Peran Ikatan Agam Inong Banda Aceh Dalam Mempromosikan Pariwisata

(1)

BIODATA PENULIS

DATA PRIBADI

Nama : Rifdatus Sunniyah Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir: Lhoksueumawe, 28 Juli 1995

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Jl. Banda Aceh-Medan, Lr. Keluarga, Dusun Cot Trieng Barat, Desa Uteun Geulinggang, Kec. Dewantara, Kab. Aceh Utara

Telepon : 0823 6770 7811

Email

PENDIDIKAN FORMAL

1999-2001 : Taman Kanak-Kanak Swasta 2 (TKS 2) Taman Siswa PT.Arun

2001-2007 : Sekolah Dasar Swasta 1 (SDS 1) Yapena PT. Arun 2007-2010 : SMP Swasta Yapena PT. Arun

2010-2012 : SMA Negeri 1 Bireuen-Akselerasi

2012-2016 : S1 Dept. Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara

PENDIDIKAN NON FORMAL


(2)

2011 : Pelatihan Manajemen Organisasi-PII 2012 : Seminar Kepenulisan Nasional-Bireuen

PENGALAMAN

Komunitas Menulis Rangkang Sastra-Bireuen Pelajar Islam Indonesia-Bireuen

Ikatan Pemuda Mahasiswa Tanah rencong (IPTR) - USU

Ikatan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) FISIP-USU Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) FISIP-USU


(3)

DAFTAR REFERENSI

Cangara, Hafied. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Damanik, Janianton dan helmut F. Weber. (2006). Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.

Danandjaja. (2011). Peranan Humas Dalam Perusahaan. Yogyakarta: Graha ilmu.

Hidayat, Dedy N. (2003). Paradigma Dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik. Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.

Kotler, Philip & Lee. (2007). Pemasaran di Sektor Publik. Terjemahan dari M. Taufik Amir. Jakarta: Indeks.

Marpaung, Happy. (2002). Pengetahuan Pariwisata. Bandung: Alfabeta

M. Hikmat, Mahi. (2011). Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moleong, Lexy J. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

. (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.


(4)

Patton, Michael Quinn. (2002). Qualitative Research And Evaluation Methods, 3rdEditiond. California: Sage Publications.

Paul, Peter. J dan Jerry C. Olson. (2000). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta : Erlangga.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.

Pendit, Nyoman S. (1990). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Pitana, I Gde & Diarta. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.

Pujileksono, Sugeng. (2015). Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Intrans Publishing.

Sarwono, Jonathan. (2006). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suryani, Tatik. (2008). Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tjiptono, Fandy. (2008). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset. Yoeti, Oka.(2001). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

. Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: Pradnya Paramita.

Sumber Lain:

Majalah Diwana, edisi 1 2015: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh


(5)

E Fatmawati. 2013. Metode penelitian. [internet]. [diunduh tanggal 10 Februari 2016]. Dapat diunduh dari: Skripsi-Tesis.com. Pengembangan Program Promosi Pariwisata Di Kabupaten

Berau. 2008. [Tesis] [Internet]. [Diunduh tanggal 18 Februari 2016]. Dapat diunduh dari:

Redaksi Atjehbiz. 2015. [internet]. [diunduh tanggal 18 Februari 2016]. Dapat diunduh dari

Leliyana Andriyani. 2014. Peran Duta Wisata Dalam Mempromosikan Kebudayaan dan Pariwisata di Kalimantan Timur. eJournal llmu Komunikasi, 2014, 2 (4) : 154-170. [internet]. [diunduh tanggal 13 mei 2016]. Dapat diunduh dari

Moses Yonathan. Peranan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Batu Dalam Kegiatan Promosi Pariwisata Kota Batu. [artikel]. [internet]. [diunduh tanggal 13 Mei 2016]. Dapat diunduh dari:

Chentia Aisya Oktarina. Peran Cak Dan Ning Surabaya Dalam Strategi Promosi Kota Surabaya. [Jurnal]. [Internet]. [diunduh tanggal 28 Juli 2016]. Dapat diunduh dari:


(6)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah rangkaian suatu prosedur penelitian yang dijalani oleh peneliti dalam melakukan penelitian guna memperoleh pemecahan masalah atau hasil penelitian secara sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Metode penelitian adalah analisis teori atau ilmu yang membahas tentang metode dalam melakukan penelitian. Metode penelitian komunikasi adalah prosedur atau cara ilmiah dalam melakukan penelitian bidang komunikasi untuk menemukan hal-hal baru, membuktikan atau menguji temuan penelitian sebelumnya atau untuk pengembangan ilmu komunikasi (Pujileksono, 2015: 4).

3.1.1 Metode Penelitan Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat ilmiah dan juga sistematis sebagaimana penelitian kuantitatif, sekalipun dalam pemilihan sampel tidak serumit penelitian kuantitatif. Dalam memilih sampel penelitian kualitatif menggunakan teknik non probabilitas, yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada suatu rumusan statistik, tetapi lebih kepada pertimbangan subyektif peneliti dengan didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah yang ditelitinya. Lebih lanjut pada penelitian kualitatif tidak ditujukan untuk menarik kesimpulan suatu populasi melainkan untuk mempelajari karakteristik yang diteliti, baik itu individu ataupun kelompok, sehingga keberlakuan hasil penelitian tersebut hanya untuk individu atau kelompok yang sedang diteliti tersebut. Konsekuensi dari dasar pemikiran tersebut ialah pemilihan sampel tidak bergantung pada kuantitas tetapi lebih kepada kualitas subjek yang akan diteliti atau biasa disebut sebagai informan. Banyak sedikitnya informan


(7)

yang akan digunakan dalam penelitian kualitatif tergantung pada cakupan masalah penelitian yang akan dilakukan (Sarwono, 2006: 205).

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut mementingkan proses dibandingkan dengan hasil akhir. Oleh karena itu urutan-urutan kegiatan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik atau utuh. Berikut ciri-ciri penelitian kualitatif:

1. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan.

2. Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang merupakan alat pengumpul data utama. Karenanya dalam penelitian ini peneliti sendiri yang melakukan wawancara dengan informan. Pengetikan dan analisis data pun peneliti lakukan sendiri karena penelitilah yang paling mengerti konteks pengumpulan data saat wawancara berlangsung.

3. Analisis data dilakukan secara induktif, yakni dengan mengumpulkan data-data yang ada di lapangan untuk kemudian menarik kesimpulan dari fakta-fakta yang ada. Analisis data pun dilakukan secara induktif seiring dengan perkembangan tahap penelitian.

4. Data yang dikumpulkan deskriptif berupa data-data, karenanya laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan hasil wawancara untuk memberi gambaran penyajian laporan. Data berasal dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan buku harian yang ditulis oleh informan. Dalam wawancara, peneliti selalu bertanya ‘mengapa’ guna mempertajam jawaban wawancara yang diberikan informan.

5. Desain penelitian bersifat sementara yang dalam proses penyusunannya terus-menerus mengalami perubahan berkaitan dengan fakta-fakta baru yang muncul di lapangan yang tidak diperkirakan sebelumnya sehingga menuntut


(8)

adanya perubahan dalam desain penelitian. Misalnya munculnya suatu fakta baru di lapangan yang menuntut teori yang digunakan (Moleong, 1990: 4).

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan studi deskriptif. Model studi deskriptif digunakan untuk mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Nazir, 2003: 54)

Berdasarkan sifat penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka. Dengan begitu laporan penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2004: 11).

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan informan yang terlibat langsung dalam hal memberikan informasi bagi penelitian. Dengan kata lain, subjek penelitian adalah individu, kelompok, atau benda yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dari informan di lapangan akan dilakukan dengan riset pengumpulan data yang dilakukan secara terus-menerus hingga data jenuh.

Adapun Informan utama dalam penelitian ini adalah Agam Inong Banda Aceh 2015 yang tergabung dalam Ikatan Agam Inong Banda Aceh. Selain itu, peneliti juga memakai informan tambahan untuk mendukung kelengkapan data, yaitu Ketua Ikatan Agam Inong Banda Aceh dan Kepala Bagian Promosi dan Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Banda Aceh.


(9)

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan sasaran penelitian yang digambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Dengan kata lain, objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Di dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah Promosi Pariwisata kota Banda Aceh yang dilakukan oleh Ikatan Agam Inong Banda Aceh.

3.4 Unit Analisis

Unit analisis pada ummnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi yang diteliti objek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini meliputi 3 komponen, yaitu:

1. Tempat dimana berlangsungnya penelitian ini. Tempat berlangsungnya penelitian ini yaitu di kota Banda Aceh, dimana merupakan pusat diadakannya kegiatan promosi pariwisata oleh Ikatan Agam Inong Banda Aceh, khususnya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Banda Aceh. 2. Pelaku, pelaku dalam penelitian ini merupakan subjek penelitian sebagai

informan yang sesuai dengan penelitian, yaitu para Agam Inong Banda Aceh 2015 yang tergabung dalam Ikatan Agam Inong Banda Aceh.

3. Kegiatan, merupakan aktivitas pelaku berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan selama berlangsungnya penelitian, dengan tujuan untuk mengetahui peranan Ikatan Agam Inong Banda Aceh dalam kegiatan promosi pariwisata di kota Banda Aceh.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara. Dalam prakteknya, kedua metode tersebut dapat digunakan secara bersama-sama, artinya


(10)

sambil melakukan wawancara peneliti juga dapat melakukan observasi atau sebaliknya. Wawancara akan berlangsung baik jika terciptanya saling kepercayaan antara peneliti dengan yang diwawancarai (Sugiyono, 2012: 239).

Secara garis besar data dalam penelitian komunikasi kualitatf dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis: a) data yang diperoleh dari interview. b) data yang diperoleh dari observasi, dan c) data yang berupa dokumen, teks, atau karya seni yang kemudian dinarasikan (dikonservasikan ke dalam bentuk narasi). Transkrip dari hasil interview atau percakapan dengan subjek, catatan lapangan yang dibuat ketika observasi, catatan berkenaan dengan shot adegan, dokumen-dokumen organisasi atau bentuk-bentuk perkumpulan, semuanya adalah data (Pawito, 2007: 96).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama tangan pertama di lapangan. Metode dalam pengumpulan data primer adalah:

a. Metode Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pencarian data/informasi mendalam yang diajukan kepada responden/informan dalam bentuk pertanyaan. Menurut Soehartono, wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden oleh peneliti/pewawancara dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (M. Hikmat, 2011: 79-80).

Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara ini adalah pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang diajukan tanpa memberi alternatif jawaban, sehingga informan diberikan kebebasan penuh untuk memberikan jawabannya dan pewawancara harus mencatatnya secara lengkap.


(11)

Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba, antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Kebulatan: merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang: memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia, dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh penulis sebagai pengecekan anggota (Moleong, 2004: 135).

