Analisis Pengaruh Urbanisasi Terhadap Transformasi Struktur Ekonomi di Kabupaten Deliserdang
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH URBANISASI TERHADAP TRANSFORMASI STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN DELISERDANG
Diajukan Oleh :
CHRISTY JANUARI SINURAYA 090501047
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
LEMBAR PERSETUJUAN PENCETAKAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN PENCETAKAN
Nama : CHRISTY JANUARI SINURAYA
NIM : 090501047
Program Studi : EKONOMI PEMBANGUNAN Konsentrasi : PERENCANAAN
Judul :ANALISIS PENGARUH URBANISASI TERHADAP
TRANSFORMASI STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN DELISERDANG
Tanggal: Ketua Program Studi
Nama NIP
Tanggal: Ketua Departemen
Nama NIP
(3)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Urbanisasi Terhadap Transformasi Struktur Ekonomi di Kabupaten DeliSerdang” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, data/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 27 Februari 2014
CHRISTY JANUARI SINURAYA NIM :090501047
(4)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh urbanisasi terhadap transformasi struktur ekonomi di kabupaten deli serdang selama kurun waktu 23 tahun yaitu tahun 1990 – 2012. Adapun variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB harga berlaku pada sektor industri, penyerapan tenaga kerja sektor industri dan Indeks Pembangunan Manusia. Metode yang digunakan dalam analisa pengaruh urbanisasi terhadap transformasi struktur ekonomi di kabupaten deli serdang adalah ordinanary least square (OLS) dengan menggunakan alat analisi untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan eviews 5.0. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel transformasi struktru ekonomi tersebut masing – masing mempunyai pengaruh yang positif terhadap Tingkat Urbanisasi di Deli Serdang dan masing – masing signifikan secara statistik pada α = 1% dan α = 10%.
Keywords : Tingkat Urbanisasi Deliserdang
PDRB sektor industri
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
(5)
ABSTACT
The purpose of this study was to analyze the effect of urbanization on the
transformation of the economic structure in Deli Serdang district for a period of
23 years ie years 1990-2012. The independent variables used in this study is the
GDP at current prices in the industrial sector, industrial sector employment and
the Human Development Index. The method used in the analysis of the influence
of urbanization on the transformation of the economic structure in Deli Serdang is
ordinanary least squares (OLS) using analysis tools to process data by using
eviews 5.0. Based on the estimation results indicate that the variable
transformation of the economic struktru respectively - each have a positive
influence on the level of urbanization in Deli Serdang and respectively - each
statistically significant at α = 1% and α = 10%. Keywords: Level of Urbanization Deliserdang
Industrial sector GDP
Industrial Sector Labor Absorption
(6)
KATA PENGANTAR
Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Urbanisasi Terhadap Transformasi
Struktur Ekonomi di Kabupaten DeliSerdang”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan , yaitu kepada:
1. Bapak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
2. Ibu/Bapak selaku Ketua Departemen S1 Ekonomi Pembangunan
3. Ibu/Bapak selaku sekertaris Departemen Eekonomi Pembangunan
4. Ibu/Bapak selaku Ketua program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara
5. Bapak selaku Dosen Pembimbing
6. Bapak selaku Dosen Pembaca Penilai
7. Kedua orang tua
8. Kakak Leovita Sinuraya, S.Kom dan Adik Andi Perwira Sinuraya
(7)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PERSETUJUAN PENCETAKAN
HALAMAN PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Urbanisasi 7 2.2 Konsep Urbanisasi ... 8
2.3 Teori Migrasi ... 9
2.3.1 Teori Migrasi Everett S Lee ... 9
2.3.2 Teori Migrasi Todaro ... 10
2.4 Pembangunan Ekonomi Daerah ... 12
2.5 Teori Perubahan Struktur Ekonomi ... 15
2.5.1 Teori Chenery ... 17
2.5.2 Teori W. Arthur Lewis ... 18
2.6 Produk Domestik Regional Bruto ... 20
2.6.1 PDRB Atas Harga Berlaku ... 22
2.6.2 PDRB Atas Harga Konstan ... 23
2.7 Ketenagakerjaan ... 24
2.8 Indeks Pembangunan Manusia ... 28
2.9 Kerangka Konseptual ... 30
(8)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 32
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 32
