sastra juga menyuguhkan potret kehidupan yang menyangkut persoalan sosial dalam masyarakat, setelah mengalami proses secara insentif dalam imajinatif pengarang sendiri, maka lahirlah pengalaman kehidupan tersebut dalam bentuk karya sastra.

Karya sastra mengandung berbagai unsur yang kompleks dan mengandung unsur kebahasaan, struktur wacana, signifikan sastra, keindahan, sosial budaya,


(14)

nilai dan latar kesejarahannya (Aminuddin, 1987:51). Oleh karena itu, unsur – unsur dalam sebuah karya sastra merupakan pembangun yang menjadi terbentuknya sebuah karya sastra. Namun jika semua bergabung dalam satu kesatuan terlihatlah kekhasan karya sastra tersebut.

Karya sastra dapat dikategorikan dalam dua jenis yaitu karya imajinatif dan karya non imajinatif. Karya sastra yang bersifat imajinatif berupa novel, roman, essai dan cerita rakyat. Sedangkan karya sastra yang bersifat non imajinatif berupa puisi, drama dan lagu. Dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang Roman Kisah Tiga Kerajaan yang menekankan pada pembahasan unsur intrinsik yang membangun roman tersebut.

Pada umumnya, setiap karya sastra memiliki dua unsur yang berpengaruh dalam membangun karya sastra tersebut, yaitu unsur intrinsik dan ektrinsik . yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri atau unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud misalnya tema, plot, latar, penokohan, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain. Dapat dikatakan bahwa unsur intrinsik merupakan landasan atau dasar didalam menganalisis. Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah hal – hal yang membangun sebuah karya sastra dari dalam, yang meliputi tema, penokohan, alur/plot, latar/setting, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat.


(15)

Sedangkan yang dimaksud dengan ektrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra tersebut atau dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian didalamnya. Unsur-unsur ektrinsik tersebut adalah kebudayaan, sosial, psikologis, ekonomi, politik, agama dan lain-lain. Dalam penelitian ini peneliti hanya menganalisis Roman Kisah Tiga Kerajaan menggunakan unsur intrinsik.

Tema merupakan ide dalam sebuah cerita. Tema dapat tergambar melalui dialog-dialog tokoh-tokohnya, jalan pikirannya, perasaannya, kejadian-kejadian, setting cerita untuk mempertegas atau menyarankan isi temanya. Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.

Selain itu alur juga unsur intrinsik yang membangun sebuah karya sastra. Alur merupakan suatu kejadian yang dapat menggerakkan sebuah cerita. Unsur-unsur alur senantiasa berpusat pada konflik. Dengan adanya alur, pembaca dibawa ke dalam suatu keadaan yang menegangkan. Kekuatan sebuah karya sastra seperti novel terletak dalam hal bagaimana seorang pengarang membawa pembacanya mengikuti timbulnya konflik, memuncaknya konflik, dan berakhirnya konflik.

Latar dalam sebuah novel tidak hanya sekedar menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya. Dalam sebuah karya sastra yang baik, latar harus benar-benar mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita. Dari latar wilayah tertentu harus menghasilkan perwatakan tokoh tertentu dan tema tertentu. Sudut pandang pada dasarnya merupakan visi pengarang, artinya sudut pandang yang


(16)

diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Gaya bahasa merupakan cara khas pengungkapan seseorang terhadap sebuah karya sastra.

Roman adalah bentuk prosa baru yang berupa cerita fiksi yang masuk golongan cerita panjang. Yang isinya menceritakan kehidupan seseorang atau beberapa isinya menceritakan kehidupan seseorang atau beberapa orang yang di hubungkan dengan sifat/jiwa mereka dalam menghadapi lingkungan hidupnya. Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti roman yang berjudul Kisah Tiga Kerajaan, khususnya mengenai unsur intrinsik dalam roman Kisah Tiga Kerajaan.

Kisah Tiga Kerajaan atau dikenal dengan nama Sam kok adalah sebuah zaman di penghujung Dinasti Han dimana negara Cina terpecah menjadi tiga negara yang saling bermusuhan. Di dalam sejarah pada masa dinasti – dinasti Cina biasanya hanya boleh ada kaisar tunggal yang dianggap menjalankan mandat langit untuk berkuasa, namun di zaman ini karena tidak ada satupun negara yang dapat menaklukkan negara lainnya untuk mempersatukan Cina, maka muncullah tiga negara dengan kaisarnya masing – masing.

Kisah Tiga Negara adalah salah satu karya sastra klasik yang paling populer di dalam sejarah Tiongkok. Luo menuliskan roman ini dalam 120 bab yang mempunyai alur cerita bersambung dengan referensi Catatan Sejarah Tiga Negara oleh Chen Shou dan sedikit imajinasinya sendiri. Ada sekitar lebih 400 tokoh sejarah yang diceritakan di dalam Kisah Tiga Negara yang dilukiskan dengan karakter berbeda. Cao Cao, Liu Bei dan Sun Quan sama sebagai karakter pemimpin namun berbeda dalam sifat dan pemikiran. Demikian pula penasehat


(17)

Zhuge Liang, Xun You, Guo Jia dan Zhou Yu masing-masing berbeda pandangan dan wataknya. Setiap karakter mempunyai watak dan sifatnya sendiri yang berbeda satu sama lain. Penggambaran perbedaan watak karakter ini menjadikan roman ini diakui sebagai salah satu wakil dari puncak perkembangan sastra

Tiongkok dalam sejarah. Kisah Tiga Negara ditulis dalam bahasa klasik (文言文).

Kisah Tiga Kerajaan adalah kisah klasik dari negeri tiongkok yang di angkat dari sejarah besar masa Dinasti Han. Turun temurun kisah ini telah beredar secara lisan lebih dari lima abad lamanya. Peristiwa di mana angkatan perang Cao Cao yang berjumlah 1000.000 ini kini habis tinggal 28 orang itu menjadi sangat di kenang orang dalam sejarah Tiongkok, bahkan dunia pun mengenang pertempuran terbesar sepanjang peradaban manusia ini, masyarakat Tionghoa menyebutnya perang chibi atau di dunia pertempuran, ini di sebut “The Battle Of Red Cliffs” , di mana pertempuran ini mengubah peta kekuatan Liu Bei, Cao Cao dengan mengatasnamakan kaisar menjadi sangat kuat dan di takuti oleh lawa-lawannya, sehingga ia seperti hanya tinggal waktu saja menguasai seluruh china, namun berkat perjuangan gagah berani dari Liu Bei dan kawan-kawannya maka terciptalah kesempatan baru lewat perang chibi ini.

Kisah Tiga Kerajaan berlatar belakang sejarah pada masa keruntuhan Dinasti Han, ketika Tiga Kerajaan yakni Wei,Shu dan Wu berdiri saling bersaing memperebutkan atas seluruh Tiongkok,masa itu merupakan masa kacau,tatanan ambruk,peperangan melanda seluruh negeri,mengenai pertempuran, siasat, dan intrik yang di lakukan oleh tokoh-tokoh, bangsawan, panglima perang dan ahli


(18)

strategi yang saling beradu kemampuan, filosofi, gagasan, dan strategi yang terkandung dalam kisah Tiga Kerajaan pun masih bertahan dan di .hargai oleh bangsa Tionghoa.

Kisah Tiga Kerajaan merupakan roman yang terkenal di dalam kehidupan masyarakat Cina, bahkan hampir di seluruh negara di dunia pernah membaca mengenai Kisah Tiga Kerajaan. Kisah Tiga Kerajaan merupakan roman yang berkisah tentang sejarah negara Cina pada masa kerajaan berkuasa. Roman ini sangat menarik untuk diteliti, karena roman tersebut kaya akan sejarah dan kebudayaan Cina. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalis unsur intrinsik dalam roman Kisah Tiga Kerajaan karya Lou Guanzhong.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah unsur-unsur intrinsik dalam roman Sam Kok karya Lou Guanzhong?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan suatu penelitian haruslah jelas agar arah penelitian dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh, alur, latar dan sudut pandang) dalam roman Sam Kok karya Lou Guanzhong.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoretis

Dapat menambah wawasan dan pemahaman yang menyeluruh tentang penggunaan teori-teori sastra secara teknik analisis terhadap karya sastra, sehingga mempermudah pelajar ataupun mahasiswa untuk memahami unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam roman Sam Kok.

b. Manfaat Praktis

Dapat dipergunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan serta dapat dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

1.5 Batasan Masalah

Setiap pelaksanaan penulisan karya ilmiah pasti selalu bertitik tolak dari adanya masalah yang dihadapi dan perlu segera dipecahkan. Supaya penulisan skripsi ini dapat terarah dan pembahasannya juga tidak mengambang serta tidak terjadi kesimpangsiuran dalam menafsirkannya, maka penulis akan membatasi permasalahan yang dipaparkan.

Sesuai dengan judul skripsi ini yaitu Analisis Tema Struktural Roman Sam Kok Karya Luo Guanzhong Berdasarkan Pendekatan Intrinsik, maka penelitian terhadap roman tersebut dibatasi pada analisis unsur-unsur di dalamnya, sepeti tema, tokoh, alur, latar dan sudut pandang berdasarkan pendekatan intrinsik.


(20)

Setelah meneliti unsur-unsur kemudian menerangkan keterkaitan antar unsur tersebut sehingga membentuk suatu totalitas.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang penelitian – penelitian apa saja yang sangat membantu dan menolong peneliti dalam menganalisis. Dalam konsep peneliti akan memaparkan hal – hal yang berkaitan dengan judul penelitian seperti roman, unsur intrinsik, tema, alur dan sebagainya. Sedangkan dalam landasan teori peneliti memaparkan teori yang digunakan peneliti dalam menganalisis Roman Kisah Tiga Kerajaan.

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian tentang tema dalam novel sudah pernah diteliti. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tema dalam sebuah roman. Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian peneliti sebelumnya.