Agar mendapatkan data yang diharapkan, maka penulis menggunakan teknik interview guide, yang dikemukakan Patton yaitu dengan membuat panduan pertanyaan wawancara untuk menggali pertanyaan guna mendapatkan pemahaman yang mendalam (Patton, 2002: 343).

b. Metode Observasi

Teknik observasi ilmiah adalah kegiatan mengamati dan mencermati serta melakukan pencatatan data atau informasi yang sesuai dengan konteks penelitian. Teknik observasi dapat menjelaskan atau menggambarkan secara luas dan rinci tentang masalah-masalah yang dihadapi karena data observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terperinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia, dan sistem sosial, serta konteks tempat kegiatan itu terjadi (M. Hikmat, 2011: 73).

Dapat dikatakan observasi adalah kegiatan melihat dan mengamati secara langsung (tanpa mediator) suatu objek tertentu. Namun tidak semua observasi dapat dikatakan sebagai metode dalam suatu riset. Observasi harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar bermanfaat bagi kegiatan riset. Syarat-syarat tersebut antara lain (Rachmat Kriyantono, 2012:110):

1. Observasi digunakan dalam riset dan telah direncanakan secara sistematik. 2. Observasi harus berkaitan dengan tujuan riset yang telah ditetapkan.


(12)

3. Observasi yang dilakukan harus dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang harus menarik perhatian.

4. Observasi dapat dicek dan dikontrol mengenai validitas dan kredibilitasnya. 2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi kepustakaan seperti menelaah literatur sumber naskah, bahan bacaan, buku -buku pengetahuan, jurnal, situs internet, dan karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan penelitian dan mendukung peneliti untuk mengumpulkan data dan fakta sebanyak-banyaknya demi proses penelitian.

3.5.1 Penentuan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti adalah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang dapat terkumpul, jadi sebagai sampling internal, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Moleong, 2004: 131).

Dalam penelitian studi deskriptif, jumlah informan disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Peneliti akan melihat karakteristik informan yang dapat membantu untuk memberi informasi yang dibutukan dalam penelitian. Peneliti dapat mengumpulkan hasil data melalui informan secara lebih mendalam. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling atau dengan pertimbangan tertentu.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Agam Inong Duta Wisata Banda Aceh 2015 yang tergabung dalam Ikatan Agam Inong Banda Aceh.


(13)

2. Finalis Agam Inong Banda Aceh 2015 yang aktif dalam kegiatan pariwisata dan tergabung dalam Ikatan Agam Inong Banda Aceh.

3.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi tempat berlangsungnya penelitian ini adalah di kota Banda Aceh, sebagaimana data yang dibutuhkan melalui Ikatan Agam Inong Banda Aceh, khususnya Agam Inong Banda Aceh 2015. Peneliti akan menyesuaikan tempat pertemuan untuk melakukan wawancara secara mendalam dengan para informan. Tempat wawancara berlangsung di lingkungan kota Banda Aceh, dan dilakukan sesuai kesepakatan bersama dengan para informan.

Penelitian ini dimulai dengan observasi dan wawancara yang dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2016. Hal ini mengingat banyaknya persiapan yang harus dilakukan oleh peneliti agar mendapatkan data dan hasil yang maksimal dalam melakukan penelitian ke lapangan.

3.5.3 Keabsahan/Validitas Data

Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat berharga dalam sebuah penelitian. Demi terjaminnya keakuratan data, maka peneliti akan melakukan keabsahan data. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula sebaliknya, data yang sah akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar. Dari data yang terkumpul selanjutnya dipakai sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan. Melihat begitu besarnya posisi data, maka keabsahan data yang terkumpul menjadi sangat vital. Keabsahan data disebut juga dengan validitas data. (Alwasilah dalam Bachri) menjelaskan bahwa “tantangan bagi segala jenis penelitian pada akhirnya adalah terwujudnya produksi ilmu pengetahuan yang valid, sahih, benar dan beretika”.


(14)

Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2004: 330).

Dalam penelitian kualitatif peneliti harus berusaha mendapatkan data yang valid dan mengadakan validitas data untuk menghindari data invalid. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknis pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada 4 (empat) kriteria yang dapat digunakan, yaitu: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Fungsinya; a) Melaksanakan inkuiri sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. b) Mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Kriteria keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari nonkualitatif. Bila pada penelitian nonkualitatif berdasarkan pada hasil penelitian pada sampel dapat digeneralisasikan, pada penelitian kualitatif tidak dapat demikian. Meskipun kejadian empiris sama tetapi bila konteksnya berbeda tidak mungkin dapat digeneralisasikan.

Kriteria kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian nonkualitatif. Pada penelitian nonkualitatif bila diadakan dua atau beberapa kali pengulangan dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya tercapai. Pada penelitian kualitatif sangat sulit mencari kondisi yang benar-benar sama. Selain itu karena manusia sebagai instrumen, faktor kelelahan dan kejenuhan akan berpengaruh.

Kriteria kepastian berasal dari konsep objektifitas pada nonkualitatif. Dalam kenyataannya sesuatu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan


(15)

beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, atau penemuan seseorang. Padahal pengalaman seseorang itu sangat subjektif, dan akan dapat dikatakan subjektif bila disepakati oleh beberapa orang atau banyak orang. Maka dari itu untuk kriteria kepastian atau objektivitas ini supaya tidak menekankan pada orangnya, melainkan harus menekankan pada datanya. Sehingga kebergantungan bukan pada orangnya, tetapi pada datanya itu sendiri.

3.5.3.1 Triangulasi

Triangulasi menurut Susan Stainback dalam Sugiyono (2007: 330) merupakan “the aim is not to determinate the truth about same social phenomenon, rather than the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of what ever is being investigated”. Dengan demikian triangulasi bukan bertujuan mencari kebenaran, tapi meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya.

Menurut Wiliam Wiersma dalam Sugiyono (2007: 372); “triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data source or multiple data collection procedures”. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu, sehingga triangulasi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yakni triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.

Triangulasi adalah suatu cara mendapatkan data yang benar-benar absah dengan menggunakan pendekatan metode ganda. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri. Untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi ada berbagai macam cara. Seperti yang dikutip dari Bachtiar Bachri dalam jurnal ”Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada Penelitian Kualitatif”, triangulasi terdiri dari beberapa cara, antara lain (Bachri, 2010: 55-57):


(16)

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara; membandingkan antara apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

b. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan data yang sahih melalui observasi peneliti perlu mengadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja.

c. Triangulasi Teori

Triangulasi teori adalah memanfaatkan dua teori atau lebih untuk diadu atau dipadu. Untuk itu diperlukan rancangan penelitian pengumpulan data dan analisis data yang lebih lengkap. Dengan demikian akan dapat memberikan hasil yang komprehensif.

d. Triangulasi Peneliti

Triangulasi peneliti adalah menggunakan lebih dari satu peneliti dalam mengadakan observasi atau wawancara. Karena masing-masing peneliti mempunyai gaya, sikap dan persepsi yang berbeda dalam mengamati suatu fenomena maka hasil pengamatan dapat berbeda dalam mengamati fenomena yang sama. Pengamatan dan wawancara denganmenggunakan dua atau lebih pengamat/pewawancara akan dapat memperoleh data yang lebih absah. Sebelumnya tim peneliti perlu mengadakan kesepakatan dalam menentukan kriteria/acuan pengamatan dan atau wawancara.


(17)

e. Triangulasi Metode

Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data, atau mengecek keabsahan temuan penelitian. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama. Pelaksanaannya dapat juga dengan cara cek dan ricek.

Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

Sementara itu, dalam catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa dalam riset kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh seorang peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam suatu penelitian. teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain. Model triangulasi diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang tepat


(18)

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis. Menurut miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan berarti, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang saling berhubungan merupakan proses siklus dan interaksi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut ‘analisis’

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini mencakup transkip hasil wawancara, reduksi data, interpretasi dan penyajian data. Dari proses analisis data tersebut kemudian dapat ditarik kesimpulan. Berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses memilih data yang relevan dan bermakna, memfokuskan data yang mengarah untuk memecahkan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian. Proses ini berlangsung dari awal sampai akhir penelitian.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang kedua dalam penelitian kualitatif. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi yang


(19)

tersusun member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindaka

Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik, dan tabel. Penyajian data bertujuan untuk menggabungkan informasi sehingga dapat menggambarkan keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, agar peneliti tidak kesulitan dalam penguasaan informasi juga untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan, maka peneliti dapat membuat naratif, grafik, dan juga matrik dari data tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir dari sebuah analisis data adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung, seperti halnya proses reduksi data. Setelah data terkumpul cukup memadai dan benar-benar lengkap, maka proses penarikan kesimpulan baru dapat dilakukan. Sejak awal penelitian, peneliti selalu berusaha mencari makna data yang terkumpul. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu diuji kebenaran dan kesesuaiannya sehingga validitasnya terjamin. Kesimpulan-kesimpulan tersebut juga harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan data-data yag dibutuhkan dalam penelitian. Selanjutnya akan dilakukan telaah data, baik pada data primer maupun data sekunder yang telah terkumpul. Setelah itu data akan disusun membentuk laporan yang sistematis.

Untuk mendapatkan suatu kesimpulan akhir, maka data yang telah diperoleh ini harus sesuai dengan teori–teori yang digunakan dalam penelitian dan saling berhubungan. Selanjutnya hasil penelitian akan disajikan dalam pembahasan secara deskripsi dan dianalisis guna mengetahui bagaimanakah peran Agam Inong Banda Aceh dalam mempromosikan pariwisata kota Banda Aceh.


(20)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Banda Aceh yang lahir 22 April 1205 Masehi bertepatan dengan 1 Ramadhan 601 Hijriah merupakan ibu kota Provinsi Aceh. Oleh karenanya, kota Banda Aceh mendapat sebutan the central of everyting. Bahkan tersebar ungkapan bagi para wisatawan Aceh yang bunyinya, “jika ingin mengetahui Aceh, maka kunjungilah Banda Aceh”.

Kota Tua yang telah lahir selama genap 811 tahun tepat pada 22 April lalu ini, tetap menjadi ibu kota dari masa ke masa dan akan selalu menjadi kota kebanggaan bagi masyarakat Aceh umumnya. Secara geografis wilayah Banda Aceh memiliki luas 1,36 km2, berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, Samudera Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Aceh Besar di sebelah timur dan barat. Banda Aceh dikenal sebagai kota budaya, karena kedudukannya sebagai pusat Kerajaan Aceh, yang merupakan salah satu dari lima kerajaan islam terbesar di dunia pada masanya. Juga terdapat banyak peninggalan bersejarah yang diabadikan di kota ini, seperti monumen, khazanah budaya, makam raja – raja, dan berbagai objek lainnya yang bernilai historis dan spiritual.

Banda Aceh yang dijuluki sebagai kota Pusaka ini tersohor oleh ragam objek wisatanya, mulai dari wisata sejarah, alam, religi, kuliner hingga wisata tsunami. Sehingga memang benar, Banda Aceh layaknya the central of everything dengan semua yang dimilikinya. Sesuai dengan tema yang diangkat pada pemilihan Agam Inong Duta Wisata Banda Aceh tahun 2015 lalu yaitu, “let us welcome you in charming Banda Aceh”. Pemilihan Agam Inong Banda Aceh kali ini mengangkat tema demikian bukan tanpa maksud. Hal ini diupayakan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh untuk mengenalkan pesona Banda Aceh ke ranah dunia. Tentunya dengan bantuan para Agam Inong


(21)

Banda Aceh yang terpilih sebagai Duta Wisata dan juga para finalis tahun 2015 sebagai promotor penggerak promosi pariwisata Banda Aceh.