3.3 Penolahan Data ... 32
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 32
3.5 Model Analisis Data ... 33
3.6 Metode Analisis ... 34
3.6.1 Analisis Kausalitas ... 34
3.6.2 Analisis Regresi Linier ... 36
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 37
3.7.1 Multikolinearity ... 37
3.7.2 Autokorelasi ... 37
3.7.3 Uji Normalitas ... 39
3.8 Defenisi Operasional ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 40
4.1.1 Kondisi Geografis ... 40
4.1.2 Kondisi Demografis ... 41
4.1.3 Potensi Wilayah Kabupaten Deli Serdang ... 41
4.2 Gambaran Perekonomian Kabupaten Deli Serdang ... 43
4.3 Perkembangan Tingkat Urbanisasi Deli Serdang ... 44
4.4 Perkembangan PDRB Deli Serdang ... 45
4.5 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kabupaten Deli Serdang ... 48
4.6 Indeks Pembangunan Manusia Deli Serdang ... 50
4.7 Hasil Analisis ... 51
4.8 Analisis Kausalitas Granger ... 52
4.9 Hasil Analisis VAR... 54
4.10 Hasil Analisis Regresi ... 55
4.10.1 Interpretasi Model ... 55
4.11 Uji t Statistik ... 59
(9)
4.12.1 Multikolenarity ... 61 4.12.2 Autokolerasi ... 61 4.12.3 Normalitas ... 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 65 5.2 Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA
(10)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh urbanisasi terhadap transformasi struktur ekonomi di kabupaten deli serdang selama kurun waktu 23 tahun yaitu tahun 1990 – 2012. Adapun variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB harga berlaku pada sektor industri, penyerapan tenaga kerja sektor industri dan Indeks Pembangunan Manusia. Metode yang digunakan dalam analisa pengaruh urbanisasi terhadap transformasi struktur ekonomi di kabupaten deli serdang adalah ordinanary least square (OLS) dengan menggunakan alat analisi untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan eviews 5.0. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel transformasi struktru ekonomi tersebut masing – masing mempunyai pengaruh yang positif terhadap Tingkat Urbanisasi di Deli Serdang dan masing – masing signifikan secara statistik pada α = 1% dan α = 10%.
Keywords : Tingkat Urbanisasi Deliserdang
PDRB sektor industri
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
(11)
ABSTACT
The purpose of this study was to analyze the effect of urbanization on the
transformation of the economic structure in Deli Serdang district for a period of
23 years ie years 1990-2012. The independent variables used in this study is the
GDP at current prices in the industrial sector, industrial sector employment and
the Human Development Index. The method used in the analysis of the influence
of urbanization on the transformation of the economic structure in Deli Serdang is
ordinanary least squares (OLS) using analysis tools to process data by using
eviews 5.0. Based on the estimation results indicate that the variable
transformation of the economic struktru respectively - each have a positive
influence on the level of urbanization in Deli Serdang and respectively - each
statistically significant at α = 1% and α = 10%. Keywords: Level of Urbanization Deliserdang
Industrial sector GDP
Industrial Sector Labor Absorption
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian suatu negara dapat tercermin melalui jumlah penduduk dan
pendapatan perkapita di suatu negara. Penduduk merupakan salah satu faktor
keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan
kualitas penduduknya. Jumlah penduduk yang besar berdampak langsung
terhadap pembangunan ekonomi yakni penyediaan tenaga kerja dalam proses
pelaksaaan pembangunan. Seiring dengan berjalannya waktu penduduk Indonesia
bertambah kuantitasnya dari waktu ke waktu. Hal tersebut sesuai dengan sebuah
teori yang diajukan oleh Thomas Malhtus tentang hubungan antara pertumbuhan
penduduk dan pembangunan ekonomi. Thomas Malthus menyatakan bahwa
jumlah populasi di suatu negara akan meningkat cepat sesuai pada deret ukur atau
tingkat geometrik sedangkan persediaan pangan meningkat menurut deret hitung.
Malthus juga menyebutkan bahwa ada 3 faktor penyebab terjadinya laju
pertumbuhan penduduk seperti, kelahiran ( fertilitas ), kematiaan ( mortalitas )
dan migrasi ( perpindahan penduduk ). Jumlah penduduk Indonesia pada saat ini
menempati urutan ke- 4 dari total penduduk dunia, dimana jumlah penduduk
Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan terus mengalami peningkatan.