Penelitian tentang unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah Buhari Imran, dengan judul skripsi “Para Priyayi Analisis Struktural, 2001”. Penelitian tersebut meneliti tentang unsur-unsur intrinsik yaitu tokoh, tema, latar, alur, dan sudut pandang dalam novel para priyayi, serta keterkaitan antar unsur yang menbangun sebuah novel. Penelitian ini membantu penulis dalam menganalisis unsur intrinsik dalam roman Sam Kok Kisah Tiga Kerajaan. Sedangkan penulis sendiri membahas tentang unsur


(22)

intrinsik dalam roman Sam Kok Kisah Tiga Kerajaan yang ditinjau berdasarkan pendekatan intrinsik.

Irwan, B dengan judul skripsi “Analisis Tokoh Utama Dalam Novel Dengarlah Nyanyian Angin Karya Haruki Murakami Pendekatan Struktural, 2010”. Penelitian tersebut meneliti tentang tokoh utama dengan pendekatan struktural. Melalui pendekatan struktural, Irwan B menganalisis tokoh utama dengan menghubungkan unsur-unsur intrinsik yang membangun dalam sebuah novel, yaitu hubungan tokoh utama dengan latar, hubungan tokoh utama dengan alur, dan hubungan tokoh utama dengan tokoh lain. Penelitian ini sangat membantu penulis untuk melihat bagaimana menganalisis tema berdasarkan pendekatan intrinsik dalam roman Sam Kok Kisah Tiga Kerajaan

2.2. Konsep

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa konsep,yaitu:

1. Roman

2. Unsur intrinsik roman

a. Tema

b. Alur

c. Latar (setting)

d. Penokohan


(23)

2.2.1. Roman

Roman adalah sebuah karya gambaran dunia yang di ciptakan oleh pengarangnya, yang di dalamnya menampilkan keseluruhan hidup suatu tokoh beserta permasalahannya, terutama dalam hubungan dengan kehidupan sosialnya. Roman menggambarkan kronik kehidupan yang lebih luas yang biasanya melukiskan peristiwa dari masa kanak – kanak sampai dewasa dan meninggal dunia, serta menggambarkan tentang tokoh dan peristiwa – peristiwa yang hebat, mengagumkan bahkan peristiwa – peristiwa yang mengerikan dan menyeramkan. Jadi cerita tentang roman cakupannya lebih luas karena rentang cerita dari lahir hingga tiada.

2.2.2 Unsur intrinsik roman

Dalam mengkaji suatu karya sastra, kita tidak akan bisa lepas dari apa yang membangun suatu karya sastra itu sendiri, yaitu unsur ektrinsik dan unsur intrinsik . unsur intrinsik dalam suatu karya sastra, dalam hal ini adalah roman, yaitu unsur –unsur yang terdapat di dalam karya sastra itu sendiri yang akan di temukan oleh para pembaca seperti tema, alur, tokoh dan penokohan, gaya bahasa, sudut pandang, dan latar, sedangkan unsur ektrinsik sendiri adalah unsur yang mempengaruhi karya sastra namun tidak menjadi bagian di dalamnya biografi pengarang, keadaan politik, dan ekonomi.


(24)

Yang dimaksud dengan unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Di bawah ini dipaparkan unsur-unsur yang membangun novel beserta pengertiannya masing-masing.

2.2.2.1 Tema (Theme)

Tema adalah Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema juga merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Oleh karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain. Sumardjo dan Saini K.M (1991:56) mengatakan tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semuanya didasari oleh ide pengarang tersebut.

Dalam roman Sam Kok mengisahkan mengenai perebutan kekuasaan,nilai persaudaraan, kejujuran, kesetiaan, pengabdian bertempur dengan penghianatan, ambisi, dan intrik yang saling tikam demi meraih kekuasaan.


(25)

Setelah membaca keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tema utama roman ini adalah bagaimana perjuangan seorang prajurit memperjuangkan kerajaannya.

2.2.2.2 Tokoh (Character)

Salah satu unsur intrinsik yang mendukung keberhasilan karya sastra naratif adalah tokoh dan penokohan. Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Setiap tokoh dalam sebuah cerita pasti akan memiliki watak tertentu. Watak adalah sifat yang dimiliki oleh seseorang. Cara mengetahui watak dapat dilihat dari berbagai segi di antaranya adalah sebagai berikut.

a.Ucapan b. Sikap

c.Tingkah laku d.Jalan pikiran e.Cara berpakaian

Maka apa yang diucapkannya, apa yang diperbuatnya, apa yang dipikirkannya, serta apa yang dirasakannya harus betul-betul menunjang penggambaran watak dari tokoh tersebut.

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Setiap tokoh mempunyai karakter sendiri untuk membedakannya dngan tokoh lain. Karakter atau waktu merujuk kepada sifat dan


(26)

sikap para tokoh, serta kualitas pribadinya. Menurut Nurgiyantoro (dalam Imran, 2001:14) mengatakan bahwa,

“Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberi gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyarankan pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.”

Banyak tokoh yang hadir dalam roman Sam Kok ini dengan perannya masing-masing, tetapi hanya beberapa tokoh saja yang dibahas.

2.2.2.3Alur (plot)

Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 2010:83). Secara garis besar, sebuah novel beralur maju, tetapi di dalamnya sering terdapat adegan sorot balik, demikian juga sebaliknya. Untuk menentukan pengkategorian alur sebuah fiksi, hendaknya dilihat penggunaan alur yang lebih dominan.

Pada dasarnya alur dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju sering juga disebut alur biasa. Disebut alur maju apabila suatu cerita mengikuti urutan-urutan situation, generating circumstance, rising action, climax, dan denoument. Namun bukan berarti bahwa suatu cerita harus disusun menurut urutan peristiwa seperti di atas, karena ini hanya merupakan penjelasan unsur – unsur yang membangun alur tersebut. Loban dkk. (Aminuddin, 2010:85) mengemukakan bahwa:


(27)

“pengarang mengawali cerita dengan berangkat dari suatu paparan peristiwa yang menegangkan dan menyita perhatian pembaca karena adanya sesuatu yang mengundang tanda tanya yang biasa diistilahkan dengan suspens. Dari suspens pengarang memasuki tahapan eksposisi dan mengembangkan isi ceritanya, setelah itu menanjak ke klimaks hingga menuju ke penyelesaian”.

Pertukaran atau perpindahan posisi tersebut berguna untuk bagian-bagian tertentu, seperti ketakterdugaan, keterkejutan, dan kelogisan cerita. Bagaimana cerita itu disusun tergantung kepada fantasi pengarangnya. Sedangkan pengertian alur mundur apabila cerita tidak mengikuti konsep urutan-urutan di atas. Alur mundur dapat diketahui apabila pengarang memulai suatu cerita yang menegangkan atau klimaks kemudian diceritakan penyebab konflik tersebut.

Dalam membangun alur, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah:

1. Faktor kebolehjadian. Maksudnya, peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya

tidak selalu realistik tetapi masuk akal.

2. Faktor kejutan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat

secara langsung ditebak / dikenali oleh pembaca.

3. Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara

kebetulan terjadi.

Alur yang terdapat dalam roman Sam Kok adalah alur biasa atau alur maju yang mengikuti urutan-urutan situation, generating circumstance, rising action, climax, dan denoument.


(28)

2.2.2.4Latar (Setting)

Setting diterjemahkan sebagai latar cerita. Setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis (Aminuddin, 2010:67). Hudson (dalam Siswanto, 1988: 150) membagi setting atas setting sosial dan setting fisik. Setting sosial menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa dan lain-lain yang melatari peristiwa. Setting fisik mengacu pada wujud fisikal, yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya.

Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas, penulis fokus membahas latar tempat yang terdapat dalam roman Sam Kok, yaitu Shandong, Jinan, Shanghai, Yenan, dan Beijing.

2.2.2.5Sudut pandang (Point of view)

Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, Sumardjo dan Saini K.M (1991:83) mengemukakan empat macam point of view yang asasi yang penulis akan menguraikannya secara singkat:

1. Omniscient point of view (sudut penglihatan yang berkuasa). Di sini si pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu segalanya. Ia bisa menciptakan apa saja yang ia perlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang diinginkannya. Ia bisa keluar-masukkan para tokohnya. Ia bisa mengemukakan perasaan, kesadaran, jalan pikiran para pelaku cerita.


(29)

2. Objective point of view. Dalam teknik ini pengarang bekerja seperti dalam teknik omniscient, hanya pengarang sama sekali tidak memberi komentar apa pun. Pembaca hanya disuguhi “pandangan mata”. Pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi, seperti penonton melihat pementasan sandiwara. Pengarang sama sekali tidak masuk ke dalam pikiran para pelaku.

3. Point of view orang pertama. Teknik inilah yang kebanyakan kita jumpai dalam cerpen Indonesia. Gaya ini bercerita dengan sudut pandangan “aku”. Jadi, seperti orang menceritakan pengalamannya sendiri saja.

4. Point of view peninjau. Dalam teknik ini pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian cerita diikuti bersama tokoh ini.

Penjelasan di atas jelas terlihat bahwa sudut pandang yang digunakan dalam roman Sam Kok adalah sudut pandang Omniscient point of view yaitu pengarang bertindak sebagai pengarang cerita, bahkan pengarang juga menuturkan tentang perilaku dan karakter, seolah-seoalah berkomunikasi langsung dengan pembaca.

2.3 Landasan Teori

Tema merupakan ide dalam sebuah cerita. Tema dapat tergambar melalui dialog-dialog tokoh-tokohnya, jalan pikirannya, perasaannya, kejadian-kejadian, setting cerita untuk mempertegas atau menyarankan isi temanya. Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu


(30)

mampu menjalin suatu cerita. Selain itu alur juga unsur intrinsik yang membangun sebuah karya sastra. Alur merupakan suatu kejadian yang dapat menggerakkan sebuah cerita. Unsur-unsur alur senantiasa berpusat pada konflik. Dengan adanya alur, pembaca dibawa ke dalam suatu keadaan yang menegangkan. Kekuatan sebuah karya sastra seperti novel terletak dalam hal bagaimana seorang pengarang membawa pembacanya mengikuti timbulnya konflik, memuncaknya konflik, dan berakhirnya konflik. Latar dalam sebuah novel tidak hanya sekedar menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya. Dalam sebuah karya sastra yang baik, latar harus benar-benar mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita. Dari latar wilayah tertentu harus menghasilkan perwatakan tokoh tertentu dan tema tertentu. Sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Gaya bahasa merupakan cara khas pengungkapan seseorang.