Banda Aceh, selain sebagai pusat pemerintahan, kota ini juga menjadi pusat segala kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Sehingga Kota Banda Aceh menjadi miniatur Provinsi Aceh pada umumnya. Para turis mancanegara yang ingin mengenal Aceh dari segala aspek, cukup mengunjungi Banda Aceh untuk mengetahui Aceh dari berbagai sisi melalui bukti peninggalan sejarahnya yang terabadikan hingga saat ini. Bukan hanya itu, Banda Aceh yang mendapat sebutan sebagai kotanya para raja menyimpan banyak cerita liku kehidupan, tentang wajah kota yang terus berubah dan berganti, runtuh namun dapat dibangun lagi, ataupun yang hilang tapi muncul kembali.

Periode pertama kemunculan Aceh tepatnya di Kota Banda Aceh dimulai ketika Sultan Alaiddin Johan Syah meletakkan batu pertama pembangunan istana Kerajaan Aceh di Gampong Pande pada 22 April 1205 Masehi. Periode ini penting karena reruntuhan setelah peperangan besar di atas puing puing kerajaan Hindu dan Budha, Banda Aceh berdiri. Selama tujuh abad dalam periode ini, Banda Aceh memainkan peranan penting dalam jalur perdagangan maritim internasional dan hubungan dengan bangsa – bangsa luar. Namun pada Periode kedua, Belanda berhasil memasuki dan menduduki Banda Aceh pada tahun 1874. Selama 68 tahun Banda Aceh menjadi ibukota dari pemerintah Hindia Belanda Aceh. Pada masa – masa penuh darah dan duka karena perjuangan heroik yang dilakukan pejuang Aceh ini, Banda Aceh diubah namanya menjadi Koeta Radja yang diproklamirkan oleh Jendral J.Van Swieten dan pembangunannya dilakukan di atas puing – puing bekas istana Darud Dunya (Taman Dunia). Namun pada periode ketiga, dibawah kepemimpinan Gubernur Aceh, Ali Hasjmy, nama Koeta Radja kembali menjadi Banda Aceh pada tahun 1963 dan menjadi periode yang dianggap penting (Diwana, edisi 1 2015: 50).

Periode selanjutnya yaitu periode keempat, menjadi periode kelam catatan sejarah panjang kota Banda Aceh. Wali kota Banda Aceh, almarhum Mawardy Nurdin membangun Banda Aceh dari puing – puing setelah dihantam Tsunami


(22)

pada tahun 2004 silam. Mawardy Nurdin terpilih sebagai Wali kota Banda Aceh untuk periode 2007-2012 bersama Wakil Wali kota Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal. Periode selanjutnya, keduanya kembali mendapat kepercayaan dari warga Banda Aceh untuk memimpin kembali Banda Aceh sampai tahun 2017. Namun Tuhan berkehendak lain. Mawardy Nurdin meninggal dunia pada 8 Februari 2014 sebelum mengakhiri masa tugasnya. Keduanya dianggap sebagai sosok yang berperan penting dalam pembangunan Banda Aceh kembali di atas puing – puing tsunami. Setelah kepergian Mawardy Nurdin, kepemimpinan kota Banda Aceh dilanjutkan oleh Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal sebagai Wali kota sampai tahun 2017, dengan mengusung semangat Banda Aceh model kota Madani (Diwana, edisi 1 2015: 51).

Di bawah kepemimpinan Illiza, pariwisata kota Banda Aceh merupakan sektor yang saat ini mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah untuk dikembangkan secara lebih serius. Pada tahun 2015, bersama Agam Inong Duta Wisata Banda Aceh 2015, sektor pariwisata Kota Banda Aceh sedang giatnya menggencarkan aksi promosi pariwisata ke hadapan publik. Pastinya diiringi oleh perbaikan dan pengadaan sarana dan prasarana pariwisata yang lebih baik lagi. Hal ini dimulai dengan peluncuran Banda Aceh sebagai World Islamic Tourism yang penandatanganan MoU kerjasama promosi pengembangan pariwisata antara Pasific Asia Travel Asosiation (PATA) dengan Pemko Banda Aceh, dilakukan oleh walikota Banda Aceh sendiri, Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal dan CEO PATA Poernomo Siswo Prasetyo di Gedung Sapta Pesona Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia pada 3 Mei 2015 lalu.

Kota Banda Aceh yang sejak dahulu dikenal sebagai kota peradaban, kini sedang berusaha menuju gelar kota “Tamaddun” dalam bahasa arab, yang diartikan sebagai kota Madani dengan keadaan hidup bermasyarakat yang terus bertambah baik. Tentunya didukung pula oleh sebutan “World Islamic Tourism” yang tersemat di pundaknya, serta charming Banda Aceh lainnya dalam aspek pariwisata.


(23)

4.1.2 Deskripsi Proses Penelitian

Penelitian yang dilakukan peneliti ini telah melewati proses panjang. Dimulai dengan mengajukan judul penelitian kepada pihak departemen Ilmu Komunikasi, dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk melakukan penelitian terkait tentang peran Agam Inong Banda Aceh dalam mempromosikan pariwisata Kota Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan di Banda Aceh tepatnya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh, yang ditujukan pada Ikatan Agam Inong Banda Aceh, terkhusus pada Agam Inong Duta Wisata Banda Aceh tahun 2015. Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah lebih dulu mencari informasi mengenai Agam Inong Banda Aceh dan mengikuti perkembangan sosial media milik mereka. Dari sanalah peneliti banyak mendapatkan informasi awal yang dapat membantu mengantarkan peneliti kepada proses penelitian selanjutnya. Setelah itu, peneliti menyusun pedoman wawancara sebagai acuan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan.

Banda Aceh merupakan target penelitian yang dipilih oleh peneliti dikarenakan ketertarikan peneliti terhadap kota tua penuh sejarah yang menjunjung tinggi nilai peradaban ini. Peneliti juga telah jatuh hati terhadap Kota Banda Aceh jauh sebelum judul penelitian dirumuskan dan penelitian ini dilakukan. Setiap kali mengunjungi Kota Banda Aceh, peneliti kagum dan hanyut dalam keindahan pariwisata yang disajikan kota para raja ini. Menikmati pesona pariwisata Banda Aceh, dirasakan oleh peneliti tidak akan ada habisnya. Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti juga telah lebih dulu memilih Kota Banda Aceh sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL) beberapa bulan lalu. Atas dasar inilah peneliti memilih Banda Aceh sebagai tujuan dari penelitiannya.

Untuk mendapatkan informasi tentang penelitian ini, peneliti telah melakukan penelitian sebanyak dua kali dengan mengunjungi Kota Banda Aceh. Pada kali pertama kunjungan, tepatnya satu bulan yang dimulai sejak tanggal 18 Maret 2016 hingga 18 april 2016. Selanjutnya kunjungan kedua kalinya penelitian dilakukan dari tanggal 19 Mei 2016 sampai tanggal 24 Mei 2016.


(24)

Pada kunjungan pertama, dilakukan peneliti bukan tanpa maksud. Pasalnya, peneliti mengunjungi Banda Aceh pada saat itu untuk menghadiri rangkaian acara Ajang Pemilihan Agam Inong Banda Aceh 2016, yaitu pada Malam Puncak Penobatan Duta Wisata Banda Aceh 2016 yang diselenggarakan pada Sabtu, tanggal 19 Maret 2016 di Gedung Auditorium AAC Dayan Dawood Unsyiah Banda Aceh. Acara dimulai dari pukul 20.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Peneliti mengikuti rangkaian acara pada malam itu dan menyaksikan penobatan Duta Wisata Banda Aceh 2016, serta melihat pula aktivitas panitia yang sebagian besarnya merupakan Agam Inong Duta Wisata Banda Aceh 2015, termasuk sasaran informan penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti juga bermaksud untuk mengetahui gambaran umum tentang Ikatan Agam Inong Banda Aceh. Peneliti baru berhasil membuat janji dengan salah satu informan penelitian pada tanggal 5 April setelah sebelumnya gagal membuat janji dengan informan penelitian lainnya dikarenakan jadwal informan yang padat mengenai agenda ajang pemilihan Agam Inong Banda Aceh 2016. Peneliti menyimpulkan bahwa minggu-minggu pertama saat informan dihubungi merupakan waktu yang tidak tepat dikarenakan kesibukan Agam Inong 2015 menyambut masa akhir periode tugas mereka dan persiapan acara Malam Penobatan Duta Wisata Banda Aceh 2016. Peneliti akhirnya bertemu dengan informan pertama, Alvi Chairiah, yang menyandang gelar sebagai Inong pemenang Duta Wisata Banda Aceh 2015. Pertemuan dengan Inong Alvi tepatnya pada Selasa malam, 6 April 2016 di Tanabata Coffee, Ulee Kareung Banda Aceh. Setelah memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud pertemuan, penelitipun melakukan wawancara mendalam terhadap Inong Alvi.

Inong Alvi merupakan perempuan berwawasan dan berpengetahuan luas. Terbukti dari caranya menjabarkan setiap jawaban pertanyaan wawancara dengan sigap dan lugas namun juga sempurna. Dari hasil wawancara dengan Inong Alvi, peneliti menemukan banyak informasi mengenai data yang dibutuhkan. Pada malam pertemuan dengan Inong Alvi, peneliti mendapatkan keberuntungan yang tidak terduga. Malam itu, peneliti diperkenalkan langsung oleh Inong Alvi dengan


(25)

Ketua Ikatan Agam Inong Banda Aceh, Doni Ihsan Wijaya, yang kebetulan sedang berada di tempat yang sama pada saat itu.

Selain melakukan wawancara dengan Inong Alvi, peneliti juga memanfaatkan kesempatan untuk mewawancarai Ketua Ikatan Agam Inong Banda Aceh, Doni, untuk mengumpulkan data mengenai gambaran Ikatan Agam Inong Banda Aceh sendiri. Doni banyak memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam penelitian ini. Informasi yang diberikan Doni telah banyak membantu terkumpulnya data, seperti informasi tentang profil Ikatan Agam Inong Banda Aceh dan nama – nama pengurusnya. Peneliti juga banyak mendapatkan cerita pengalaman mengenai keaktifan Agam Inong Banda Aceh 2015. Dari informasi yang diberikan Doni, peneliti mendapat nama pasangan finalis Agam Inong 2015 yang dapat dijadikan sebagai informan lanjutan dalam penelitian ini.