Proyeksi penduduk tahun 2020 menyebutkan bahwa akan terdapat 23 kota yang
memiliki jumlah penduduk diatas 1 juta jiwa, dimana 11 terdapat di pulau jawa
(13)
Salah satu motivasi seseorang untuk berpindah ke kota adalah motif
ekonomi ( Todaro,1979 ). Harapan yang ingin diperoleh dari migrasi ke perkotaan
adalah pekerjaan dan pendapatan yang tinggi yang bisa diperoleh diperkotaan.
Pesatnya pertumbuhan industri dan sektor perdagangan secara langsung
menyebabkan tingkat upah lebih tinggi dibandingkan upah di pedesaan yang
umumnya bergerak dibidang pertanian. Disamping itu sempitnya lapangan
pekerjaan, fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai juga mendorong
terjadinya migrasi ke perkotaan. Meningkatnya jumlah penduduk di daerah
perkotaan berkaitan erat dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Tingkat urbanisasi yang tinggi di suatu negara dapat mengindikasikan tingkat
perekonomian yang tinggi, demikian juga terjadi sebaliknya. Tingkat
perekonomian yang tinggi disuatu negara umumnya dapat mendorong terjadinya
pembangunan suatu Negara.
Pembangunan ekonomi suatu negara merupakan perihal yang penting dalam
kemajuan suatu bangsa. Pada umumnya pembangunan ekonomi mengkaji tentang
pertumbuhan ekonomi, perihal kemiskinan, transformasi ekonomi dan
keberlanjutan pembangunan. Transformasi struktur ekonomi merupakan faktor
penting dari peningkatan pembangunan, penanggulangan kemiskinan, serta
keberlanjutan pembangunan itu sendiri. Transformasi struktur ekonomi
merupakan proses pergeseran struktur perekonomian dari sektor primer ke sektor
sekunder. Transformasi struktur ekonomi dapat terjadi disebabkan oleh sifat
manusia dalam kegiatan ekonominya. Berdasarkan Hukum Engels bahwa semakin
(14)
untuk membeli bahan pertanian, sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan
untuk membeli barang-barang produksi industri menjadi semakin bertambah
besar. Sehingga peranan sektor industri akan semakin besar dibandingkan sektor
pertanian.
Sukirno (2006) menjelaskan bahwa, berdasarkan lapangan usaha maka
sektor- sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan kedalam 3
kelompok utama yaitu:
1. Sektor primer, terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan, pertambangan, dan penggalian.
2. Sektor sekunder, terdiri dari sektor industri pengolahan, listrik, gas dan
air serta bangunan
3. Sektor tertier , terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan
dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain
(termasuk pemerintahan)
Pada umumnya, transformasi pada negara berkembang adalah transformasi
dari sektor pertanian ke sektor industri, atau terjadinya perubahan dari sektor
primer ke sektor non primer (sekunder dan tertier). Adanya transformasi struktur
ekonomi yang terjadi maka akan mengakibatkan secara langsung terjadinya
peralihan kesempatan kerja dari sektor primer menuju sektor non primer. Tingkat
pendapatan yang lebih tinggi pada sektor non primer mendorong dan memotivasi
masyarakat untuk melakukan urbanisasi dan mulai meninggalkan pedesaan. Hal
tersebut juga tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penarik masyarakat
(15)
Faktor- faktor pendorong (push factor) adalah:
1. Sumber – sumber kehidupan yang semakin berkurang seperti menurunnya
daya dukung lingkungan, menurunnnya permintaan atas barang yang
bersumber dari alam
2. Berkurangnnya lapangan pekerjaan di tempat asal seperti terjadinya
peralihan lahan pertanian
3. Adanya tekanan – tekanan, seperti politik, agama dan suku sehinggga
mengganggu hak – hak penduduk di daerah asal
4. Faktor pendidikan, pekerjaan dan perkawinan
5. Adanya bencana alam seperti gempa bumi, kebakaran, banjir, tsunami atau
wabah penyakit.
Faktor – faktor penarik (pull factor) adalah:
1. Harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
2. Harapan memperoleh pendidikan yang lebih baik.
3. Infrastrktur, keadaan hidup dan keadaan lingkungan yang lebih
menyenangkan.
4. Kegiatan di kota besar yang tidak terdapat di daerah asal seperti hiburan dll
yang menjadi daya tarik.