Dalam penelitian ini untuk menganalisis tema dalam roman Sam Kok peneliti menggunakan teori struktural yang diungkapkan oleh Teeuw. Penelitian ini menerapkan pendekatan intrinsik dengan teori struktural. Teeuw (1988: 135) mengatakan struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semenditel dan mendalam antar keterkaitan dan keterjalinan aspek karya sastra yang bersama – sama menghasilkan makna menyeluruh. Jadi analisis ini mengkaji, mengidentifikasi dan mendeskripsikan hubungan tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang. Masalah struktur karya sastra dibicarakan dalam rangka pembahasan tragedi, khususnya dalam pasal – pasal mengenai plot. Menurut pandangan Aristoteles dalam tragedi tindakan, bukan watak yang terpenting. Efek


(31)

tragedi dihasilkan oleh aksi plotnya, dan untuk menghasilkan efek yang baik plot harus mempunyai keseluruhan. Untuk itu harus dipenuhi empat syarat utama, yang dalam terjemahan Inggris disebut order, amplititude, atau complexity, unity and connection atau coherence. Order berarti urutan dan aturan: urutan aksi harus teratur, harus menunjukkan konsekuensi dan konsistensi yang masuk akal; terutama harus ada awal, pertengahan dan akhir yang tidak sembarangan. Amplitude berarti bahwa luasnya ruang lingkup dan kekomplekan karya harus cukup untuk memungkinkan perkembangan peristiwa yang msuk akal. unity berarti bahwa semua unsur dalam plot harus ada. Connection atau coherence berarti bahwa sastrawan tidak bertugas untuk menyebut hal – hal yang sungguh – sungguh terjadi, tetapi hal – hal yang mungkin atau harus terjadi dalam rangka keseluruhan plot itu. Justru hal ini merupakan perbedaan hakiki antara sastrawan dan sejarawan; sejarawan menceritakan yang terjadi, sedangkan sastrawan menceritakan peristiwa atau kejadian yang masuk akal atau harus terjadi, berdasarkan tuntutan konsekuensi dan logika ceritanya.

2.3.1 Teori Struktural (Objektif)

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur yang otonom dan bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarang, maupun pembaca. Wellek dan Werren dalam Wiyatmi (2006:87) menyebutkan pendekatan ini sebagai pendekatan intrinsik karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi, dan kebenaran sendiri.


(32)

Dalam meneliti sebuah karya sastra diperlukan pendekatan, dalam penulisan ini digunakan pendekatan struktural. Jika peneliti sastra ingin mengetahui sebuah makna dalam sebuah karya sastra peneliti harus menganalisis aspek yang membangun karya tersebut dan menghubungkan dengan aspek lain sehingga makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra mampu dipahami dengan baik. Pendekatan sturuktural melihat karya sastra sebagai satu kesatuan makna secara keseluruhan.

Menurut Teeuw (1984:135), pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatan struktural membongkar seluruh isi (unsur-unsur intrinsik di dalam novel) dan menghubungkan relevansinya antara unsur-unsur di dalamnya.

Teori struktural sastra merupakan sebuah teori untuk mendekati teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Struktural sastra mengupayakan adanya suatu dasar yang ilmiah bagi teori sastra, seperti halnya disiplin-disiplin ilmu lainnya. Teeuw mengungkapkan, asumsi dasar struktural adalah teks sastra merupakan keseluruhan, kesatuan yang bulat dan mempunyai koherensi batiniah (2011:46). Struktural secara khusus mengacu pada praktik kritik sastra yang model analisisnya didasarkan pada teori linguistik modern, yang pendekatannya selalu pada unsur intrinsik (struktur kesusastraan) dan menganggap teks sastra adalah yang otonom.

Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail, dan sedalam mungkin tentang keterkaitan dan


(33)

hubungan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Analisis struktural merupakan satu langkah, satu sarana atau alat dalam proses pemberian makna dan dalam usaha ilmiah untuk memahami proses dengan cara sesempurna mungkin. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis struktural sehingga mampu mengungkapkan Roman Kisah Tiga Kerajaan secara detail dan sesempurna mungkin agar bisa menyampaikan keinginan dari penulis tersebut kepada khalayak ramai.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti akan memaparkan metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan sumber data yang digunakan dalam menganalisis Roman Kisah Tiga Kerajaan.

3.1 Metode Penelitian

Pada umumnya dalam sebuah penelitian diperlukan metode penelitian untuk mendukung langkah kerja terbentuknya hasil tulisan yang baik dan tersusun secara sistematis. Selain itu metode penelitian merupakan sebagai dasar atau landasan berpijak bagi peneliti untuk menentukan langkah berikutnya sehinggan mampu menganalis suatu masalah secara terarah dan sistematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sebagaimana menurut Nazir (2009:54) bahwa metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Ciri dari metode deskriptif biasanya difokuskan pada masalah faktual yang ada pada waktu penelitian. Data yang dikumpulkan, disusun, dianalisis, dan diinterpretasi sangat tergantung pada teknik penelitian yang digunakan, karena itu


(35)

teknik-teknik pengumpulan dan analisis data harus disajikan secara jelas dan detail. Mula-mula data dikumpulkan dan disusun, lalu dideskripsikan, dengan maksud menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Agar memperoleh data yang sesuai dengan objek yang sedang diteliti, di butuhkan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan objek penelitian.Teknik yang di gunakan dalam pengumpulan data dalam peneliti ini adalah kepustakaan merupakan sumber data yang utama diperoleh dari sumber tertulis. peneliti dalam hal ini mengumpulkan semua data-data dan buku yang berkaitan dengan pendekatan intrinsik. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

1. Melakukan teknik catat, yaitu mencatat masalah-masalah yang

berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik seperti: tema, alur, latar, penokohan, dan sudut pandang dalam roman Sam kok .

2. Membaca roman secara berulang-ulang untuk nencari dan menentukan

tema dalam roman Sam Kok.

3.3 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif juga termasuk ke dalam metode deskriptif karena bersifat memaparkan, menganalisis dan menafsirkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis roman Sam Kok adalah :


(36)

1. Membaca seluruh isi roman Sam Kok secara cermat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik.

2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi unsur-unsur intrinsiknya. Klasifikasi unsur-unsur tersebut dicatat dalam kartu data yang berbeda-beda.

3. Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik roman yang diteliti.

4. Menyimpulkan hasil analisis data untuk mengetahui tema,alur, latar, sudut pandang dan penokohan dalam roman Sam Kok.

3.4 Data dan Sumber Data

Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah roman Sam Kok karya Luo Guanzhong yang berisi kutipan yang dapat mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik dan tema kultural yang terdapat dalam roman tersebut. Adapun secara rinci sumber data tersebut adalah :

Judul : Sam Kok

Karya : Lou Guanzhong

Diceritakan kembali oleh : Yongkie Angkawijaya

Penerbit : Gramedia, Jakarta

Tahun : 2009

Tebal Buku : 431 halaman

Ukuran Buku :


(37)

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi mengenai analisis tentang unsur-unsur yang membangun Roman berdasarkan pendekatan intrinsik yaitu : tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang yang terdapat pada Roman Sam Kok Tiga Kerajaan.

4.1 Analisis Unsur Intrinsik

Pada sub bab ini, penulis menganalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam sebuah Roman. Yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah unsur – unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan dalam teks karya sastra tersebut. Pertama-tama penulis menganalisis tentang tema dalam Roman Sam Kok Tiga Kerajaan. Berikut ini adalah analisis unsur intrinsik dalam Roman Sam Kok Tiga kerajaan.

4.1.1 Tema

Dalam roman Sam Kok mengisahkan mengenai perebutan kekuasaan,nilai persaudaraan, kejujuran, kesetiaan, pengabdian bertempur dengan penghianatan, ambisi, dan intrik yang saling tikam demi meraih kekuasaan. Dapat diambil kesimpulan bahwa tema utama roman ini adalah bagaimana perjuangan seorang prajurit memperjuangkan kerajaannya dalam berbagai konflik dan masalah yang dihadapi masing – masing prajurit dalam memperjuangkan kemenangan. Dalam


(38)

memperjuangkan banyak terjadi intrik, saling membunuh demi kekuasaan dan bermacam – macam tindakan licik dan penuh kekejaman untuk memperoleh kekuasaan dan pemberontakan – pemberontakan yang dilakukan untuk menggulingkan kekuasaan yang sedang berkuasa. Hal ini dapat dilihat pada kutipan – kutipan berikut ini :

“Sesungguhnya Kaisar Ling hanya boneka. Kekuasaan yang sebenarnya justru ada di tangan para kasim istana. Para kasim yang terkenal dengan

sebutan sepuluh kasim (Shi Chang Shi/十常使)” (Sam Kok, 2009 : 14)

“ Kami Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei sekalipun berbeda marga, namun kami mengangkat saudara. Kami setia pada negara dan akan menyingkirkan segala bahaya bagi negara...” (Sam Kok, 2009:14)

Dari kedua kutipan tersebut di atas dapat kita lihat dua hal yang berbeda jauh kutipan yang pertama terlihat jelas ketidaksetiaan seseorang terhadap negara dengan memanfaatkan kekuasaan yang telah diberi. Sedangkan pada kutipan kedua terlihat tiga prajurit yang dengan gagah berani ingin membela negaranya dan kekaisarannya.

Zhang melihat kesempatan. Pemerintahan Han yang sangat korup dan bobrok sedangkan ia mempunyai banyak pengikut.”