Pertemuan dengan informan selanjutnya oleh peneliti adalah pertemuan dengan Anna Hasanah, pada tanggal 8 April 2016 bertempat di Outdoor Delight Cafe. Anna merupakan informan penelitian yang berstatus sebagai Inong Wakil I Duta Wisata Banda Aceh 2015 yang berasal dari Lhokseumawe. Ia merupakan sarjana FKIP Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Kini, Inong Anna bekerja di Kantor Gubernur Aceh pada bagian pemberdayaan perempuan. Pertemuan dengan Inong Anna dimanfaatkan oleh peneliti untuk melakukan wawancara secara mendalam guna mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Setelah pertemuan dengan Inong Anna, peneliti akhirnya berhasil membuat janji pertemuan dengan informan yang sebelumnya sempat batal karena kesibukannya dalam kepanitiaan ajang pemilihan Agam Inong banda Aceh 2016, yaitu Khalida. Pertemuan dengan Inong Khalida berlangsung di kediaman informan, jalan Kebon Raja, Ulee Kareeng Banda Aceh, tepatnya pada Kamis malam, 14 April 2016. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan Inong Khalida berjalan selama hampir 3 jam. Hal ini dikarenakan sikap Inong Khalida yang ramah dan mudah bergaul kepada siapapun yang ditemuinya. Informasi yang didapatkan peneliti dari wawancara dengan Inong Khalida lebih kepada


(26)

bagaimana pengalamanya selama menjalankan tugas promosi pariwisata Banda Aceh sebagai Inong Favorit, juga aktifitasnya yang selalu ikut berpartisipasi dalam hampir seluruh kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Banda Aceh. Pertemuan dengan Inong Khalida menutup kunjungan penelitian pertama peneliti ke kota Banda Aceh demi mencari informasi mengenai gambaran umum Ikatan Agam Inong Banda Aceh dan mengumpulkan data penelitian.

Pada hari terakhir di Banda Aceh, tepatnya hari Senin, 18 April 2016, peneliti menyempatkan berkunjung ke kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Banda Aceh. Kunjungan ini pada awalnya untuk melakukan wawancara demi mengumpulkan informasi pendukung dan data tambahan mengenai Agam Inong Banda Aceh 2015. Namun karena ketiadaan surat penelitian yang dibawa peneliti dari kampus, sebagai pernyataan bahwa peneliti datang dengan maksud melakukan penelitian, maka pada saat itu peneliti hanya melakukan silaturrahmi, memperkenalkan diri, dan berdiskusi kecil dengan Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Banda Aceh yang disambut hangat oleh Bapak Said Fauzan SSTP. MA. Peneliti juga bertemu dengan staf bagian promosi, Bapak yang selama ini bertugas mendampingi Agam Inong Duta Wisata Banda Aceh selama menjalankan tugasnya.

Tepat satu bulan setelah melakukan kunjungan penelitian ke Banda Aceh yang pertama, peneliti kembali melakukan penelitian yang kedua kalinya, pada hari Selasa, tanggal 24 Mai 2016. Peneliti telah membuat janji bertemu dengan empat informan sekaligus dalam satu hari. Selasa siang, 24 Mai 2016, peneliti bertemu dengan informan Agam pertama, Dwi Pragasa Ananda, di BBC Cafe Lamnyong Banda Aceh. Dalam pertemua tersebuut, peneliti telah melakukan wawancara dengan Agam dwi selama 50 menit, dari pukul 14.30 WIB hingga pukul 15.20 WIB. Agam Dwi, sebagai pemenang wakil I Agam Duta Wisata Banda Aceh 2015, yang juga salah satu mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, menjawab seluruh pertanyaan wawancara yang diajukan oleh peneliti dengan kritis. Beberapa diantara jawaban yang diberikannya justru berbeda dengan tanggapan dari informan lainnya yang lebih


(27)

dahulu telah diterima oleh peneliti. Hal ini memang tampak dari sikapnya saat ditemui oleh peneliti untuk wawancara. Selain sikapnya yang kritis, Agam Dwi juga memiliki pendirian yang teguh. Hal ini dibuktikannya dengan caranya menjawab pertanyaan wawancara peneliti dengan tegas.

Setelah bertemu dengan Agam Dwi, peneliti melanjutkan pertemuan dengan Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Banda Aceh, Bapak Said Fauzan SSTP. MA, yang sebelumnya telah mengirimkan email balasan kepada peneliti untuk menyetujui pertemuan pada hari tersebut. Setelah menuggu beliau di kantor, tepat pukul 17.00 WIB akhirnya peneliti dapat bertemu Bapak Said untuk melakukan wawancara demi mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Said terkait beberapa hal, diantaranya seputar kegiatan Bapak Said sebagai Kapala Bidang Promosi dan Pemasaran Pariwisata Disbudpar kota BandaAceh, hubungan yang terjalin diantara Disbudpar kota Banda Aceh dengan Ikatan Agam Inong Banda Aceh, peran dan aktivitas Agam Inong kota Banda Aceh sebagai ikon promotor pariwisata, juga program – program promosi pariwisata yang dilakukan oleh Disbudpar kota Banda Aceh. Wawancara antara peneliti dengan Bapak Said berjalan dengan baik selama kurang lebih satu jam. Sebelum berpamitan, peneliti meminta beberapa data yang dibutuhkan dalam penelitian ini kepada Bapak Said, beliau menyetujuinya dan mempersilahkan peneliti untuk kembali lagi esok harinya pada jam kerja kantor.

Setelah melakukan pertemuan dengan Agam Dwi dan Bapak Said, pada hari yang sama peneliti juga melanjutkan pertemuan wawancara dengan informan lainnya. Diantaranya adalah Agam Zulfahmi, Agam Husni Mubarrak dan Inong Eggy Fegri. Pertemuan ini telah disepakati oleh informan setelah beberapa kali terjadi pembatalan karena waktu yang tidak tepat. Pertemuan dengan ketiga informan berlangsung pada tempat yang sama, yaitu di kediaman Inong Khalida, Ulee Kareng, Banda Aceh. Peneliti dapat melakukan pertemuan wawancara dengan ketiga informan dalam waktu yang sama dikarenakan pada saat itu sedang berlangsungnya kegiatan silaturrahmi beberapa Agam Inong Duta Wisata Banda Aceh 2015 di kediaman Inong Khalida. Untuk mempersingkat waktu, peneliti dan


(28)

informan membuat pertemuan di tempat yang sama. Wawancara berlangsung dari pukul 20.30 WIB hingga pukul 22.30 WIB, dimulai dengan wawancara bersama Inong Eggy, selanjutnya dengan Agam Husni, dan diakhiri dengan wawancara bersama Agam Zulfahmi. Meskipun wawancara berlangsung di tempat yang sama dengan waktu dan giliran yang berbeda, namun peneliti mendapatkan hasil data yang cukup sesuai dengan versi masing – masing informan. Banyak jawaban pertanyaan yang sama didapatkan oleh peneliti, namun dengan bahasa dan gaya penyampaian yang berbeda sesuai dengan wawasan dan sudut pandang informan. Beberapa data mencapai tingkat data jenuh, namun peneliti tetap akan melakukan penelitian wawancara selanjutnya untuk mendapatkan data yang lebih baik dan maksimal.

Pagi hari Rabu, 25 Mai 2016 peneliti kembali berkunjung ke kantor Disbudpar kota Banda Aceh untuk mengambil data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Diantaranya seperti kalender event tahun 2015, data kunjungan wisatawan ke Banda Aceh dan juga nama – nama tempat wisata yang terdapat di kota Banda Aceh. Setelah mengumpulkan data – data yang dibutuhkan, peneliti juga tidak lupa mengabadikan momen foto sebagai bukti dokumentasi dalam penelitian ini.

Di hari yang sama, tepat pukul 16.30 WIB, peneliti kembali bertemu dengan informan Agam terakhir dalam penelitian ini. Peneliti bertemu dengan agam Bahrul sebagai agam favorit Banda Aceh 2015, tepatnya di Cafe Gerobak Cokelat, Batoh, Banda Aceh. Wawancara bersama Agam Bahrul berlangsung selama hampir 2 jam. Agam Bahrul merupakan karakter informan yang supel. Ia banyak berbagi cerita dan pengalamannya kepada peneliti. Tidak hanya mengenai tugasnya semasa menjadi Agam Banda Aceh, tetapi juga aktivitas dan pengalaman kuliahnya, sehingga kegiatan wawancara bersamanaya terasa lebih santai.

Setelah melakukan wawancara dengan informan terakhir, peneliti kembali membuka lembar-lembar catatan wawancara dari awal hingga akhir proses wawancara. Banyak pertanyaan dengan jawaban yang sama diberikan oleh masing-masing informan. Tidak sedikit pula jawaban dengan versi penyampaian


(29)

yang berbeda, namun memiliki maksud yang sama pula. Hanya sedikit dari pertanyaan yang memiliki jawaban berbeda sesuai dengan wawasan yang dimiliki oleh masing-masing informan. Intinya adalah, peneliti merasa data yang dikumpulkan melalui proses wawancara telah cukup dan mencapai data jenuh. Peneliti juga telah mendapatkabn data pendukung melalui wawancara bersama Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Banda Aceh, sebagai pihak yang langsung membawahi seluruh kegitan para Agam Inong Banda Aceh, juga wawancara dengan Ketua Ikatan Agam Inong Banda Aceh yang secara langsung memimpin para Agam Inong di dalam ikatan. Data-data yang dimiliki peneliti juga diperkuat oleh data tambahan yang didapatkan dari kantor Disbudpar kota Banda Aceh. Dengan demikian, peneliti merasa data-data yang telah terkumpul sangat cukup untuk selanjutnya diolah dan dianalisis.

Pada hari yang sama, setelah seluruh keperluan yang menyangkut dengan kegiatan penelitian skripsi telah selesai, tepatnya pukul 22.00 WIB, peneliti meninggalkan kota Banda Aceh untuk kembali ke kota Medan.

4.1.3 Struktur Kepengurusan Ikatan Agam Inong Banda Aceh

Ketua : Doni Ihsan Wijaya

Sekretaris I : Ichwan

Sekretaris II : Angga Bagastama Bendahara : Rininta Arianda Dept. Pendanaan : Inal Akhyar Dept. Internal : Fathur Maulana Dept. Event : Frilla Geubrina Dept. Visual & Social Media : Mia rizky safitri


(30)

Dept. Marketing : Alvi Chairiah

Dept. Public Relation : Muhammad Abrar azhar

4.1.4 Nama-Nama Finalis Agam Inong Banda Aceh 2015 Agam : 1. Bahrul anwar

2. Izwar

3. Angga Bagastama

4. Muhammad Rizky Riskafi 5. Suji Edwar

6. Dwi Pragasa Ananda 7. Fahry Purnama 8. T. Nasharul Julianda

9. Maulya Ridwan 10. Muhammad Chaidir 11. Rajue Marzyan 12. Zulfahmi

13. Husni Mubarrak 14. M. Abrar Azhar 15. Khaliful Ichsan


(31)

Inong : 1. Alvi Chairiah 2. Cut Raisa Prillya 3. Agnia Rahmani 4. Yuni Argawati 5. Mia Rizky Safitri 6. Rohaya Muhede 7. Muzdalifah Alqinda 8. Annisa Faradisa

9. Anna Hasanah 10. Desy Husnunzikra 11. Khalida

12. Maghfirah Ramadani 13. Eggy Fegri Lindira Putri 14. Sendy Thasya Utami 15. Putri Indah Mentari


(32)

4.1.5 Profil Informan 4.1.5.1 Profil Agam

1. Agam Dwi Pragasa Ananda

Dwi Paragasa Ananda merupakan finalis Duta Wisata Banda Aceh 2015 yang dinobatkan sebagai Agam wakil I Banda Aceh 2015. Agam kelahiran kota Langsa pada 19 November 1994 ini ternyata memiliki banyak kegiatan di sela – sela aktivitas kuliahnya. Agam yang kini sedang berusaha meraih gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universiatas Syiah Kuala Banda Aceh ini ternyata juga memiliki jiwa sebagai pebisnis muda. Alhasil, ia telah memiliki usaha yang bergerak di bidang jasa print online di kota Banda Aceh yang diberi nama catlanget.com.

