5.Cerdik
Kecerdikan dalam menghadapi situasi membuat Cao Cao selalu berhasil menyelamatkan dirinya dari situasi yang membahayakannya. Berikut ini adalah
kutipan yang menggambarkan kecerdikan Cao Cao yang terdapat pada Kutipan:
“Betapa cerdiknya Cao Cao, yang jadi permasalahan di sini adalah terlalu banyak kuda yang berwarna cokelat, maka Lu Bu pasti membutuhkan
cukup waktu untuk menemukan “Cao Cao” yang dimaksud…Tanp membuang waktu lagi, Lu Bu segera memacu Chitu ma menuju arah yang
ditunjuk Cao Cao. Bukan main lega dan gembiranya Cao Cao ini berhasil lolos dari lubang jarum.” Kisah Tiga Kerajaan, 2009:123
Juga didukung oleh kutipan lainnya di: Cao Cao kaget setengah mati. Wajahnya yang semula bersinar-sinar
kembali berubah menjadi pucat pasi, lebih pucat dari sebelumnya. Pada saat itu, Lu Bu juga sudah tiba dan sedang berjalan masuk kamar. Namun,
bukan Cao Cao namanya bila pasrah pada nasib. Otaknya yang cerdik denga cepat segera berpikir. Ia langsung mengubah ekspresi wajahnya
dalam sekejap, menenangkan diri dan maju selangkah ke depan. Lalu sambil berlutut ia menyerahkan gagang pedangnya kepada Dong Zhuo.
Kisah Tiga Kerajaan, 2009:51
6. Curiga
Cao Cao memiliki sifat yang penuh kecurigaan terhadap orang lain, dia tidak benar-benar percaya pada orang lain dan hanya mempercayai dirinya sendiri. Hal ini
tergambar melalui kutipan:
“Dalam perjalanan menuju daerah Chenggao, Cao Cao tiba-tiba ingat saudara angkat ayahnya, Lu Boshe. Dia memutuskan untuk mampir
sejenak dan menginap sementara di rumah pamannya itu. Tak lama kemudian rumah Lu telah ditemukan. “Mengde aku telah membaca dan
melihat pengumuman yang dipasang pemerintah. Kenapa bisa jadi begini”. Setelah memperkenalkan Chen Gong pada pamannya, Cao Cao
menceritakan pengalamannya.
Universitas Sumatera Utara
“Terima kasih saudara Chen, jika bukan karena Saudara Chen kematian keponakanku pasti sudah menamatkan marga Cao”.
Lu Boshe masuk ke dalam kamarnya. Tak lama kemudian ia pamit sebentar. Katanya, ia hendak membeli arak. Cao Cao langsung curiga. “Lu
Boshe tidak punya pertalian darah denganku. Aku harus menyelidiki maksudnya.”Mereka dengan cermat menyelidiki rumah dan memasang
telinga.” Kisah Tiga Kerajaan, 2009:52
7. Pahlawan
Walau pun Cao Cao memiliki karakter yang jahat tetapi dia juga adalah pahlawan pada masa itu karena kelihaiannya dalam berperang serta kemampuannya dalam
pemerintahan. Hal ini tergambar melalui kutipan pada:
“Cao Cao is a better winner, but Liu Bei is the better man.” Menurut ajaran Konfusius, Liu Beii adalah sosok pemimpin yang sempurna. Liu
Bei sangat baik, bijaksana, murah hati, dan mempunyai karisma seorang pemimpin sehingga disukai orang banyak. Tapi dalam hal politik dan
berperang, ia bukan tandingan Cao Cao. Cao Mengde adalah seorang yang sangat cerdas, licik, ulet, pandai memcahkan persoalan pelik, dan juga
sangat tegas kejam. Andai saja Cao Cao menggunakan bakat dan kemampuannya
mempersatukan Tiongkok, lalu menyerahkan Tiongkok pada Liu Bei mungkin pada saat itu Tiongkok akan menjadi sangat makmur dan kuat.”
Kisah Tiga Kerajaan, 2009:177
4.2.2.3 Tokoh Sun Quan
Sun Quan juga merupakan salah satu tokoh utama yang memgang peranan penting dalam roman klasik Tiongkok Kisah Tiga Negara, walau pun intensitas
kemunculannya dalam roman yang dikisahkan kembali oleh Yongkie Angkawijaya ini dikategorikan sedikit yaitu hanya pada bab terakhir tetapi Sun Quan juga merupakan
penguasa salah satu dari tiga kerajaan yaitu negara Wu. Berikut adalah analisis karakter tokoh Sun Quan.
Universitas Sumatera Utara
1. Ragu-ragu
Tokoh Sun Quan merupakan tokoh pemimpin yang ragu-ragu, ragu dalam mengambil keputusan, apakah harus menyerah pada Cao Cao atau berperang melawan Cao Cao.
Dalam hal ini Sun Quan ragu dalam mengambil keputusannya bahkan ketika Zhuge Liang yang ahli dalam strategi perang menawarkan cara yang paling ampuh untuk
melawan tentara Cao Cao dengan strategi perang di air dimana tentara Cao Cao lemah dalam bidang ini Sun Quan tidak juga merasa yakin menang. Hal ini didukung oleh
kutipan yang terdapat pada:
“Jelas anda ragu, padahal andalah yang memegang keputusan. Bila anda tidak bisa mengambil keputusan, maka bencana akan datang hanya dalam
tempo beberapa hari lagi.” Kisah Tiga Kerajaan, 2009: 347
Hal ini juga didukung oleh kutipan lain yang yaitu: Sun Quan tampak ragu-ragu. “Silahkan anda mundur dulu, beri waktu
padaku untuk berpikir.” Lu Shu menghormat, lalu mengundurkan diri. Sun Quan menjadi serba salah. Nafsu makan menjadi hilang, tidur tidak
nyenyak, terus gelisah bila ia mengingat posisinya yang berada dalam tekanan diberi tanggung jawab oleh ayah dan kakaknya menjaga negara
Wu Timur yang telah dibangun dengan banyak pengorbanan. Kisah Tiga Kerajaan, 2009: 350
2. Mudah terhasut