Zhang jiao mewajibkan pengikutnya mengenakan ikat kepala berwarna kuning. Oleh karena itu, tentara pemberontak ini disebut Huangjin Jun (Tentara Sanggul Kuning). Sejak saat itu dimana- mana terjadi pemberontakan Sanggul Kuning” (Sam Kok, 2009 : 9)

“Melihat keganasan pemberontak....” (Sam Kok, 2009: 22)

Dari kutipan – kutipan di atas dapat terlihat terjadi pemberontakan – pemberontakan yang begitu sengit untuk melawan pemerintahan yang berkuasa pada masa itu demi mendapatkan kekuasaan yang lebih.


(39)

“Kau sendiri telah meracuni Selir Wang hingga binasa. Itu menunjukkan kedengkianmu. Sekarang mentang - mentang puteramu menjadi kaisar dan kakakmu menjadi seorang jenderal kau mulai bertingkah...” (Sam Kok, 2009 : 32)

“ Setelah puas meracuni Kaisar sekeluarga hingga tewas, ulah Dong Zhuo semakin menjadi – jadi. Setiap hari ia bebas keluar masuk istana tanpa panggilan Kaisar....” (Sam Kok, 2009: 47)

Dari kutipan di atas jelas terlihat bahwa segala cara dilakukan supaya bisa berkuasa, bahkan sekalipun dengan membunuh dan meracuni demi kekuasaan yang ingin dicapai.

“Untuk mendukung kegiatan niatnya mengganti kaisarnya dan memperlancar usahanya, Dong Zhuo berusaha memikat bekas pengikut almarhum He Jin....”

“ Aku berniat untuk menurunkan Kaisar, dan menggantinya dengan Pangeran Chenliu, bagaiman menurutmu?” (Sam Kok, 2009:38)

“ Kaisar sangat lemah dan tidak becus mengurus pemerintahan. Ibusuri juga tidak bisa mendidik putranya. Dengan ini aku memecat Kaisar dan mengangkat Pangeran Chenliu menjadi penggantinya” (Sam Kok, 2009 : 47)

Dari kutipan – kutipan tersebut dapat terlihat bahwa terus menerus terjadi penggulingan kekuasaan kepada pemerintahan yang sedang berkuasa dengan menghalalkan segala cara. Peristiwa – peristiwa tersebut terus berlangsung selama Kisah Tiga Kerajaan.

Dalam Roman Sam Kok Tiga Kerajaan digambarkan bagaimana tentang tiga sekawan yaitu, Liu Bei, Guan Yu, Zhang Fei yang ingin memberontak Sanggul Kuning . Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan:

“angkatan perang ini bergerak menuju Provinsi Qi. Di tengah jalan mereka bertemu dengan pasukan Sanggul Kuning di bawah pimpinan Cheng Yuanzhi. Liu segera berseru...

“HAI, PEMBERONTAK SEGERALAH MENYERAH DAN BIARKAN KAMI MENGIKATMU!” ( Sam Kok, 2009 : 14 ).


(40)

Kekacauan pun terus berlanjut hingga adanya kekacauan di ibukota. Hal ini dapat di lihat pada kutipan :

“Dalam pesta, ia berbicara dengan suara keras seolah menyindir ibu suri lama, “Kita kaum perempuan tidak sepantasnya turut campur dalam pemerintahan. Pada jaman dahulu, Lu Taihou mencampuri urusan pemerintahan hingga akhirnya ia bersama keluarganya musnah dibasmi semua. Karena itu, sebaiknya kita kaum perempuan tinggal diam di dalam istana saja demi kebaikan negara. Aku harap ucapanku ini dipatuhi!” ( Sam Kok, 2009 : 31-32 ).

Dan pertikaian pun terus terjadi tiada henti. Hal ini dapat di lihat pada kutipan :

“Di daerah Utara Tiongkok terjadi pertikaian antara Gongsun Zan dari Beiping dan Yuan Shao dari Nanpi. Semua bermula dari kejadian ketika Yuan Shao mengajak Gongsun Zan untuk bersekutu dan menyerang Kota Ye yang di kuasai oleh Han Hao. Menurut perjanjian, daerah itu akan dibagi dua bila mereka menang. Gongsun Zan senang, maka ia segera berangkat tanpa menyadari bahwa itu semua hanyalah tipu daya Yuan Shao. ( Sam Kok, 2009 : 80 ).

Sementara itu, perseteruan antara Gongsun Zan dan Yuan Shao sampai ditelinga Dong Zhuo di Changan. Untuk memperbesar pengaruhnya, Dong Zhuo mengirim utusan dan mendamaikan kedua panglima itu. Di belaha Selatan Tiongkok, sementara konflikdi Utara Tiongkok sudah agak reda, terjadi konflik di Provinsi Jing bagian Utara(Jingzhou). Konflik ini terjadi antara Sun Jian dan Liu Biao. Sun Jian memang menaruh dendam terhadap Liu Biao yang pernah menyerangnya sehingga angkatan perangnya menderita kerusakan berat. ( Sam Kok, 2009 : 84 )

Pada Zaman itu. Zhuge Liang meninggal saat perang. Saat itu, Sima Yi (ahli strategi dari Kerajaan Wei ) mengetahui bahwa Zhuge Liang telah meninggal. Cerita terakhir ditutup dengan kisah meninggalnya Zhuge Liang, orang paling bisa dengan cara melihat keadaan langit. Saat tahu Zhuge Liang telah meninggal, MaYi pun menyuruh seluruh pasukannya untuk menyerbu Negara Shu ( Negara Zhuge Liang ). Tapi kaki para pasukan terhenti saat melihat saat melihat sosok Zhuge Liang sedang berdiri, melihat nya masih hidup seluruh pasukan langsung lari tunggang langgang.


(41)

Pada akhirnya, setelah perang chibi usai, Liu Bei mengambil alih Jingzhou dan meluaskan wilayahnya ke Provinsi Yi (sebelah Barat Daya China ) dan berkat itu, kedudukan Liu Bei, Cao-Cao dan Sun Quan mulai seimbang.

4.1.2 Latar

Banyak latar atau setting tempat yang disebutkan dalam Roman Kisah Tiga Kerajaan. Tetapi dalam hal ini peneliti hanya mengambil beberapa latar atau setting tempat yang paling sering terjadi dan setting tempat yang menimbulkan peristiwa – peristiwa yang menggemparkan dalam Roman Kisah Tiga Kerajaan. Dalam Roman Kisah Tiga Kerajaan terdapat tiga tempat utama yang menunjukkan tiga kerajaan yang berkuasa pada masa itu yaitu kerajaan Shu Han, Cao Wei dan Dong Wu. Berikut ini peneliti memaparkan beberapa tempat – tempat yang menjadi bagian dari ketiga kerajaan tersebut.

Pada awal cerita Roman Sam Kok Tiga Kerajaan terdapat sebuah tempat yang terjadi pada masa penghujung Dinasti Han, dimana terjadi pemberontakan yang merupakan awal mula terbentuknya orang – orang yang saling memperebutkan wilayah kekuasaan. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan tersebut :

Namun tak lama berselang timbul pemberontakan di Kota Wan... (Sam Kok, 2009 : 21).

Setelah itu tempat yang merupakan awal terbentuk kekuasaan – kekuasaan di daerah – daerah dari masing – masing kerjaan yaitu daerah yang paling terpencil yang bernama Anxi, dimana kepemimpinan Liu Bei berawal dari tempat tersebut dan Liu Bei diberi pangkat terendah. Hal tersebut dapat di lihat dari kutipan:


(42)

“Di Anxi,Liu di sukai dan sangat disayang oleh rakyatnya,di bawah pimpinannya Anxi menjadi aman dan tenteram.(Sam Kok,2009:24).

Walaupun di Anxi Liu Bei sangat disukai dan disenangi oleh rakyatnya, tetapi banyak orang yang ingin menjatuhkannya seperti pejabat – pejabat yang ada di sekitar wilayah Anxi. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan tersebut :

Sesuatu yang tak biasa terjadi. Baru beberapa bulan sejak Liu menjabat sebagai wedana di Anxi datang maklumat peninjauan ulang mengenai kedudukannya (Sam Kok, 2009 : 25).

Kemudian Liu Bei dipindahkan berkuasa ke Kota Pingyuan atas amandat dari kaisar yang berkuasa pada masa itu. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini :

Akhirnya Liu Bei dan ia diangkat menjadi penguasa Kota Pingyuan... (Sam Kok, 2009 : 27)

Pada zaman penghujung Dinasti Han yang beribukota di Luo Yang banyak terjadi peristiwa – peristiwa di ibu kota tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini :

...., sebab di ibu kota Luoyang kesepuluh kasim semakin berkuasa...(Sam Kok, 2009: 27)

Pada kutipan tersebut jelas terlihat bahwa di ibu kota Luoyang yang merupakan pusat pemerintahan Dinasti Han dipimpin oleh sepuluh kasim tidak dipimpin oleh kaisar, disini kaisar hanya bertindak sebagai boneka dalam pemerintahan. Ibu kota Luoyang pernah dibumihanguskan oleh Dong Zhuo, hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Rupanya Dong Zhuo ketakutan ketika mendengar bahwa Lu Bu anak angkat yang sangat dibangga – banggakannya, menderita kekalahan dan


(43)

melarikan diri. Mengikut nasihat Li Ru, ia mebumihanguskan ibukota Dinasti Han yang sudah berumur 200 tahun... (Sam Kok, 2009 : 75).

Setting berikutnya terjadi di Hu Lao Guan yaitu di daerah yang terletak Utara Tiongkok. Di daerah tersebut terjadi pertikaian Gongsun Zan dan Yuan Shao. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Di daerah Utara Tiongkok terjadi pertikaian antara Gongsun Zan dari Beiping dan Yuan Shao dari Nanpi... (Sam Kok, 2009 : 80)

Setelah konflik di Utara Tiongkok mulai mereda, maka terjadi konflik di Selatan Tiongkok yaitu daerah JingZhou Provinsi Jing. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Di belahan Selatan Tiongkok...