Faktor – faktor tersebutlah yang menyebabkan pertambahan penduduk di
daerah perkotaan semakin tingggi. Tidak terkecuali di Kabupaten Deli Serdang,
Deli Serdang merupakan Kabupaten yang terbesar di Sumatera Utara. Pada tahun
(16)
kepadatan penduduk 637,41 per km2
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti masalah
urbanisasi dan transformasi struktur di daerah Deli Serdang dengan judul:
(BPS Sumatera Utara). Tersedianya
infrastruktur yang memadai, sarana dan prasarana yang lebih baik serta adanya
industri – industri memotivasi masyarakat untuk melakukan migrasi ke daerah
tersebut.
“Analisis Pengaruh Urbanisasi terhadap Transformasi Struktur Ekonomi Di Kabupaten Deli Serdang”.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis terlebih dahulu merumuskan
masalah sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan. Bertitik tolak dari uraian
yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan yang akan
diteliti, yaitu:
1. Seberapa besar urbanisasi mempengaruhi pendapatan domestik regional
bruto (PDRB) sektor industri di Deli Serdang?
2. Seberapa besar urbanisasi mempengaruhi penyerapan tenaga kerja
sektor industri di Deli Serdang?
3. Seberapa besar urbanisasi mempengaruhi kualitas SDM (IPM) di Deli
(17)
1.3 Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh pendapatan domestik regional
bruto sektor industri terhadap urbanisasi di Deli Serdang.
2. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh penyerapan tenaga kerja
terhadap urbanisasi di Deli Serdang.
3. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh kualitas SDM (IPM) terhadap
urbanisasi di Deli Serdang.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan dalam
mengatasi masalah urbanisasi di Deli Serdang.
2. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menganalisas dampak
urbanisasi terhadap transformasi struktur ekonomi di Deli Serdang.
3. Sebagai refrensi dan informasi bagi penelitian – penelitian selanjutnya
yang topiknya berhubungan.
4. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis.
5. Sebagai pembanding hasil – hasil penelitian dengan topik yang
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Urbanisasi
Urbanisasi memiliki pengertian perpindahan penduduk dari desa menuju
perkotaan. Para ahli juga menyumbangkan pemikiran mereka diantaranya,
a. Menurut Prof.Dr.Herlianto urbanisasi memiliki pengertian:
1. Proses pertumbuhan daerah pertanian / pedesaan menjadi perkotaan.
2. Daerah pedesaan yang berkembang menuju kota atau desa yang
mempunyai ciri-ciri seperti kota.
3. Proses yang dialami manusia dari bentuk kehidupan agraris pedesaan
menjadi kehidupan industri perkotaan.
4. Proses perpindahaan penduduk dari desa ke kota atau dari pekerjaan
pertanian di desa ke pekerjaan industri di kota.
b. Menurut J.H De Goede urbanisasi memiliki pengertian :
1. Adanya perpindahan penduduk ke kota.
2. Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja di sektor industri dan jasa.
3. Tumbuhnya pemukiman menjadi kota.
4. Munculnya pemukiman kumuh.
5. Mulusnya pengaruh kota di daerah pedesaan meliputi segi ekonomi,
(19)
2.2 Konsep Urbanisasi
Bintarto (1986:15) menyatakan bahwa urbanisasi dapat dipandang sebagai
suatu proses dalam artian:
1. Meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk kota. Kota menjadi
lebih padat sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, baikoleh hasil
kenaikan fertilisasi penghuni kota maupun karena adanya tambahan
penduduk dari yang bermukim dan berkembang di kota.
2. Bertambahnya jumlah kota dalam suatu negara atau wilayah sebagai
akibat dari perkembangan ekonomi, budaya dan teknologi.
3. Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi suasana
kehidupan kota.
Urbanisasi biasanya dilihat dari persentase penduduk yang tingggal di
daerah perkotaan. Tingkat urbanisasi di suatu daerah dapat diukur dengan
membandingkan jumlah penduduk di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk
seluruhnya disuatu wilayah.