Selain kesibukannya sebagai mahasiswa tingkat akhir, Agam dwi juga berprofesi sebagai penyiar di BTR Radio (Radio Baiturrahman) Banda Aceh. Saat ditemui peneliti di lokasi wawancara, Agam yang kini berusia 21 tahun ini sedang sibuk berkutat dengan laptop bersama teman – temannya di BBC Cafe Banda Aceh. Agam Dwi merupakan karakter Agam yang tegas dan berwawasan. Hal ini dibuktikan dengan sikapnya saat menjawab pertanyaan wawancara dari peneliti. Ia banyak memilah dan memilih kata yang tepat dalam menjawab pertanyaan, namun juga menjawab seluruh pertanyaan dengan transparan dan menggambarkan segala realita menurut pandangannya dengan benar- benar jelas.

Kiprah Agam Dwi sebagai ikon promotor pariwisata Banda Aceh dianggapnya sebagai kewajiban dan tanggung jawab. Agam Dwi menyatakan bahwa pemerintah membutuhkannya sebagai pemuda penerus bangsa yang harus melestarikan nilai – nilai kebudayaan yang telah diwarisi oleh para leluhur bangsa. Itulah mengapa tersemat gelar Duta pada orang-orang terpilih sebagai promotor pariwisata, dikarenakan Duta merupakan orang yang dibebani tugas oleh pemerintah. Untuk itulah ia berharap pada generasi Agam Inong Banda Aceh selanjutnya agar benar-benar menjalankan tugas dan kewajibannya dengan sebaik mungkin.


(33)

2. Agam Zulfahmi

Zulfahmi merupakan finalis Agam Duta Wisata Banda Aceh yang dinobatkan sebagai wakil IV Agam Banda Aceh. Agam kelahiran Aceh Besar pada 6 Januari 1993 ini merupakan mahasiswa tingkat akhir pada perguruan tinggi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Sehingga ia memilih untuk mengikuti ajang pemilihan Agam Inong kota Banda Aceh. Selain mengukir prestasi pada bidang promosi pariwisata, Agam Fahmi juga merupakan sosok laki-laki bertalenta dengan banyak pengalaman. Misalnya sebagai seorang model, bakat yang sedang digelutinya hingga saat ini.

Calon sarjana Ilmu Komunikasi Unsyiah ini juga pernah mencatat beberapa prestasi sebelum berakhir sebagai Duta Wisata Banda Aceh. beberapa prestasi Agam Fahmi yaitu mengikuti ajang pemilihan Duta mahasiswa genre pada tahun 2012 dan ajang pemilihan Duta Bahasa pada tahun 2013.

Agam yang telah berusia 23 tahun ini masih sangat terlihat childish dengan gayanya yang polos. Saat ditemui peneliti untuk melakukan wawancara, Agam Fahmi sedang berada di kediaman inong Khalida. Ia menjawab petanyaan wawancara secara sederhana sesuai dengan pemahaman yang dimilikinya.

Mengenai wisata banda aceh senbiri Agam Fahmi mengaku kota Banda Aceh memiliki nilai lebih dalam bdang pariwisata dibandingkan dengan daerah lain di aceh. diantaranya adalah ragam wisata Tsunami yang dapat dilihat langsung oleh wisatawan lokal maupun luar negeri yang ingin mengetahui dokumentasi peristiwa dahsyat tersebut. Selain itu, di kota Banda Aceh juga berdiri megah sebuah mesjid bersejarah yang dijuluki sebagai Grand Mosque Provinsi Aceh. Masjid Raya Baiturrahman.

Sebagai Agam Bada aceh, Zulfahmi juga menjelaskan mengenai kebiasaannya meluagkan waktu untuk memperomosikan onjek wisata kota Bandaceh melalui akun media sosial yang dimilikinya. Dengan begitu ia juga telah melakukan hal bermanfaat bagi pergerakan pariwisata Banda acej eski terlihat kecil usahaanya.


(34)

3. Agam Bahrul Anwar

Bahrul Anwar merupakan Agam kelahiran Banda Aceh, pada 13 April 1994. Karirnya di dunia pariwisata Banda Aceh sebagai Agam Inong dimulai dengan iseng – iseng membuahkan hasil. Bermula oleh ajakan teman untuk mendaftarkan diri menjadi pasangannya sebagai peserta dalam ajang pemilihan Agam Inong Banda Aceh tahun 2015, justru dirinya yang berhasil lolos maju sebagai finalis. Prestasi dalam Ajang Pemilihan Agam Inong Banda Aceh 2015 juga menempatkannya di posisi sebagai Agam Favorit Banda Aceh 2015.

Agam Bahrul kini sedang menyelesaikan studi pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Banda Aceh, setelah sebelumnya menjalani studi sebagai mahasiswa di universitas lain di pulau Jawa. Laki-laki berpostur tubuh kecil ini beranggapan bahwa Masjid Raya Baiturrahman merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh kota kelahirannya sebagai objek wisata yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Aceh dalam dunia pariwisata. Agam Bahrul mengaku sangat mengagumi Masjid Raya Baiturrahman yang berdiri kokoh sejak ratusan tahun lalu dan tidak hancur meski diterjang ombak tsunami pada tahun 2004 silam.

Meski posisinya sebagai Agam Favorit Banda Aceh 2015, Agam Bahrul memiliki pandangan yang berbeda terhadap setahun kegiatannya mengabdi sebagai Duta Wisata Banda Aceh. Ia menilai bahwa ketika turun ke lapangan, seharusnya para Agam Inonglah yang harus mampu menciptakan suasana bersahabat dan terbuka kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat mengapresiasi kehadiran Agam Inong sebagai Duta Wisata, yang tidak hanya mengejar popularitas semata dengan gelar sebagai Agam dan Inong Banda Aceh. Ia juga beranggapan bahwa pemuda Banda Aceh kedepannya akan kehilangan rasa cinta terhadap kota Madani jika sedari kecil tidak ditanamkan pengetahuan dan sikap peduli terhadap pariwisata kota Banda Aceh. Untuk itu, para Agam Inong Banda Aceh ke depannya harus lebih baik dan siap dalam menjalankan tugas sebagai Tourism Ambassador.


(35)

4. Agam Husni Mubarrak

Sebagai pemuda kelahiran kota Banda Aceh, sudah sepatutnya Husni Mubarrak memiliki cita-cita untuk memajukan kota kelahirannya. Karena itulah Agam kelahiran 16 April tahun 1995 ini termotivasi untuk mengikuti Ajang Pemilihan Agam Inong Banda Aceh 2015. Meski tinggal di daerah Aceh Besar, ia tetap memilih mengikuti audisi kota Banda Aceh dan berhasil bergabung dalam jajaran finalis Agam Inong Banda Aceh 2015.

Mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Syiah Kuala tahun 2013 ini ternyata belum mempersiapkan bekal apapun saat mengikuti ajang pemilihan Agam Inong Banda Aceh 2015 pada saat itu. Hanya dorongan dari senior kampusnya, Fathur Maulana, Pemenang Agam Duta Wisata Banda Aceh 2014, yang pada akhirnya berhasil membuat Agam Husni terpaksa untuk mencoba menjadi sang Duta.

Agam Husni mengakui bahwa ia tidak pernah mengikuti perkembangan informasi mengenai Agam Inong Banda Aceh, sehingga ia tidak mengetahui apapun soal aktivitas Duta Wisata. Selain kuliah, Agam Husni hanya aktif bergelut pada bidang yang sesuai dengan hobinya, yaitu bermusik. Diantara aktivitasnya adalah sebagai tim paduan suara Unsyiah dan pengurus Marching Band Unsyiah. Namun, yang terjadi adalah diluar dugaannya. Setelah dinyatakan masuk sebagai finalis Aagam Inong Banda Aceh 2015, Agam Husni memilih untuk menjalankan tugas sebagai Ikon Promotor pariwisata dengan sebaik-baiknya, dan meninggalkan sementara aktivitas hobinya meskipun pada saat yang sama ia memiliki jabatan yang tinggi pada kepengurusan Marching Band Unsyiah.

Meskipun hanya masuk sebagai finalis Agam Inong Banda Aceh 2015 dan tidak dinobatkan sebagai juara Duta Wisata, kesempatan dan tawaran untuk bertugas selama menjadi Agam Banda Aceh lebih banyak dilimpahkan padanya. Agam Husni mengorbankan banyak waktu dan pikirannya pada tanggung jawabnya sebagai Agam Banda Aceh 2015, sehingga ia juga dinilai begitu aktif dalam Ikatan Agam Inong Banda Aceh.


(36)

4.1.5.2 Profil Inong 1. Inong Alvi Chairiah

Alvi Chairiah merupakan finalis Duta Wisata yang dinobatkan sebagai Inong Banda Aceh tahun 2015. Sarjana lulusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Syiah Kuala ini berprofesi sebagai Penyiar di OZ Radio Banda Aceh saat dinobatkan sebagai pemenang Inong Banda Aceh 2015. Kemampuan public speaking dan keahliannya dalam bahasa Inggris mengantarkannya menjadi penerima penghargaan bergengsi milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Banda Aceh tahun 2015 lalu, dan berhasil memakai selempang Inong Banda Aceh 2015 hingga setahun periodenya.

Saat ditemui peneliti di lokasi wawancara berlangsug, Inong Alvi yang kini berusia 24 tahun sedang menjalankan tugasnya untuk membantu para pendaftar Pertukaran Pelajar Nasional (PPN) 2016 di Tanabata Coffe lantai dua, Banda Aceh. Keaktifannya dalam berbagai kegiatan dan sikapnya yang energik memang telah dikenal oleh kalangan muda-mudi Banda Aceh, terkhusus orang-orang terdekatnya. Terlebih setelah namanya dikenal sebagai pemenang Inong Duta Wisata Banda Aceh tahun 2015 yang secara tidak langsung menjadi ikon para pemuda dan mahasiswa di kota madani tersebut.

Selain terkenal aktif, Inong Alvi juga memiliki wawasan yang cukup luas. Ia telah menguasai berbagai informasi bidang Pariwisata khususnya di kota Banda Aceh. Hal ini dibuktikannya dengan menjawab seluruh pertanyaan wawancara yang dilontarkan oleh peneliti dengan tanggap dan cepat. Serentetan penjelasan dijabarkan sampai ke akar permasalahan. Inong Alvi mampu memberi gambaran nyata bagaimana pariwisata yang terdapat di kota Banda Aceh

Kelihaiannya dalam berkomunikasi, terutama saat menjelaskan tentang pariwisata yang dimiliki kota Banda Aceh kepada peneliti selama proses wawancara berlangsung, sukses membuat peneliti tertarik bercampur kagum ingin merasakan juga posisinya sebagai Duta Wisata yang dapat melukiskan gambaran pariwisata kota kebanggannya dengan perasaan penuh bangga pula.