Sementara konflik di Utara Tiongkok sudah agak reda terjadi konflik di Provinsi Jing bagian utara (Jingzhou). Konflik ini terjadi antara Sun Jian dan Liu Biao... (Sam Kok, 2009 : 84)

Di wilayah Jingzhou ini jugalah akhirnya Liu Bei mengambil alih setelah berhasil mengalahkan Cao Cao dalam perang Chibi yang bekerja sama dengan Sun Quan, terlihat pada kutipan berikut ini :

Setelah perang Chibi usai, Liu Bei mengambil alih Jingzhou lalu meluaskan wilayahnya ke provinsi Yi (sebelah barat daya Cina) dan berkat itu kedudukan Liu Bei, Cao Cao dan Sun Quan menjadi seimbang). (Sam Kok, 2009 : 431)

Pada cerita awal Kisah Tiga Kerajaan Cao Cao dan Liu Bei bersatu untuk menyerang Lu Bu yang gagah berani dan mempunyai kekuasaan kuat di Cina. Wilayah kekuasaan Lu Bu adalah kota Puyang. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini :

Aku hanyalah seorang pedagang biasa bermarga Tian. Sejak Lu Bu menguasai kota ini (Puyang), usahaku dalam kesulitan. Ia juga berlaku sangat keja terhadap rakyat... (Sam Kok, 2009 : 119)


(44)

Kemudian Lu Bu berhasil merebut wilayah kekusaan Liu Bei di kota Xu Zhou,hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Sementara itu di Pihak Lu Bu...

Setelah merebut Xu Zhou, maka Lu Bu terus maju menuju garis belakang pasukan Liu Bei.... (Sam Kok, 2009 : 142 – 143)

Akhir kekuasaan Lu Bu berakhir di kota Xia Pi karena Cao Cao dan Liu Bei berhasil menyerbu sampai ke dalam kota yang dipimpin oleh Lu Bu. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini :

Kepada semua orang di dalam Kota Xia Pi. Aku datang untuk menghukum Lu Bu....(Sam Kok, 2009 : 162)

Sedangkan Cao Cao untuk pertama kali mendirikan wilayah kekuasaannya di daerah Chen Liu terlihat pada kutipan berikut :

Cao Cao sejak mendirikan pasukannya sendiri dengan berpusat di Chen Liu secara perlahan – lahan telah menjadi sangat kuat. (Sam Kok, 2009 : 108)

Kekusaan Cao Cao semakin bertambah setelah berhasil menyelamatkan kaisar dari sekapan Li Jue dan Guo Si, sehingga Cao Cao berkuasa di kota Xudu dan mengangkat dirinya menjadi Jenderal Besar. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan berikut ini :

Setelah berhasil menyelamatkan Kaisar dan mengusir Li Jue dan Guo Si, Cao Cao mengusulkan pada Kaisar untuk memindahkan ibu kota di Xu Du (Xu Chang). Dengan menyelamatkan Kaisar, Cao Cao menjadi semakin ditakuti banyak orang. Lalu ia mengangkat dirinya sendiri menjadi Da Jiangjun (Jenderal Besar) dengan kedudukan setara dengan raja muda. Sejak saat itu, Cao Cao mulai memperluas kekuasaannya dan menindas gubernur dan jenderal lain. (Sam Kok, 2009 : 128)


(45)

Kemudian wilayah kekusaan Sun Ce yang merupakan orang yang cerdik dan orang cukup diperhitungkan pada zaman Tiga Kerajaan. Daerah kekuasaan Sun ce adalah wilayah Yangzhou yang berbasis di kota Jianye. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini :

....dalam waktu singkat dia berhasil mengalahkan Liu Yao, Yan Baihu dan Wang Lang sehingga ia berhasil mempersatukan propinsi Yang (Yang Zhou) (Tiongkok bagian tenggara). Setelah Sun Ce mempersatukan Yangzhou, maka semakin banyak orang – orang cerdik pandai dan orang – orang gagah ingin bekerja pada Sun Ce... Setelah mendirikan kekuatannya sendiri yang berbasis di Jianye.... (Sam Kok, 2009 : 130 – 131)

Latar waktu kejadian yang berlangsung dalam Roman ini cukup panjang. Dimulai pada bulan ke-10 tahun 2006 SM, Dinasti Qin dengan ibukotanya Xianyang terkepung oleh pasukan Liu Bang, dan akhirnya kaisar menyerahkan stempel kerajaan kepadanya. Di bab awal banyak tokoh-tokoh penting diperkenalkan, termasuk diantaranya Liu Bei, Guan Yu, Zhang Fei, Cao Cao dan Sun Jian. Pemberontakan itu akhirnya bisa dihancurkan oleh tentara kekaisaran dibawah komando Hejin mertua kaisar Ling. Namun, takut akan kemungkinan semakin membesar nya kekuatan Heijin kasim-kasim istana yang korup menjebaknya datang sendirian ke istana lalu membunuhnya.

Kisah tiga negara ditulis dengan cantik oleh Luo Guan Zhong dengan komposisi sekitar 70% berdasarkan fakta sejarah dan sisanya murni fiksi karangan ia sendiri. Roman ini juga membawakan penggalan sejarah yang sangat menarik yang sebenarnya diambil dari kejadian nyata di jaman-jaman lain tidak ada kaitannya dengan peristiwa pada masa tiga kerajaan.


(46)

4.1.3 Alur

Alur yang terdapat dalam Roman Sam Kok ini yaitu dimulai ketika Liu Bei, Zhang Fei dan Guan Yu bertemu yang merupakan awal dari pengenalan masalah. Dimana mereka saling berjanji untuk sehidup semati sebagai saudara. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“ Kami Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei sekalipun berbeda marga, namun kami mengangkat saudara...” (Sam Kok, 2009 : 14)

Situasi tersebut di atas terjadi karena adanya konflik yaitu mereka bertiga bersatu untuk melawan Cao Cao. Permusuhan mereka terjadi ketika Cao Cao berusaha memperalat kaisar, sedangkan Liu Bei ikut dalam usaha untuk membunuh Cao Cao. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

“ Liu Bei! Aku memperlakukanmu bagaikan tamu agung, kenapa kau memberontak?... Tangkap jahanam itu untukku!” (Sam Kok, 2009 : 236)

Dalam Roman Sam Kok puncak konflik dapat terlihat ketika permusuhan semakin memuncak antara Liu Bei dan Cao Cao dalam perang – perang yang hebat. Sedangkan Liu Bei memiliki penasehat perang yang handal dan Cao Cao menginginkan penasehat itu bekerja dengan dia. Kutipan tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“ Ahh...sungguh sayang bila orang secerdik dan sepandai ini ada di balik Liu Bei. Dengan Xu Shu ini, laksana harimau yang tumbuh sayap si marga Liu itu...” (Sam Kok, 2009 : 27)

Puncak dari Roman Sam Kok adalah terjadinya perang Chibi dimana Cao Cao mengalami kekalahan perang yang sangat besar dari Sun Quan dan Liu Bei yang bekerja sama untuk melawan Cao Cao. Pada awalnya kekuatan terbesar berada di tangan Cao Cao, tetapi karena Cao Cao mengalami kekalahan kedudukan Cao


(47)

Cao dengan Sun Quan dan Liu Bei menjadi seimbang. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“ Setelah perang Chibi usai, Liu Bei mengambil alih Jingzhou lalu meluaskan wilayah ke provinsi Yi (sebelah Barat Daya Cina) dan berkat itu kedudukan Liu Bei, Cao Cao dan Sun Quan menjadi seimbang” (Sam Kok, 2009 : 431)

4.1.4. Penokohan

Banyak tokoh – tokoh yang hadir dalam Roman Kisah Tiga Kerajaan dari tiga negara yang berkuasa di zaman tersebut. Untuk itu peneliti hanya akan menganalisis tiga tokoh yang paling dominan dan yang paling sering muncul dalam Roman Kisah Tiga Kerajaan dari masing – masing negara tersebut.

Berikut ini dipaparkan mengenai analisis karakter yang dimiliki oleh tokoh-tokoh pada Roman Sam Kok Tiga Kerajaan

Tokoh-tokoh utama berdasarkan negara:

A. Penghujung Dinasti Han

1. Dong Zhuo

Dong Zhuo adalah seorang perdana menteri tiran. Pada masa pemerintahan Dong Zhuo, dia tidak disukai oleh rakyatnya, bahkan dibenci oleh rakyatnya. Dong Zhuo memiliki karakter sebagai berikut :

a. Sombong/Angkuh

Dong Zhuo menjadi karakter yang sangat sombong ketika dia berhasil menyelamatkan kaisar beserta keluarganya. Sehingga Dong Zhuo merasa sangat berkuasa dan melakukan segala hal di istana dengan sesuka hatinya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :


(48)

Setiap hari Dong Zhuo bertambah sombong karena merasa dirinyalah yang menyelamatkan dan membawa Kaisar kembali ke istana. Ia mulai bertingkah. Bila datang ke istana ia selalu mengenakan pakaian militer dan membawa senjata. (Sam Kok, 2009 : 38)

Kesombongan Dong Zhuo semakin terbukti ketika dia mengangkat dirinya sendiri menjadi Menteri Negara dan hendak mengganti Kaisar yang berkuasa pada saat itu. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Ia mengangkat dirinya menjadi Menteri Negara, sedangkan keponakannya Dong Min dan Lu Bu menjadi Da Jiang Jun.

