Gambaran Umum Lokasi Penelitian

42 Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Banda Aceh yang lahir 22 April 1205 Masehi bertepatan dengan 1 Ramadhan 601 Hijriah merupakan ibu kota Provinsi Aceh. Oleh karenanya, kota Banda Aceh mendapat sebutan the central of everyting. Bahkan tersebar ungkapan bagi para wisatawan Aceh yang bunyinya, “jika ingin mengetahui Aceh, maka kunjungilah Banda Aceh”. Kota Tua yang telah lahir selama genap 811 tahun tepat pada 22 April lalu ini, tetap menjadi ibu kota dari masa ke masa dan akan selalu menjadi kota kebanggaan bagi masyarakat Aceh umumnya. Secara geografis wilayah Banda Aceh memiliki luas 1,36 km2, berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, Samudera Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Aceh Besar di sebelah timur dan barat. Banda Aceh dikenal sebagai kota budaya, karena kedudukannya sebagai pusat Kerajaan Aceh, yang merupakan salah satu dari lima kerajaan islam terbesar di dunia pada masanya. Juga terdapat banyak peninggalan bersejarah yang diabadikan di kota ini, seperti monumen, khazanah budaya, makam raja – raja, dan berbagai objek lainnya yang bernilai historis dan spiritual. Banda Aceh yang dijuluki sebagai kota Pusaka ini tersohor oleh ragam objek wisatanya, mulai dari wisata sejarah, alam, religi, kuliner hingga wisata tsunami. Sehingga memang benar, Banda Aceh layaknya the central of everything dengan semua yang dimilikinya. Sesuai dengan tema yang diangkat pada pemilihan Agam Inong Duta Wisata Banda Aceh tahun 2015 lalu yaitu, “let us welcome you in charming Banda Aceh”. Pemilihan Agam Inong Banda Aceh kali ini mengangkat tema demikian bukan tanpa maksud. Hal ini diupayakan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh untuk mengenalkan pesona Banda Aceh ke ranah dunia. Tentunya dengan bantuan para Agam Inong Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Banda Aceh yang terpilih sebagai Duta Wisata dan juga para finalis tahun 2015 sebagai promotor penggerak promosi pariwisata Banda Aceh. Banda Aceh, selain sebagai pusat pemerintahan, kota ini juga menjadi pusat segala kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Sehingga Kota Banda Aceh menjadi miniatur Provinsi Aceh pada umumnya. Para turis mancanegara yang ingin mengenal Aceh dari segala aspek, cukup mengunjungi Banda Aceh untuk mengetahui Aceh dari berbagai sisi melalui bukti peninggalan sejarahnya yang terabadikan hingga saat ini. Bukan hanya itu, Banda Aceh yang mendapat sebutan sebagai kotanya para raja menyimpan banyak cerita liku kehidupan, tentang wajah kota yang terus berubah dan berganti, runtuh namun dapat dibangun lagi, ataupun yang hilang tapi muncul kembali. Periode pertama kemunculan Aceh tepatnya di Kota Banda Aceh dimulai ketika Sultan Alaiddin Johan Syah meletakkan batu pertama pembangunan istana Kerajaan Aceh di Gampong Pande pada 22 April 1205 Masehi. Periode ini penting karena reruntuhan setelah peperangan besar di atas puing puing kerajaan Hindu dan Budha, Banda Aceh berdiri. Selama tujuh abad dalam periode ini, Banda Aceh memainkan peranan penting dalam jalur perdagangan maritim internasional dan hubungan dengan bangsa – bangsa luar. Namun pada Periode kedua, Belanda berhasil memasuki dan menduduki Banda Aceh pada tahun 1874. Selama 68 tahun Banda Aceh menjadi ibukota dari pemerintah Hindia Belanda Aceh. Pada masa – masa penuh darah dan duka karena perjuangan heroik yang dilakukan pejuang Aceh ini, Banda Aceh diubah namanya menjadi Koeta Radja yang diproklamirkan oleh Jendral J.Van Swieten dan pembangunannya dilakukan di atas puing – puing bekas istana Darud Dunya Taman Dunia. Namun pada periode ketiga, dibawah kepemimpinan Gubernur Aceh, Ali Hasjmy, nama Koeta Radja kembali menjadi Banda Aceh pada tahun 1963 dan menjadi periode yang dianggap penting Diwana, edisi 1 2015: 50. Periode selanjutnya yaitu periode keempat, menjadi periode kelam catatan sejarah panjang kota Banda Aceh. Wali kota Banda Aceh, almarhum Mawardy Nurdin membangun Banda Aceh dari puing – puing setelah dihantam Tsunami Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pada tahun 2004 silam. Mawardy Nurdin terpilih sebagai Wali kota Banda Aceh untuk periode 2007-2012 bersama Wakil Wali kota Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal. Periode selanjutnya, keduanya kembali mendapat kepercayaan dari warga Banda Aceh untuk memimpin kembali Banda Aceh sampai tahun 2017. Namun Tuhan berkehendak lain. Mawardy Nurdin meninggal dunia pada 8 Februari 2014 sebelum mengakhiri masa tugasnya. Keduanya dianggap sebagai sosok yang berperan penting dalam pembangunan Banda Aceh kembali di atas puing – puing tsunami. Setelah kepergian Mawardy Nurdin, kepemimpinan kota Banda Aceh dilanjutkan oleh Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal sebagai Wali kota sampai tahun 2017, dengan mengusung semangat Banda Aceh model kota Madani Diwana, edisi 1 2015: 51. Di bawah kepemimpinan Illiza, pariwisata kota Banda Aceh merupakan sektor yang saat ini mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah untuk dikembangkan secara lebih serius. Pada tahun 2015, bersama Agam Inong Duta Wisata Banda Aceh 2015, sektor pariwisata Kota Banda Aceh sedang giatnya menggencarkan aksi promosi pariwisata ke hadapan publik. Pastinya diiringi oleh perbaikan dan pengadaan sarana dan prasarana pariwisata yang lebih baik lagi. Hal ini dimulai dengan peluncuran Banda Aceh sebagai World Islamic Tourism yang penandatanganan MoU kerjasama promosi pengembangan pariwisata antara Pasific Asia Travel Asosiation PATA dengan Pemko Banda Aceh, dilakukan oleh walikota Banda Aceh sendiri, Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal dan CEO PATA Poernomo Siswo Prasetyo di Gedung Sapta Pesona Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia pada 3 Mei 2015 lalu. Kota Banda Aceh yang sejak dahulu dikenal sebagai kota peradaban, kini sedang berusaha menuju gelar kota “Tamaddun” dalam bahasa arab, yang diartikan sebagai kota Madani dengan keadaan hidup bermasyarakat yang terus bertambah baik. Tentunya didukung pula oleh sebutan “World Islamic Tourism” yang tersemat di pundaknya, serta charming Banda Aceh lainnya dalam aspek pariwisata. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Deskripsi Proses Penelitian