(37)

2. Inong Anna Hasanah

Dara kelahiran Lhokseumawe, 2 Januari 1993 ini merupakan sarjana lulusan Pendidikan Bahasa Inggris pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Sebagai mahasiswa yang aktif dan cerdas, Inong Anna berhasil menamatkan pendidikan sarjananya dengan predikat cum laude. Usianya telah menginjak angka 22 tahun saat pemilihan Agam Inong Banda Aceh 2015. Pada ajang tersebut, ia berhasil meraih kemenangan dan dinobatkan sebagai Inong Wakil I Banda Aceh 2015.

Selepas statusnya sebagai mahasiswa, Inong Anna kini bekerja sebagai assistant of cooperation pada divisi training and preparation di Lembaga Peningkatan Sumber Daya Manusia pada Instansi Pemerintahan Aceh. Pengetahuannya yang baik dan kemampuan bahasa inggrisnya sangat diapresiasi sebagai Inong Banda Aceh 2015. Selain itu, Inong Anna juga memiliki jiwa sosial yang tinggi, peka terhadap keadaan lingkungan, dan aktif dalam segala kegiatan sosial. Hal tersebut menjadi salah satu kelebihannya yang sangat diperhitungkan semasa karantina ajang pemilihan Agam Inong Banda Aceh 2015.

Menjadi ikon pariwisata Banda Aceh membuat namanya semakin melambung di kalangan mahasiswa dan pemuda di kota Banda Aceh. Meskipun demikian, Inong Anna tetaplah profil seorang perempuan rendah hati yang selalu peduli pada lingkungan sekitarnya. Beberapa kegiatan yang ikut melibatkannya berperan aktif pada tahun 2015 selama menjadi Inong wakil I Banda Aceh diantaranya ialah, sebagai tim amal dalam kegiatan duta wisata Banda Aceh peduli Rohingya, menjadi relawan di kelas inspirasi Banda Aceh, sebagai anggota dalam Koalisi Pemuda Hijau Indonesia, serta anggota dalam Forum Kolaborasi Komunitas. Meskipun harus berhadapan dengan segala kesibukan dan keaktifannya dalam banyak kegiatan di luar dari statusnya sebagai Inong Banda Aceh, Inong Anna tetap mampu membagi waktunya untuk berperan aktif dalam menjalankan tugas sebagai promotor pariwisata kota Banda Aceh bersama para Agam Inong banda Aceh 2015 lainnya. Hal ini tiada lain dilakukannya demi tujuan memajukan pariwisata kota banda Aceh.


(38)

3. Inong Khalida

Khalida, demikianlah nama dara Aceh kelahiran Banda Aceh, 21 Januari 1996. Perempuan berwajah cantik ini sukses mendapat gelar sebagai Inong Favorit Banda Aceh 2015 yang dipilih langsung oleh masyarakat Aceh pada akun media sosial instagram Agam Inong Banda Aceh. Fotonya mendapatkan dukungan likers terbanyak, mengalahkan 14 finalis Inong lainnya dan berhak dinobatkan sebagai Inong Favorit pada ajang pemilihan Agam Inong Banda Aceh 2015 lalu.

Selain menjadi publik figur selama menjabat sebagai Inong Favorit Banda Aceh 2015, Khalida juga menyandang status sebagai mahasiswi aktif pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Inong cantik berusia 20 tahun ini memiliki karakter supel dan asik diajak berbicara. Sehingga ia mudah bergaul dengan setiap orang, meskipun orang yang baru ditemuinya. Gayanya yang lucu dan blak-blakan namun juga cantik membuat ia tampak lebih menarik. Pantas saja ia menjadi pilihan masyarakat untuk menjadi Inong Favoritnya kota Banda Aceh 2015.

Selama menjabat sebagai Inong Banda Aceh 2015, Inong Khalida adalah Duta Wisata yang paling sering terlihat di acara-acara kebudayaan dan pariwisata kota Banda Aceh. Hal ini juga terbukti dari akun media sosial instagram milik Agam Inong Banda Aceh. Banyak foto Inong Khalida terlihat pada akun tersebut. Ia juga mengaku pihak Disbudpar sering meminta Ikatan untuk menugaskannya dalam kegiatan yang diselenggarakan Disbudpar. Tidak hanya itu, Inong Khalida yang biasanya bertugas didampingi oleh Agam Husni juga sering bertugas untuk menjemput tamu penting Banda Aceh di bandara Sultan Iskandar Muda meski harus menunggu sampai larut malam.

Inong Khalida juga mengakui selama menjadi Inong Favorit Banda Aceh 2015 ia merasa sangat bahagia. Segala sesuatu yang terjadi selama bertugas selalu dibawa senyum dan santai olehnya. Sehingga setiap rasa lelahnya selalu berbuah kebanggan tersendiri bagi dirinya sebagai ikon pariwisata di kota kelahirannya. Kelak, momen ini dalah momen yang akan selalu berkesan dan dirindukannya.


(39)

4. Inong Eggy Fegri Lindira Putri

Inong dengan nama panggilan Eggy ini merupakan dara Aceh kelahiran kota Langsa yang genap berusia 20 tahun pada tanggal 8 Maret 2016 lalu. Aktivitasnya yang padat dan beragam ternyata telah berhasil mengantarkannya menjadi salah satu finalis pada Ajang Pemilihan Agam Inong Banda Aceh 2015. Sebagai ikon promotor pariwisata Banda Aceh, Inong Eggy selalu berpenampilan cantik dan menarik. Ia selalu menebar senyum dan sikap ramah kepada siapapun yang ditemuinya.

Inong Eggy yang kini sedang menyelesaikan studinya di fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, telah dikenal di kalangan muda-mudi Banda Aceh sebagai perempuan energik dan bertalenta. Selain sibuk dengan jadwal kuliah yang padat, ternyata ia juga merupakan anggota marchingband Unsyiah dan pernah menjadi anggota Paskibraka. Selain itu, ia juga telah mengukir sederet prestasi gemilang di dunia hiburan yang membuat namanya dikenal bahkan sampai kancah nasional.

Awal lagkah membawanya mengikuti pemilihan Agam Inong Banda Aceh sebagai perwakilan dari agency modelling yang diikutinya, yaitu Aceh Model Community. Hal ini sesuai dengan minat dan bakatnya di bidang tersebut, sehingga mampu mengantarkannya lolos sebagai salah satu finalis Agam Inong Banda Aceh 2015.

Inong yang memiliki keahlian menari dan mengikuti sanggar tari ini juga telah mencatat beberapa prestasi setelah menjadi salah satu finalis Inong Banda Aceh 2015, diantaranya adalah finalis Duta Mahasiswa Genre 2015, Semi Finalis Audisi Putri Muslimah Aceh 2015, dan berakhir sebagai Puteri Pariwisata Indonesia perwakilan Aceh tahun 2015 dengan membawa pulang selempang sebagai Puteri Pariwisata Indonesia Best Culture 2015. Inong Eggy telah mengukir banyak prestasi gemilang baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, lingkungannya, komunitasnya, bahkan untuk Provinsi Aceh tercinta.


(40)

4.1.5.3 Tabel Profil Informan

Tabel 4.1 Profil Informan Agam

No Nama Dwi Pragasa

Ananda Zulfahmi Bahrul Anwar

Husni Mubarrak

1. Usia 21 tahun 23 tahun 21 tahun 20 tahun

2. Pendidikan Mahasiswa Hukum Unsyiah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unsyiah Mahasiswa Mahasiswa Psikologi Unsyiah 3. Asal Daerah Langsa Aceh Besar Banda Aceh Banda Aceh

4. Status Duta Wisata 2015

Wakil I Agam Banda Aceh

2015

Wakil IV Agam Banda Aceh 2015 Agam Favorit Banda Aceh 2015 Finalis Agam Banda Aceh 2015 Tabel 4.2 Profil Informan Inong

No. Nama Alvi Chairiah Anna Hasanah Khalida Eggy Fegri Lindira Putri

1. Usia 24 tahun 23 tahun 20 tahun 20 tahun

2. Pendidikan

Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris Unsyiah Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris Unsyiah Mahasiswi Ekonomi Unsyiah Mahasiswi Hukum Unsyiah

3. Asal

Daerah Banda Aceh Lhokseumawe Banda Aceh Banda Aceh

4. Status Duta Wisata 2015 Inong Banda Aceh

Wakil I Inong Banda Aceh

Inong Favorit Banda Aceh

Finalis Inong Banda Aceh Sumber : Hasil Wawancara


(41)

4.1.6 Hasil Wawancara dan Pengamatan 4.1.6.1 Karakteristik Informan

Peneliti tidak menentukan jumlah informan dari awal penelitian. Namun, peneliti akan mengakhiri kegiatan wawancara apabila telah menemukan cukup informasi yang dibutuhkan atau telah menemukan data jenuh. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, penelitian ini telah berada pada data jenuh dengan mewawancarai delapan informan. Delapan orang yang menjadi informan tersebut terdiri dari empat orang Inong dan empat orang Agam Banda Aceh pada tahun 2015, yang tergabung dalam Ikatan Agam Inong Banda Aceh. Penentuan delapan orang informan berdasarkan kesesuaian kriteria yang dibutuhkan demi terkumpulnya data – data dalam penelitian ini juga berdasarkan kesediaan dan kesempatan yang diberikan oleh Agam Inong sendiri.

Adapun karakteristik dalam menentukan kedelapan informan ini berdasarkan prestasi yang mereka raih dalam penobatan Agam Inong Banda Aceh 2015 lalu. Peneliti memilih dua pasang Agam Inong juara Duta Wisata Banda Aceh 2015, satu pasang Agam Inong Duta Wisata Favorit Banda Aceh 2015, dan satu pasang finalis Agam Inong Banda Aceh 2015, diantaranya yaitu: Inong Duta Wisata Banda Aceh 2015, pasangan Agam Inong Wakil I Duta Wisata Banda Aceh 2015, Agam Wakil IV Duta Wisata Banda Aceh 2015, pasangan Agam Inong Duta Wisata Favorit 2015, serta satu pasangan finalis Agam Inong Banda Aceh 2015. Dalam penentuan informan tersebut, peneliti juga dibantu oleh Ketua Ikatan Agam Inong Banda Aceh, Doni Ihsan Wijaya saat diwawancarai mengenai Agam Inong Banda Aceh 2015 dan pasangan finalis Agam Inong Banda Aceh 2015 yang aktif selama menjalankan tugas sebagai Duta Wisata Banda Aceh 2015.

Alasan peneliti memilih informan Agam Inong Banda Aceh tahun 2015 dikarenakan mereka merupakan Duta wisata Banda Aceh terbaru yang telah menyelesaikan tugas sebagai promotor pariwisata Banda Aceh selama setahun belakangan. Agam Inong Banda Aceh 2016 memang telah terpilih, tetapi baru berjalan satu bulan sejak penelitian ini dilakukan. Sehingga peneliti tidak


(42)

mungkin mengumpulkan data dari Agam Inong Banda Aceh 2016 yang masih akan menjalankan tugas promosi pariwisata Banda Aceh selama setahun ke depan.