Merasa kedudukannya tak tergoyahkan, Dong Zhuo semakin sombong dan tingkahnya semakin menjadi – jadi. Timbul kembali niatnya untuk mengganti Kaisar. (Sam Kok, 2009 : 46)

b. Licik

Dong Zhuo memiliki karakter yang licik demi merebut kekuasaan, bahkan dia tega meracuni Kaisar beserta keluarganya hingga tewas. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

Dong Zhuo sangat murka, dan tanpa sepengetahuan orang luar, ia meracuni kaisar dan Ibusuri hingga mereka tewas. (Sam Kok, 2009 : 47)

c. Jahat

Dong Zhuo memiliki karakter jahat sehingga dia dibenci oleh rakyat. Karena Dong Zhuo terang – terangan ingin mengganti Kaisar. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“ Sungguh negara sedang sial! Kemarin para kasim menguasai istana. Mereka sangat jahat dan korup sehingga rakyat menderita. Sekarang muncul seorang Dong Zhuo yang tidak tahu diri hendak memerintah Kaisar dan mengangkat penggantinya. Dasar orang tak tahu diri! (Sam Kok, 2009 : 41)


(49)

Kejahatan Dong Zhuo terbukti juga ketika Dong Zhuo merasa iseng dan bosan, Dong Zhuo memerintahkan pasukannya untuk mengepung penduduk yang sedang bergembira berkumpul bersama, kemudian yang laki – laki dibunuh ditempat sedangkan perempuan diculik dan dibawa ke istana untuk melayani nafsunya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Pada suatu hari ia pergi meninggalkan istana, menuju kota Yangcheng. Sesampainya di sana, ia melihat penduduk berpesta dan membuat arak – arakan. Karena iseng dan bosan Dong Zhuo memerintahkan pasukannya untuk mengepung penduduk yang sedang bergembira tersebut. Yang laki – laki langsung dibunuh di tempat, sedangkan yang perempuan diculik dan dibawa ke istana untuk melayani nafsu syahwatnya. (Sam Kok, 2009 : 47)

Tidak berhenti di situ saja kejahatan Dong Zhuo juga terlihat ketika dia mengetahui bahwa anak angkatnya Lu Bu mengalami kekalahan perang maka ia melarikan diri dan membumihanguskan ibu kota Dinasti Han. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Rupanya Dong Zhuo ketakutan begitu mendengar Lu Bu anak angkat yang sangat dibangga banggakannya, menderita kekalahan dan melarikan diri. Mengikuti nasihat Li Ru, ia membumihanguskan ibukota Dinasti Han yang sudanh berumur 200 tahun dan melarikan diri ke kota Changan. (Sam Kok, 2009 : 75)

d. Kejam

Dong Zhuo juga memiliki karakter yang kejam yang terbukti dari dia membumihanguskan ibu kota Dinasti Han dan menutup pintu gerbang serta membiarkan semua rakyat terpanggang di dalamnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Dong Zhuo benar – benar jahat dan keji. Ketika membakar ibu kota, ia telah memerintahkan untuk menutup pintu gerbang kota, sehingga rakyat terpanggang di dalamnya. Jutaan orang mati terbakar dalam kejadian itu. (Sam Kok, 2009 : 75)


(50)

Kekejaman Dong Zhuo semakin menjadi dengan memaksa rakyat untuk membangun sebuah kota yang menyebabkan rakyat menderita karena kerja paksa. Selain itu, Dong Zhuo juga menyiksa orang – orang dengan merebus orang dalam kuali dan mencungkil matanya atau dipotong kakinya. Dong Zhuo sangat menikmati kejadian itu dan menganggapnya sebagai sebuah hiburan. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

Merasa mempunyai posisi yang tak tergoyahkan, Dong Zhuo tambah bertingkah. Ia mengerahkan rakyat untuk membangun sebuah kota baru dengan ketebalan tembok kota yang hampir sama dengan kota Changan. Akibatnya banyak rakyat yang menderita karena diambil untuk kerja paksa.

Selain itu, Dong Zhuo juga suka menyiksa orang. Dalam suatu pesta, ia menyuguhkan hiburan “unik ” kepada tamunya. Di tengah – tengah acara, ia merebus orang dalam kuali, sementara yang lain ada yang dicungkil matanya atau dipotong kakinya.

Manusia manusia itu disiksa hingga menjerit – jerit memilukan hati. Banyak undangan yang merinding karena ngeri, sementara Dong Zhuo makan dan minum menikmati “hiburan” itu sambil tertawa riang. (Sam Kok, 2009 : 86 – 87)

2. Lu Bu

Lu Bu adalah seorang jenderal bengis penuh sifat khianat, membunuh dua ayah angkatnya. Lu Bu memliki karakter sebagai berikut :

a. Pemberani

Lu Bu adalah seorang yang gagah berani, belum pernah ada yang bisa menandingi kegagahannya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

Dia adalah anak angkatnya. Marganya Lu, namanya Bu. Ayah memang bijakasana untuk tidak berhadapan dengannya,” kata Li Ru menjawab pertanyaan ayah mertuanya.

“ Kenapa?’

“ Ia sangat gagah berani. Menurut desas – desus, belum pernah ada orang yang bisa menandingi kegagahannya. Demi kebaikan Ayah, sebaiknya Ayah menyingkir darinya!” (Sam Kok, 2009 : 40)


(51)

b. Tidak berpikir panjang

Lu Bu adalah seorang yang tidak berpikir panjang, dia akan menjadi orang yang tidak berpikir panjang apabila ada yang menawarkan keuntungan lebih. Hal ini terbukti ketika Lu Bu ditawarkan materi oleh Dong Zhuo dia langsung tega menghianati ayah angkatnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

Feng Xian memang sangat gagah berani. Saya tinggal sekampun dengannya semasa kecil dulu. Pikirannya sederhana. Dengan menawarkan keuntungan di depan mata ia tidak akan berpikir panjang. Orang ini sangat kemaruk harta dan tidak berbudi. (Sam Kok, 2009 : 41-42)

c. Tidak tetap pendirian dan mudah dihasut

Lu Bu adalah seorang yang mudah dihasut dengan diming – imingkan harta kekayaan. Demi harta kekayaan Lu Bu menghianati Ding Yuan dan bekerja sama dengan Dong Zhuo. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

“ Xiongdi kepandaianmu sangat termashyur di empat penjuru dunia. Namamu menggetarkan langit, menggoncangkan bumi. Untukmu mencapai keagungan dan kekayaan semudah merogoh saku. Kenapa kau memilih mengikut Ding Yuan ?

Lu Bu mulai bimbang hatinya

“ Ya, nasibku buruk. Aku belum menemukan majikan yang tepat” “ Sudah...sudah kau temukan!”

“Hah?! Siapa maksudmu?”

“ Ya! Sudah kau temukan tapi kau belum mengabdi padanya. Mungkin sekarang lebih tepat bila aku mengatakannya sebagai calon majikan. Yang kumaksud tentu saja Dong Zhuo...”

“ Aku bersedia bekerja padanya... Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya...” (Sam Kok, 2009 : 44)


(52)

Meskipun Lu Bu sangat kuat dan gagah berani, namun ia seorang yang bodoh juga mudah berubah pikiran, kurang bijaksana dan tidak dapat menerima nasehat dari anak buahnya. (Sam Kok, 2009 : 155)

B. Negara Cao Wei

1. Cao Cao

a. Licik

Cao Cao memiliki sifat atau karakter licik, karena dia sering kali mengadu domba dua belah pihak yang saling bersekutu demi keuntungan diri sendiri. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini :

Liu Bei dan Lu Bu sekarang telah bekerja sama. Hal ini sangat membahayakan kita !

Salah seorang penasehatnya Xun Yu maju.

Jangan kuatir tuan menteri. Saya mempunyai akal. Kita akan mengadu domba mereka. Liu Bei baru – baru ini telah menempati Xu Zhou, maka kita memohon pada kaisar supaya mengesahkan jabatan itu dan menaikkan pangkat Liu Bei supaya ia senang. Kita juga beri perintah rahasia pada Liu 0Bei untuk menyingkirkan orang – orang jahat seperti Lu Bu. Bila ia melakukannya, maka dengan sendirinya ia akan kehilangan bantuan dari Lu Bu. Sebaliknya bila tidak berhasil, maka mereka akan menjadi musuh dan bertempur sendiri. Dengan demikian kita tidak perlu menghamburkan tenaga. Sekali timpuk batu, dua burung kena. Mudah kan ! Siasat ini kunamai “Dua Harimau Berebut Makanan”

“Bagus ! Bagus Sekali ! Cao Cao girang dan segera dilaksanakannya siasat Xun Yu. (Sam Kok, 2009 : 134)

Kelicikan Cao Cao terlihat juga ketika Cao Cao memanfaatkan Liu Bei dengan berpura – pura baik dengan Liu Bei dan memperlakukan Liu Bei dengan sangat baik bagaikan saudara kandung. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini :

Cao Cao setuju dengan pendapat Guo Jia. Merasa Liu sangat berguna, maka Cao Cao pura – pura dengan senang hati menerima Liu. Bahkan Cao Cao memperlakukan Liu dengan sangat baik bagaikan saudara kandung. (Sam Kok, 2009 : 154)


(53)

b. Cerdas

Selain karakter licik yang dimiliki Cao Cao, dia juga memiliki karakter Cerdas. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“ Cao Cao seorang yang cerdas. Dia ingin menguasai takhta Dinasti Han, tapi tidak berani mengkudeta. Kaisar terang – terangan sebab ia takut dengan terjadinya pemberontakan – pemberontakan. Oleh sebab itu, secara ia menyingkirkan orang – orang yang setia dan bijaksana di pemerintahan. Sedangkan orang – orang yang terang – terangan menentangnya langsung dihukum di tengah pasar. Sejak saat itu Cao Cao benar – benar ditakuti oleh rakyat. (Sam Kok, 2009 : 169)

c. Cerdik

Cao Cao juga memiliki karakter cerdik sehingga dia mampu menyelamatkan dirinya dari segala sesuatu yang bisa membahayakan jiwanya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Betapa cerdiknya Cao Cao, yang jadi permasalahan di sini adalah terlalu banyak kuda yang berwarna cokelat, maka Lu Bu pasti membutuhkan cukup waktu untuk menemukan “Cao Cao” yang dimaksud.... Tanpa membuang waktu lagi, Lu Bu segera memacu Chitu Ma menuju arah yang ditunjuk Cao Cao. Bukan main lega dan gembiranya Cao Cao ini berhasil lolos dari lubang jarum. (Sam Kok, 2009 : 123)

“Cao Cao kaget setengah mati. Wajahnya yang semula bersinar – sinar kembali berubah menjadi pucat pasi, lebih pucat dari sebelumnya. Pada saat itu, Lu Bu juga sudah tiba dan berjalan masuk kamar. Namun, bukan Cao Cao namanya bila pasrah pada nasib. Otaknya yang cerdik dengan cepat segera berpikir. Ia langsung mengubah ekspresi wajahnya dalam sekejap menenangkan diri dan maju selangkah ke depan. Lalu sambil berlutut ia menyerahkan gagang pedangnya kepada Dong Zhuo”. (Sam Kok, 2009 : 51)

Kecerdikan Cao Cao juga terlihat ketika hendak membunuh Dong Zhuo. Dong Zhuo kebetulan membuka mata dan melihat bayangan Cao Cao yang sedang menghunus pedang mustika. Dengan sigap Cao Cao langsung


(54)

berpikir cepat dan merubah ekspresi wajahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

Pada saat itu, Lu Bu juga sudah tiba, dan sedang berjalan masuk kamar. Namun, bukan Cao Cao namanya bila pasrah pada nasib.