Perhitungan urbanisasi dapat dicari dengan rumus:
Dimana:
U = besarnya jumlah penduduk urban ( perkotaan )
P = populasi / jumlah penduduk keseluruhan
(20)
Terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh
berbagai faktor. Perkembangan daerah perkotaan melalui sektor industri dan
perdagangan serta keinginan untuk memperoleh penghasilan merupakan faktor
penyebab terjadinya urbanisasi. Proses urbanisasi terjadi akibat kebijakan dan
peraturan di daerah perkotaan, terutama bidang ekonomi yang dikembangkan oleh
pemerintah kota. Hubungan positif antara konsentrasi penduduk terhadap kegiatan
akan menyebabkan semakin besarnya area konsentrasi penduduk, sehingga
menimbulkan daerah perkotaan ( Firman 2005:3).
2.3 Teori Migrasi
2.3.1 Teori Migrasi Everett S. Lee
Keinginan dan keputusan bermigrasi selalu terjadi akibat hasrat untuk
memperbaiki salah satu aspek kehidupan, sehingga keputusan seseorang
melakukan migrasi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Lee (1987)
menyebutkan bahwa ada empat faktor yang perlu diperhatikan dalam studi
migrasi penduduk yaitu:
1. Faktor - faktor daerah asal.
2. Faktor – faktor yang terdapat pada daerah tujuan.
3. Rintangan antara ( rintangan yang menghambat ).
4. Faktor – faktor individual.
Setiap daerah memiliki faktor –faktor yang menahan seseorang untuk tidak
meningggalkan daerahnya atau menarik orang untuk pindah ke daerah tersebut.
(21)
tersebut. Selain itu adapula faktor yang tidak mempengaruhi penduduk untuk
bermigrasi. Diantara keempat faktor tersebut, faktor individu merupakan faktor
yang sangat menentukan dalam penentuan untuk bermigrasi. Penilaian positif atau
negatif terhadap suatu daerah tergantung kepada individu itu sendiri. Semakin
maju kondisi sosial ekonomi akan mendorong dan terciptanya berbagai faktor
pendorong dan penarik, seperti perkembangan industri, perdagangan, perumahan
dan transportasi. Hal tersebut merupakan kondisi yang diminati oleh banyak
penduduk dengan harapan dapat memenuhi kebutuhannnya.
2.3.2 Teori Migrasi Todaro
Teori ini berasumsi bahwa perpindahan penduduk dari desa ke kota
sebenarnya merupakan fenomena ekonomi. Sehingga keputusan bermigrasi
merupakan keputusan yang dirumuskan secara rasional, para imigran tetap saja
bermigrasi meskipun tahu resiko bermigrasi. Teori ini juga mendasarkan
pemikiran bahwa arus migrasi berlanjut dan berlangsung sebagai angggapan
adanya perbedaan pendapatan antara kota dan desa. Premis dasar dalam model ini
adalah bahwa para migran menimbang dan membandingkan jenis – jenis pasar
tenaga kerja di sektor pedesaan dan perkotaan, serta memilih dan memaksimalkan
keuntungan yang diharapkan dari migrasi. Para migran akan memutuskan untuk
melakukan migrasi jika penghasilan bersih di kota melebihi penghasilan bersih
yang tersedia di desa. Teori ini menitikberatkan pada pengaruh faktor selisih
pendapatan sebagai penentu keputusan akhir untuk bermigrasi. Para migran ini
(22)
ini hanya cocok untuk dikembangkan dalam konteks perekonomian industri maju
sehinggga secara implisit mengasumsikan adanya kesempatan kerja penuh atau
hampir penuh.
Arus migrasi ini akan berhenti dengan sendirinya jika selisih pendapatan di
desa dan kota mengecil ( upah di kota menurun karena jumlah pekerja yang
tersedia bertambah, sedangkan upah di desa meningkat karena jumlah tenaga kerja
menyusut ) sampai akhirnya sama. Berdasarkan pemikiran ini migrasi dianggap
bukan suatu masalah yang perlu perlu dikhawatirkan, karena mekanisme pasar
akan mampu menghentikan atau meningkatkannya sesuai dengan kebutuhan yang
ada. Tetapi analisis seperti ini tidaklah realistis apalagi jika dikaitkan dengan
kerangka kelembagaan dan ekonomi di sebagian negara – negara berkembang
seperti di Indonesia. Terdapat sejumlah alasan yang kuat untuk mengatakan
analisa itu tidak realistis yaitu:
• Negara – negara berkembang pada umumnya menghadapi masalah
penganggguran yang serius dan kronis sehinggga seorang migran tidak dapat
berharap segera mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tingggi di kota.