Selain itu, dari hasil wawancara peneliti dengan ketua Ikatan Agam Inong Banda Aceh, didapatkan hasil bahwa Agam Inong Banda Aceh tahun 2015 telah banyak megumpulkan prestasi selama menjadi Duta Wisata, baik dalam lingkup Banda Aceh maupun dalam lingkup Provinsi Aceh sendiri. Salah satu prestasi yang mereka capai adalah meraih gelar Duta Wisata Best Social Media pada Ajang Pemiliha Duta Wisata Aceh (PDWA) tahun 2015. Untuk dua pasang Agam Inong yang menjadi juara dalam penobatan Agam Inong Banda Aceh serta pasangan Agam Inong Favorit merupakan pilihan yang tepat dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini, karena mereka merupakan ikon promotor Pariwisata Banda Aceh selama setahun masa periode Agam Inong Banda Aceh 2015. Sedangkan untuk satu pasang finalis Agam Inongnya, peneliti memilih Agam Inong yang paling aktif dan loyal dalam bertugas mengikuti kegiatan pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Banda Aceh pada tahun 2015, juga yang memiliki pengetahuan luas terhadap pariwisata Banda Aceh.

Berdasarkan kriteria yang telah dipaparkan, maka terpilihlan 4 orang Agam dan 4 orang Inong yang menjadi infor man dalam penelitian ini. Berikut ini akan dipaparkan hasil wawancara peneliti dengan kedelapan informan dalam penelitian ini.

4.1.6.2 Penyajian Hasil Wawacara

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan informan dalam penelitian ini, maka diperoleh hasil data sebagai berikut :

Informan Agam I

Nama : Dwi Pragasa Ananda Tanggal Wawancara : Selasa, 24 Mai 2016


(43)

Agam Dwi merupakan mahasiswa Ilmu Hukum pada Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Saat terpilih sebagai Agam Wakil I Duta Wisata Banda Aceh tahun 2015, usianya telah menginjak 21 tahun. Meskipun berasal dari kota Langsa, namun ia memiliki tekad yang kuat untuk menembus prestasi sebagai Duta Wisata kota Banda Aceh. Mengenai pengetahuannya tentang ilmu pariwisata dan kota Banda Aceh, Agam Dwi memiliki wawasan yang cukup luas. Selain bermodalkan KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) sebagai mahasiswa Unsyiah, Agam Dwi juga mengaku keinginannya menjadi Duta Wisata dikarenakan kebutuhan Pemerintah setempat akan pentingnya kesadaran generasi muda untuk memajukan pariwisata kota Banda Aceh sebagai kota Madani dan juga ibukota Provinsi Aceh. Ketertarikannya untuk menjadi duta wisata kota Banda Aceh juga karena proses pemilihan Agam Inong Banda Aceh yang berbeda dengan daerah asalnya. Dimana ia pernah ditunjuk beberapa kali untuk menjadi ikon wisata di tanah kelairannya tanpa melalui ajang pemilihan. Namun ketika ia telah siap menjadi ikon wisata, ia memilih kota Banda Aceh sebagai tempatnya belajar menjadi seorang Duta, meskipun harus melalui audisi dan beberapa tahapan seleksi.

Setelah terpilih menjadi Agam Wakil 1 Duta Wisata Banda Aceh, Agam Dwi menjelaskan betapa pentingnya sebuah wadah untuk menyatukan para Agam Inong agar lebih mudah untuk menjalankan tugas promosi pariwisata kepada khalayak luas. Agam Inong kota Banda Aceh sendiri memiliki wadah tersebut, yang diberi nama Ikatan Agam Inong Banda Aceh. Keikutsertaannya di dalam kepengurusan Ikatan Agam Inong Banda Aceh juga diakuinya karena Ikatan memberikan kesempatan dan persyaratan yang mudah. Selain itu, secara otomatis setiap finalis yang terpilih sebagai 15 besar dalam Ajang Pemilihan Agam Inong Banda Aceh juga akan tergabung ke dalam Ikatan Agam Inong Banda Aceh.

“Jadi, Ikatan itu sendiri dibentuk tujuannya yang utama untuk mempromosikan kota Banda Aceh, selain dari memang untuk menyatukan seluruh Agam dan Inong Banda Aceh. Jadi kalo sudah ada Ikatan kita akan semakin kuat dan menyatu, karena Agam Inong itu juga sebagai cerminan dan ikonnya pemuda Banda Aceh”.


(44)

Sebagai Agam Wakil 1 Duta Wisata Banda Aceh 2015, Agam Dwi menyadari bahwa ia harus berperan banyak dalam mempromosikan pariwisata Banda Aceh bersama dengan para Agam Inong lainnya. Beberapa program kegiatan yang telah dilakukan oleh Agam Inong Banda Aceh 2015 diantaranya seperti launching akun line official Agam Inong Banda Aceh, Saweu Sikula, dan kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis yang diadakan di lingkungan kapal PLTD Apung dalam rangka HUT kota Banda Aceh yang ke 810. Semua kegiatan ini bertujuan dalam rangka promosi pariwisata, agar meningkatkan minat berkunjung serta rasa ketertarikan wisatawan terhadap pariwisata kota Banda Aceh.

“ya walaupun gitu, dukungan dari pemerintah tetap yang lebih utama. Agar semua program yang telah direncanakan dapat berjalan sesuai harapan. Kalau ada program yang selama ini kurang berjalan, salah satu faktornya adalah kurangnya perhatian dan dukungan dari pemerintah, seperti dukungan materil. Kita kan Ikatan, kita ga bisa jalan sendiri, di Ikatan tidak ada pemasukan dana. Kegiatan yang direncakan akan dapat berjalan kalau pemerintah memberikan dukungan dana. Jadi, kita sudah siapkan, tinggal dibantu oleh pemerintah saja. Jadi ada kerjasama yang baik antara kita dan pemerintah”.

Menurut Agam Dwi, Duta Wisata merupakan mandataris pemerintah, yaitu orang yang diberikan tugas oleh pemerintah. Sehingga ketika pemerintah memberikan tugas untuk melakukan suatu hal, maka kita harus melakukannya sesuai dengan perintah. Namun, ketika pemerintah tidak memberikan mandat, maka para Duta Wisata tidak dapat melakukan apa-apa, disamping juga karena tidak memiliki sumber dana yang optimal. Sehingga ada jalan lain yang dapat dilakukan oleh para Duta Wisata untuk tetap menjalankan tanggung jawabnya sebagai promotor dan penggerak pariwisata. Hal tersebut berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi manusia. Tidak lain dan tidak bukan yaitu memanfaatkan kehadiran media sosial dengan sebaik mungkin. Agam Dwi menjelaskan bahwa hal yang paling mudah dan paling kecil yang dapat dilakukannya untuk membantu promosi pariwisata Banda Aceh yaitu melalui akun media sosial yang dimilikinya. Hingga kini, Agam Dwi tetap aktif memposting berbagai informasi mengenai objek wisata kota Banda Aceh melalui


(45)

akun instagramnya, disamping Agam Inong Banda Aceh sendiri memiliki akun instagram dan postingan yang lebih update.

“Untuk promosi, di zaman sekarang ini kan IT yang lebih berpengaruh. Semua orang memanfaatkan internet dan memiliki akun media sosial. Sehingga ya kita manfaatkan sebaik mungkin media sosial itu. Sebenarnya ada banyak cara yang bisa kita lakukan, tapi untuk saat ini karena dari media sosial saja kita dapat memberi pengaruh yang cukup besar dengan modal yang sedikit, ya dari situ saja. Dan karena memang hanya itu yang bisa kita lakukan, dikarenakan kekurangan sumber daya keuangan. Selain itu ya melalui tugas-tugas yang diberikan oleh pemerintah, misalnya membuat acara dalam rangka HUT Banda Aceh dan lainnya. Nanti jika pemerintah yang memberi mandat, Agam Inong mau buat apa untuk acara ini, nah baru nanti pemerintah akan bantu”.

kota Banda Aceh yang terkenal oleh kekayaan dan keindahan pariwisatanya telah menghadirkan ragam objek wisata yang mampu membuat para wisatawan merindukan kembali berwisata ke Banda Aceh. Ragam objek wisata Banda Aceh dijelaskan oleh Agam Dwi disebut sebagai Charming Banda Aceh, yang launching pada tahun 2015. Sehingga pada tahun tersebut, Ajang Pemilihan Agam Inong Banda Aceh mengangkat tema “Let Us Welcome You In Charming Banda Aceh”. Namun, untuk mempromosikan 5 charming Banda Aceh juga dibutuhkan usaha yang besar agar objek-objek wisata tersebut dapat dikenal lebih baik lagi oleh publik. Menurut Agam Dwi kerjasama yang harus dibangun untuk mempromosikan pariwisata Banda Aceh adalah kerjasama dengan media, perusahaan transportasi, juga usaha pemerintah untuk menyediakan layanan sarana dan prasarana yang baik untuk calon wisatawan.

“Kita mempromosikan pariwisata Banda aceh kan berarti tidak hanya bagi masyarakat Banda Aceh sendiri, kita menginginkan agar Banda Aceh diketahui oleh masyarakat luas, oleh masyarakat Aceh, Indonesia, maupun dunia. Sehingga kita butuh menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Yang paling utama itu hubungan dengan media. Terutama media nasional. Kan tidak mungkin kita mempromosikan Banda Aceh misalnya dengan Serambi. Sedangkan Serambi itu sendiri adanya di Banda Aceh. Atau dengan radio yang jangkauannya hanya


(46)

warga Banda Aceh yang dapat mendengar siarannya. Sedangkan warga Banda Aceh sendiri sudah sering tau bahkan sudah sering mengunjungi destinasi wisata tersebut. Jadi kita harus mampu menembus media yang cakupannya lebih luas lagi. Selain itu diperlukan juga kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki akses transportasi ke Banda Aceh, seperti perusahaan Bus dan Airlines. Kita mengusahakan bagaimana mereka itu bisa menyediakan transportasi-transportasi yang harganya terjangkau. Misalnya kita mempromosikan wisata Banda Aceh ke kota Medan. Orang-orang di Medan sudah tertarik untuk mengunjungi wisata Banda Aceh, tetapi bagaimana mungkin dia mau ke banda Aceh jika harga transportasinya itu mahal. Bagaimana mungkin jika mereka yang sudah kita promosikan untuk datang ke daerah kita sementara biaya transportasi untuk mengunjungi daerah kita saja mahal. Setelah kita bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan bagaimana caranya pemerintah kita bisa melakukan geopolitik agar biaya transportasi ke Banda Aceh bisa lebih murah. Kemudian bisa menyediakan layanan penerbangan dengan rute menuju Banda Aceh”.