Otaknya yang cerdik dengan cepat segera berpikir. Ia langsung mengubah ekspresi wajahnya dalam sekejap, menenangkan diri dan maju selangkah ke depan. Lalu, sambil berlutut ia menyerahkan gagang pedangnya kepada Dong Zhuo. (Sam Kok, 2009 : 51)

d. Curiga

Cao Cao juga memiliki karakter yang penuh rasa kecurigaan terhadap orang lain, dia tidak pernah percaya pada orang lain dan hanya mempercayai dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

“Dalam perjalanan menuju daerah Chenggao, Cao Cao tiba – tiba ingat saudara angkat ayahnya, Lu Boshe. Dia memutuskan untuk mampir sejenak dan menginap sementara di rumah pamannya itu. Tak lama kemudian rumah Lu telah ditemukan. Mengde aku telah membaca dan melihat pengumuman yang dipasang pemerintah. Kenapa bisa jadi begini ! Setelah memperkenalkan Chen Gong pada pamannya, Cao Cao menceritakan pengalamannya.

“Terima kasih saudara Chen, jika bukan karena Saudara Chen kematian keponakanku pasti sudah menamatkan marga Cao”

Lu Boshe masuk ke dalam kamarnya. Tak lama kemudian ia pamit sebentar. Katanya, ia hendak membeli arak. Cao Cao langsung curiga. “Lu Boshe tidak punya pertalian darah denganku”. Aku harus menyelidiki maksudnya. Mereka dengan cermat menyelidiki rumah dan memasang telinga. (Sam Kok, 2009 : 52)

e. Kejam

Cao Cao adalah orang yang tidak pernah merasa bersalah. Hal itu terjadi ketika kesalahpahaman yang terjadi antara antara keluarga Cao Cao yaitu keluarga dari pamannya sendiri. Dia tega membunuh pamannya sekeluarga, karena dia takut


(55)

untuk disalahkan atas kesalahannya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

Cheng Gong sangat terperanjat.

“ Kamu baru saja salah bunuh. Kini, setelah tinggal seorang diri, kenapa pamanmu kau bunuh juga ? Itu bukan perbuatan bijaksana....”

“ Apa boleh buat. Nanti jika ia pulang, ia pasti sadar mengapa kita tergesa – gesa hendak pergi. Ia pasti tidak mau mengerti. Dia bisa kumpulkan orang - `orang kampung dan mengejar kita, maka kita akan celaka....”

Cheng Gong terhenyak. Dalam hatinya bergumam...

“ Aku kira orang ini baik, demi membantunya aku rela tinggalkan kedudukanku. Siapa sangka ternyata dia sangat kejam. (Sam Kok, 2009 : 54)

f. Ceroboh

Cao Cao memiliki sifat yang ceroboh ketika dia dengan terburu – buru mengambil keputusan untuk membunuh semua keluarga pamannya karena dia merasa ingin dibunuh oleh keluarga pamannya, padahal hal itu belum sangat jelas diketahuinya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

Chen Gong berteriak lagi, tapi Cao Cao tidak mau berhenti. Dia menerobos bagian dalam rumah dan membunuh orang yang ditemui di sana. Dia menerobos ke belakang dan membunuh penghuni rumah itu, baik laki – laki maupun perempuan. Dua orang yang di belakang rumah masuk karena mendengar keributan. Dua orang itu pun dibunuh. Semuanya berjumlah 8 orang.

“ Kau terlalu terburu – buru Mengde. Kita telah membunuh orang baik – baik...”

Chen Gong menyesalkan tindakan Cao Cao yang tidak mau mendengarnya. Dia menunjuk pada seekor babi yang sudah diikat dan siap untuk disembelih. Wah, celaka! Kalau begitu kita harus kabur. (Sam Kok, 2009 : 53)

Pada kutipan tersebut di atas jelas terlihat bahwa Cao Cao sangat ceroboh dalam mengambil keputusan, sehingga nyawa orang yang tidak bersalah menjadi korban.


(56)

2. Zhang Liao

Zhang Liao merupakan seorang jenderal, yang dulunya bekerja sama dengan Lu Bu. Zhang Liao memiliki karakter sebagai berikut :

a. Baik dan Setia

Zhang Liao adalah seorang panglima yang baik hati. Hal ini terbukti dari yang dilakukan Liu Bei untuk memohon ampun kepada Cao Cao untuk tidak membunuh Zhang Liao. Karena ketika itu dia tidak takut mati padahal majikannya sudah mati yaitu Lu Bu, tetapi dia tetap setia untuk tidak memohon ampun pada musuh. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Liu Bei adalah orang yang memegang tangan Cao Cao, sedangkan Guan Yu adalah orang yang berlutut memohonkan ampun pada Cao Cao Zhang Wenyuan (Zhang Liao) adalah seorang yang baik dan setia. Ampunilah dia aku berani menjamin dengan jiwaku.”

Mengetahui bahwa Zhang Liao adalah orang yang berarti, Cao Cao segera membuang pedangnya lalu tertawa terbahak – bahak

“ Ya..aku tahu Wenyuan adalah orang yang setia dan baik. Tadi aku cuma menggodanya....” (Sam Kok, 2009 : 167)

b. Cerdik

Zhang Liao adalah orang yang cerdik karena berhasil membujuk Guan Yu untuk tidak bunuh diri dengan mengutarakan 3 alasan, sehingga Guan Yu mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

“ Saudara Guan, sebentar lagi dunia akan menertawaimu!”

“ Aku binasa untuk kesetiaan pada negara dan saudara. Bagaimana mungkin dunia menertawai aku ?”

“ Kalau kau mati, kau akan membuat 3 dosa besar Zhang Liao menjelaskan dengan sabar


(57)

“ Pertama, kau bersama Liu dan Zhang telah membuat sumpah sehidup semati. Andaikata Liu masih hidup dan kau sudah mati, bagaimana bila suatu saat ia membangun kekuatan lagi?...

“ Kedua, saudara Liu telah mempercayakan keluarganya padamu, jika kau mati, siapa yang akan menjaga kedua istrinya?

“ Ketiga, kau sangat istimewa,mempunyai kegagahan dan ilmu perang yang jarang ada tandingannya...”

Guan Yu jadi bingung dan berpikir dengan keras. (Sam Kok, 2009 : 191)

3. Cao Ren

Cao Ren adalah panglima perang yang merupakan sepupu dari Cao Cao. Cao Ren memiliki sifat yang sombong dan angkuh. Hal ini terbukti ketika dia mengalami kekalahan perang dengan Liu Bei, maka salah seorang anak buahnya yang bernama Li Dian menyarankan untuk mundur ke Kota Wan dan meminta bala bantuan. Tetapi Cao Ren dengan sombong dan angkuh mengatakan akan merebut wilayah tersebut dari Liu Bei. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“ Lebih baik kita mundur dulu ke kota Wan sambil menunggu bala bantuan dari ibu kota datang.”

“ Apa? Jadi kau telah memanggil bala bantuan?”

“ Ya, Jiangjun. Ini terpaksa kulakukan karena Liu Bei sangat kuat”

“ Goblok! Kau telah mempermalukan aku, Tahu! Kau kira aku tidak sanggup merebut kota kecil seperti Xinye sendirian? Kau benar – benar seorang prajurit yang lemah dan pengecut!” (Sam Kok, 2009 : 266)

C. Negara Dong Wu

1. Sun Quan

Sun Quan merupakan seseorang yang berkarakter mudah dihasut oleh orang lain yaitu oleh menteri – menterinya. Dia lebih mendengarkan kata – kata para menterinya daripada kata – kata Zhuge Liang yang merupakan orang yang bijaksana. Hal itu terlihat ketika Zhuge Liang menyarankan untuk menyerang Cao


(58)

Cao, tetapi karena terhasut oleh menteri – menterinya Sun Quan akhirnya menyerah pada Cao Cao demi menyelamatkan diri. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

“Jelas sudah Zhugong tertipu oleh lidah Zhuge Liang yang licin. Tidakkah Tuanku ingat bagaimana Cao Cao menumpas Yuan Shao dulu? Bagaimana bila sekarang kekuatan Zhugong dibandingkan dengan Yuan Shao? Bila Tuanku mengerahkan tentara melawan Cao Cao ini sama saja dengan menggunakan kayu untuk memadamkan api.