Selain menjalin hubungan kerjasama dengan pihak luar, keberhasilan kegiatan promosi pariwisata oleh Ikatan Agam Inong Banda Aceh juga harus diusahakan dari dalam, yaitu oleh para Duta Wisatanya sendiri. Salah satu faktornya adalah waktu. Para Agam Inong harus mampu memanage waktunya dengan baik. Tidak hanya memiliki benyak pengetahuan, cerdas dan agamais, tapi juga harus memiliki banyak waktu untuk kegiatan promosi pariwisata yag dilakukan Ikatan. Bagaimana bisa melakukan kegiatan promosi, sedangkan fokusnya tidak tertuju untuk kegiatan promosi pariwisata tersebut. Menurut Agam Dwi, di Ikatan akan ada orang-orang yang aktif dan tidak aktif hanya karena faktor waktu. Namun, Ikatan mampu mengatasi masalah ini dengan baik. Setiap tahunnya akan ada 15 pasang finalis yang akan ikut serta dalam program promosi pariwisata Banda Aceh. Sedangkan untuk 5 pasangan Agam Inong Duta Wisata dan satu pasangan Agam Inong Favorit yang terpilih akan bekerja sesuai dengan waktu yang mereka miliki dan saling mengisi kekosongan. Namun demikian, berjalannya kegiatan promosi pariwisata Banda Aceh tetap menjadi tujuan utama yang harus dicapai semua Agam Inong di dalam Ikatan Agam Inong Banda Aceh.


(47)

Informan Agam II

Nama : Zulfahmi

Tanggal Wawancara : Selasa, 24 Mai 2016 Tempat : Ulee Kareng

Setelah mendapatkan pengalaman mengikuti audisi Duta Wisata Aceh Besar dan berhasil lolos hanya sampai 6 (enam) besar, Zulfahmi tidak patah semangat. Tekadnya untuk menjadi seorang Duta Wisata tetap membara, kali ini ia memilih kota Banda Aceh. Alhasil, Zulfahmi berhasil lolos sebagai Agam Wakil IV Duta Wisata Banda Aceh pada Ajang Pemilihan Agam Inong Banda Aceh 2015. Menjadi Duta Wisata membuka jalan baru bagi karirnya sebagai model yang telah digeluti selama ini. Namun, menjadi Duta Wisata bukan saja soal popularitas dan prestasi yang dapat dibangga-banggakan di depan publik semata. Lebih dari itu, menjadi seorang Duta Wisata adalah mengemban amanah dan tanggung jawab besar bagi kehidupan bersosial dan masyarakat. Satu tahun periode bertugas sebagai promotor pariwisata, telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman bagi Agam Fahmi.

Meskipun berasal dari Aceh Besar, Agam Fahmi memiliki ketertarikan yang kuat terhadap kota Banda Aceh. Menurutnya, ada nilai lebih yang dimiliki kota BandaAceh dibandingkan kota atau daerah lain yang ada di Aceh bahkan Indonesia. Ia menjelaskan bahwa Banda Aceh memiliki ciri khas dan ikonnya sendiri. Ciri khas yang dimiliki kota Banda Aceh yaitu ragam objek wisata yang dibalut dengan nuansa islami sehingga mampu meraih gelar World Islamic Tourism di kancah Internasional. Banda Aceh juga mampu menghadirkan banyak objek wisata religi. Salah satu objek wisata yang sangat tersohor ialah Masjid Raya Baiturrahman.

Sebagai seorang Duta Wisata Banda Aceh, Agam fahmi mengaku sering ikut andil dalam kegiata-kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Banda Aceh dalam mempromosikan pariwisata. Hal lain yang juga dilakukannya sebagai bentuk kecintaan terhadap kota Banda Aceh adalah


(48)

dengan cara mempromosikan objek wisata Banda Aceh pada akun media sosial milik pribadinya. Karena menurut Agam Fahmi, media sosisal merupakan media promosi yang cukup efektif digunakan pada saat ini.

“Kalo jadi Duta Wisata tugasnya kan setiap ada acara di banda aceh ya pasti ikut andil. Selain itu media yang sangat efektif sekarang ini ya instagram. Karena kan kalo jaman sekarang siapa yang tidak gunain media sosial. Apalagi di kalangan anak muda. Jadi menurut saya ya instagram dan sosial media lainya sangat efektif untuk media promosi pariwisata, terutama bagi Agam Inong sendiri”.

Saat menjadi Agam Wakil IV Duta Wisata Banda Aceh, Agam Fahmi mengaku tidak banyak menemui hambatan pribadi. Hal ini dikarenakan kegiatan kuliahnya yang hanya tinggal skripsi, sehingga ia memiliki banyak waktu sebagai Agam Banda Aceh.

Untuk perkembangan pariwisata Banda Aceh di tahun-tahun mendatang, Agam Fahmi menaruh banyak harapan pada para Duta Wisata Banda Aceh selanjutnya. Ia menginginkan agar para Duta Wisata selanjutnya lebih baik lagi, terutama dalam segi pengetahuan dan attitude. Seorang Duta Wisata harus benar-benar menjalankan tugas dengan sebaik mungkin sebagai ikon promotor wisata demi memajukan pariwisata Banda Aceh. Agam Fahmi juga berharap agar tempat wisata yang ada di kota Banda aceh diberikan perawatan lebih maksimal agar tetap terjaga keindahannya demi menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Agar semua ini tercapai, dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Termasuk andil masyarakat, misalnya untuk menjaga kebersihan tempat wisata dan tidak membuang sampah di sembarang tempat. Penyediaan sarana dan prasarana yang lebih baik lagi oleh pemerintah. Serta kesadaran pemuda, tidak hanya para Duta Wisata, untuk mempromosikan objek-objek wisata yang ada di kota Banda aceh kepada publik. “Kalo kita saling bekerjasama pasti kedepannya pariwisata Banda Aceh akan semakin baik lagi. Ya tujuannya kan cuma satu, untuk menarik kunjungan wisatawan. Supaya wisatawan lebih banyak dan lebih sering datang ke Banda Aceh. dampak juga kan untuk kemajuan pariwisata Banda Aceh”.


(49)

Informan Agam III

Nama : Husni Mubarrak Tanggal Wawancara : Selasa, 24 Mai 2016 Tempat : Ulee Kareng

Husni Mubarrak merupakan salah satu finalis Agam Inong Banda Aceh 2015 yang aktif dalam mengikuti kegiatan promosi pariwisata yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwsata kota Banda Aceh. Keaktifannya juga ditunjukkan di dalam Ikatan Agam Inong Banda Aceh, sehingga ia sering diminta oleh pihak Disbudpar Banda Aceh untuk bertugas dalam event-event kebudayaan dan pariwisata kota Banda Aceh. Agam Husni mengakui, meskipun tidak sebagai pemenang Duta Wisata, dan hanyalah sebagai finalis Agam Inong, namun teknik pembagian tugas kepada Agam Inong oleh Disbudpar maupun oleh Ikatan dirasakannya cukup adil. Ia bahkan merasa dihargai sebagai finalis dengan berbagai tawara tugas yang diberikan kepadanya. Beberapa event-event besar dan kegiatan yang mengharuskannya menggunakan pakaian adat Aceh atau mendampingi tamu penting kota Banda Aceh diantaranya ialah peluncuran Banda Aceh sebagai World Islamic Tourism yang berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman Kementerian Pariwisata, peringatan HUT (hari ulang tahun) kota Banda Aceh yang ke 810, menjemput tamu penting Banda Aceh ke bandara Sultan Iskandara Muda Banda Aceh, Acara Nasional Teknologi Tepat Guna, dan pawai menyambut ramadhan. Beberapa diantaranya ia bertugas didampingi oleh Inong Khalida, dan beberapa event lainnya didampingi oleh Inong Eggy.

Agam Husni mengakui, untuk menjadi seorang Duta Wisata Banda Aceh bukan hal yang mudah. Terlebih setelah menjalani banyak rangkaian kegiatan dan tugas-tugas yang diberikan. Tidak seperti apa yang selama ini dilihat oleh publik secara langsung maupun melalui media. Dibutuhkan tenaga dan persiapan yang lebih dari para Agam maupun Inong agar mampu menyelesaikan tugas di lapangan dengan baik seperti yang diharapkan. Para Duta Wisata harus memiliki


(1)

13. Kepada seluruh teman – temanku, keluarga besar GENTONG 12, Ilmu Komunikasi FISIP USU, Akselerasi SMAN 1 Bireuen 2010, MHTI Chapter USU, IPTR Komisariat USU, Aruners 13, SERDADU, Komunitas Jeuneurob Banda Aceh, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih telah memberikan motivasi untuk selalu semangat dan berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini. Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain mendoakan semoga bantuan dari berbagai pihak diberi balasan oleh Allah Subhanahuwata'ala.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Peneliti juga mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu bahan pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara kedepannya, juga dapat menjadi bahan referensi bagi Ikatan Agam Inong Banda Aceh.

Medan, 28 Juli 2016 Penulis,


(2)

vi

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 KONTEKS MASALAH ... 1

1.2 PERUMUSAN MASALAH ... 8

1.3 PEMBATASAN MASALAH ... 8

1.4 TUJUAN PENELITIAN ... 8

1.5 MANFAAT PENELITIAN ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 PERSPEKTIF/PARADIGMA KAJIAN ... 10

2.2 KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.2.1 KOMUNIKASI ... 11

2.2.2 KOMUNIKASI PARIWISATA ... 14

2.2.3 PROMOSI ... 18

2.2.4 DUTA WISATA ... 23

2.2.4.1 IKATAN AGAM INONG BANDA ACEH ... 25

2.3 MODEL TEORITIS ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ... 28

3.1 METODE PENELITIAN ... 28

3.1.1 METODE PENELITIAN KUALITATIF ... 28


(3)

3.3 OBJEK PENELITIAN ... 31

3.4 UNIT ANALISIS ... 31

3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 31

3.5.1 PENENTUAN INFORMAN ... 34

3.5.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ... 35

3.5.3 KEABSAHAN DATA ... 35

3.5.3.1 TRIANGULASI ... 37

3.6 TEKNIK ANALISIS DATA ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 HASIL ... 42

4.1.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 42

4.1.2 DESKRIPSI PROSES PENELITIAN ... 45

4.1.3 STRUKTUR KEPENGURUSAN IKATAN ... 51

4.1.4 NAMA-NAMA FINALIS AGAM INONG ... 52

4.1.5 PROFIL INFORMAN ... 54

4.1.5.1 PROFIL AGAM ... 54

4.1.5.2 PROFIL INONG ... 58

4.1.6 HASIL WAWANCARA DAN PENGAMATAN ... 63

4.1.6.1 KARAKTERISTIK INFORMAN ... 63

4.1.6.2 PENYAJIAN HASIL WAWANCARA ... 64

4.1.7 HASIL WAWANCARA SESUAI TUJUAN ... 89

4.2 PEMBAHASAN ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1 KESIMPULAN ... 101

5.2 SARAN ... 103

DAFTAR REFERENSI ... 104 LAMPIRAN


(4)

viii

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR


(5)

DAFTAR TABEL

2.1 ALAT KOMUNIKASI PROMOSI ... 21

4.1 PROFIL INFORMAN AGAM... 62

4.2 PROFIL INFORMAN INONG ... 62

4.3 HASIL WAWANCARA INFORMAN AGAM ... 89


(6)

x

Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Surat Izin Penelitian

3. Surat Keterangan Selesai Penelitian 4. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 5. Biodata Peneliti