Sun Quan hanya terdiam. Tak lama kemudian Zhang Shao dan rekan – rekannya meninggalkan Sun Quan. Setelah itu, Lu Shu mendatangi majikannya ini. “ Mereka yang mengusulkan menyerah sebenarnya hanya ingin menyelamatkan diri sendiri saja. Harap Tuanku harus menetapkan pikiran. Bila masalah ini sampai tertunda dan berlarut – larut, Tuanku pasti akan ditelantarkan oleh orang banyak.” (Sam Kok, 2009 : 349-350)

a. Tidak berpendirian

Sun Quan memiliki karakter yang mudah dihasut oleh orang lain, ini membuktikan bahwa dia tidak mempunyai pendirian teguh dan tetap tentang sesuatu hal. Karakter dari Sun Quan ini sudah diketahui oleh Zhuge Liang yang sangat pintar dan merupakan penasehat dari Sun Quan. Ketika dia memutuskan untuk menyerang Cao Cao setelah itu dia termakan oleh kata – kata menterinya yang mengatakan menyerah. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

....Hoo....Nanti dulu. Sebenarnya Tuan Sun Quan sendiri masih belum terlalu yakin. Meski pun tadi ia sampai membacok ujung meja, tapi sebenarnya masih ragu. Pastikan dulu baru kita berunding lagi.”... Ternyata benar dugaan tamunya, Sun Quan masih belum terlalu yakin. (Sam Kok, 2009 : 356)


(59)

2. Sun Jian

Sun Jian adalah Panglima perang, penguasa Chong Sa dikenal dengan sebutan “macan dari Jiang Dong”. Sun Jian memiliki karakter sebagai berikut :

a. Pandai

Sun Qian mampu memberikan ide – ide yang cemerlang kepada Liu Bei ketika dia bekerja sama dengan Liu Bei. Hal ini dapat terlihat dari kutipan dibawah ini :

Liu sangat gembira, lalu ia mengajak Sun Qian berunding.

“ Lebih baik tuanku ajukan usul kepada Yuan Shao bahwa tuan hendak membujuk Liu Bei untuk bekerja sama. Yuan Shao pasti sangat gembira dan mengijinklan Tuanku pergi”

Ide yang bagus. (Sam Kok, 2009 : 232)

b. Sensitif

Sun Qian juga memiliki karakter yang sensitif. Dia mudah tersinggung dengan perkataan orang lain. Ketika itu dia sedang berbicara dengan Zhuge Liang yang sangat mengelu – elukan Liu Bei serta menganggap hanya Liu Bei lah seorang pahlawan, sedangkan dia tidak. Hal tersebut dapat dilihar dari kutipan di bawah ini :

Mendengar perkataan Zhuge Liang, air muka Sun Qian langsung berubah. Ia bangkit dari kursinya, tidak mengucapkan sepatah kata apapun dan berbalik sambil mengibaskan lengan bajunya yang lebar lalu meninggalkan ruang sidang. (Sam Kok, 2009 : 347)

c. Bimbang

Sun Qian juga memiliki karakter yang bimbang dan ragu – ragu. Hal ini terlihat ketika dia bimbang mengambil keputusan untuk menyerang Cao


(1)

a.聪明和彻底

周 瑜 有 个 聪 明 的 性 格, 因 为 他 成 功 欺 骗 江赣 , 就 是 曹 操 的 人 ,从 一 封 信 引起曹操愤怒然后杀了两个他的大将军。

b.嫉 妒 的 人

周 瑜 也 有 嫉 妒 的 性 质, 这 是 明 显 从 他 的 欲望 总 是 想 杀 死 诸 葛 亮, 因 为 他 觉得嫉妒对诸葛亮的智慧。

3.4.4 蜀国 1 刘备

a. 领导者

刘备就是有一个好的领导者之间三个他的的兄弟,甚至连之间他的人民,所 有的人民喜欢他。他成为是个好的领导者对他的人民或者他的兄弟。

b. 容易相信别人

刘 备 的 弱 点 的 性格 是容 易 相 信 别 人 。因 为这 个 性 格 他 常 常遇 到很 多 问 题 。

c. 仁慈和朴素的人

刘备也有个仁慈和朴素的性格对别人。 仁慈的性格不仅见于兄弟或他的

家 人 , 也 可 见 于 所 有的 人 谁 跟 他 工 作 在 一起 。 他 总 是 想 要 谁 的工 作 跟 他 先保存的比他自己。


(2)

刘 备 也 有 的 性 格 是 非常 关 注 的 人 。 他 总 是最 重 要 的 人 民 的 利 益, 他 这 样 做 了 以 便 人 民 不 吃 亏。 他 常 常 责 备 自 己 的, 如 果 他 觉 得 不 好 领导 人 和 人 民受到伤害。

e.良好和谦卑

刘 备 有 个 良 好 和 谦 虚的 性 格 。 因 此 , 人 们喜 爱 他 。 他 从 来 没 有傲 慢 或 骄 傲 , 即 使 他 有 一 宽 的领 土 。 刘 备 总 是 谦 虚给 帮 助 对 需 要 的 人 ,不 期 待 回 报 了 。 刘 备 良 好 的 性格 也 看 到 , 当 吕 布 查获 徐 洲 城 , 然 后 吕 布要 恢 复 对 刘 备 徐 州 的 城 市 。 但是 刘 备 谦 虚 的 态 度 排斥 吕 布 的 愿 望 。 刘 备的 谦 卑 是 也可见,当他在汉江停了下来跟人口周围的汉江聚集在一起。

f. 有坚定立场的人

刘 备 是 个 有 坚 定立 场的 人 在 某 种 方 式行 为。 虽 然 很 多 人 都在 试图 影 响 他 , 他的立场不动摇。

g. 明智

刘 备 的 明 智 可 以 看 到, 当 时 在 刘 备 的 领 域有 一 个 官 员 正 要 挤 进刘 备 , 但 是 张 飞 和 关 羽 打 算 杀这 个 官 圆 。 但 刘 备 智慧 禁 止 她 的 兄 弟 。 刘备 的 智 慧 也 可 以 看 出 , 当 刘 备的 领 域 查 获 成 功 被 吕布 , 刘 备 再 告 诉 她 的兄 弟 , 一 个 失 败 不 应 该 这 么 遗憾 。 刘 备 告 诉 她 的 兄弟 姐 , 徐 州 地 区 不 是他 们 拥 有 的,所以没事啦吕布抓获的。

2 .关羽


(3)

a.勇敢

关 羽 很 勇 敢 打 华 雄 ,就 是 个 勇 敢 的 指 挥 官和 一 个 非 常 强 大 的 ,跟 关 羽 的 强不均衡的。但他敢说在很多指挥官的前面他能获得华雄的头。

b. 忠实

关 羽 也 是 一 个 忠 实 的人 。 这 个 证 明 , 当 他分 开 与 他 的 两 个 兄 弟张 飞 和 刘 备。然后曹操想跟关羽合作,但关羽拒绝。

c.总是警惕的人

在哪里的,什么时候的,还有对每个人关羽总是有个警惕的性格。 d.关怀别人

关羽也有个性格在乎别人。他会觉得关心,如果有其他的人遇险。 e. 好咨询

关 羽 也 是 个 很 好 的 顾问 。 在 一 路 上 的 时 候, 当 他 要 看 到 他 的 哥哥 刘 备 , 他 见 面 了 一 些 劫 匪 名叫 裴 元 绍 。 他 让 那 个劫 匪 不 要 再 小 偷 别 人, 做 好 事 情对别人

2 张飞

张飞是刘备的兄弟,是个酒鬼的人, 五个虎将军之一。张飞有以下性格: a. 愤怒的人


(4)

张飞有个脾气的性格。他无法控制他自己的情绪在各种情况和条件。无 法冷静思考一个问题,他只能生气解决问题。张飞的愤怒证明了,当袁 术卖空他的两个兄弟就是关羽。

b.勇敢的人

张飞勇敢的人,他不是害怕面对数千名士兵在战斗中。 c.粗心

张飞也有个粗心的性格,他不考虑所有的行动的还有他的行动的结果。

3.5. 角度

在《三国演义》中使用第三人的角度“你”(三人)。因为在《三国演

义》只是第三人讲述了。没有第一或第二的人。

第四章

结论

4.1 结论

在文学作品中,人物的作用是重要的。人物是在文学作品中最重要的因 素和决定性因素,因为在故事中没有人物是不会表达含义。在《三国演义》 小说中人物描述自己的情况。


(5)

在文学作品中,人物的作用是非常重要的。在文学作品中人物最重要, 最关键的因素,因为没有人物故事的意思不能传达。人物在《三国演义》中

讲述了斗争权力,友谊价的,诚实,忠诚,投入战斗了与叛国罪,志向 和

勾心斗角刺向对方实现功率。在《三国演义》中使用前的情节,就是告诉我 们斗争的权力在每一个朝代的。在《三国演义》中角度使用的是在中国,就 是中国社会的情况,即中国文化,中国文学以及中国社会的生活,尤其是在 山东,济南,上海,延安和北京。

作 者要 传 达的 主题 是 军 人 的旅 行 要 斗争 自 己 的 国家 , 充 满了 障 碍 和 壁

垒,以达到成为英雄在中国文化的革命。每个元素互相构建的以便使得一个

整体的统一。 一个小说看起来更有趣,如果在小说每一个因素放着正确位

置,反而如果一个元素是放着不正确的,那么小说会显得不完美,这意味着 是意义和目的要表达或主题要表达不能表达,因为发生妨碍跟其他的元素, 比如说情节,人物,和背景都是是主题的具要达到预期的目标。

4.2 建议

研究的结果希望可以增加读者的价值,尤其是对苏北大学中文系的学生

可以欣赏文学。笔者也希望这项研究可以作为一个参考或阅读的来源对其他

的研究者。

笔者建议读者或文学爱好者可以给自己的解释对三国演义的小说,因为


(6)

参考文献

[1] 杨成进. 浅谈《三国演义》中曹操形象的塑造[J]. 文化研究,2009.

[2] 吕叔湘. 现代汉语八百词[M]. 北京,商务印书馆,1996

[3] 王玲.论《三国演义》中曹操的形象[J].临沂师范学院文学院,2004.

[4] 张艳红1 ,薛 红2. 从《艰难时世》看狄更斯小说的人物刻画[J]. 河

北建筑科技学院学报 (社科版,2003,(4)

[5] 隋晓蕾. 从人际功能的视角分析小说人物性格特征 以 <简 爱>为例[J].

泉州师范学院学报( 社会科学), 2008,(5)

[6] 江凤霞.从人际功能看《玩偶之家》的人物性格与人物之间的关系[J]. 林区教学,2007,(7)

[7] 台园园. 从简·奥斯丁《傲慢与偏见》看对话对小说人物性格刻画之重 要性[J]. 和田师范专科学校学报(汉文综合版), 2008,(28)