• Banyak migran yang tidak terdidik dan tidak mempunyai keahlian,
menjadi penganggguran atau mencoba mencari pekerjaan lepas misalnya
menjadi pekerja di bidang informal yang relatif mudah dimasuki, beroperasi
pada skala kecil dan dengan upah yang relatif bersaing.
• Penduduk migran yang terdidik peluangnya lebih baik dan beberapa
diantaranya akan menemukan pekerjaan di sektor formal lebih cepat. Namun
(23)
Itu berarti sebelum ada keputusan untuk bermigrasi para calon migran harus
mempertimbangkan kemungkinan dan resiko menganggur dalam jangka
waktu yang cukup lama.
Apabila para calon migran memperkirakan bahwa nilai – nilai
kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan tetap relatif rendah pada periode
awal, bobot kemungkinan tersebut diharapkan akan meningkat seiring dengan
berjalannya waktu dan semakin kuasnya hubungan atau koneksinya, sehingga
tetap rasional baginya untuk bermigrasi meskipun penghasilannya yang
diharapkan pada periode awal mungkin lebih rendah daripada pendapatan yang
diperolehnya di pedesaan. Dengan demikian, migrasi dari desa ke kota bukanlah
suatu proses positif yang menyamakan tingkat upah di perkotaan dan di desa,
melainkan kekuatan yang menyeimbangkan jumlah pendapatan yang diharapkan
di desa dan di kota.
2. 4 Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi suatu wilayah merupakan perihal yang menjadi
tujuan perekonomian di sutu wilayah. Pembangunan ekonomi ini biasanya
tercermin melalui proses yang multi dimensional seperti terjadinya peningkatan
pendapatan per kapita dalam jangka panjang, pengelolaan sumber – sumber yang
ada seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat mendorong
terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pembangunan ekonomi
diharapkan dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat, melalui peningkatan
(24)
Chenery dan Syrquin (1975) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi
merupakan suatu proses pertumbuhan ekonomi atau proses peningkatan
pendapatan perkapita yang disertai dengan proses transformasi dari suatu
perekonomian yang dominan sektor industri, terutama industri manufaktur dan
sektor jasa.
Gerald Meier juga menyatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah
suatu proses dimana pendapatan per kapita penduduk suatu negara secara riil
cenderung naik secara terus menerus dalam jangka panjang, dengan syarat utama
jumlah penduduk yang berada dalam garis kemiskinan absolut tidak bertambah
dan distribusi pendapatan tidak menjadi timpang.
Pembangunan ekonomi yang terjadi hendaknya tidak hanya melihat hanya
sebatas dari peningkatan pendapatan perkapita dan transformasi struktur ekonomi
yang terjadi tetapi hendaknya melihat kualitas pembangunan ekonomi yang
tercermin melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Menurut Sadono Sukirno (1996 : 33) pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi memiliki pengertian yang berbeda yaitu pertumbuhan ekonomi adalah
proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang,
dimana pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan.
Pembangunan ekonomi menurut Adam Smith adalah suatu proses
perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi ( Suryana, 200
:55 ). Pembangunan ekonomi di suatu negara biasanya tidak terlepas pada
(25)
daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi – institusi baru,
pembangunan industri – industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada
untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar – pasar
baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan – perusahaan baru,
diman kesemuanya ini merupakan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah
dan jenis peluang kerja untuk masyarakat di daerah ( Arsyad, 1999: 108 – 109 ).
Sukirno ( 2000 ) juga mengemukakan pendapatnya tentang pembangunan
ekonomi daerah yakni:
1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya
dan dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah
pembangunan wilayah.
2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk
melengkapai strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada
penekanan terhadap kebijakan – kebijakan pembangunan yang berdasarkan sektor
potensi suatu daerah. Hal ini mengarahkan pada suatu daerah tersebut kedalam
proses pembagunan untuk menciptakan kesempatan baru dan merangsang
kegiatan ekonomi. Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak
pembangunan yang diterapkan di setiap daerah, belum tentu memberi manfaat
yang sama bagi daerah yang lain ( Munir, 2000 ).
Pemerintah daerah harus mampu untuk menentukan kebijakan yang tepat
unutk mendorong pembangunan ekonomi di suatu daerah. Pemerintah daerah
(26)
ada harus menafsirkan potensi sumber daya yang diperlukan unutk merancang dan
membangun perekonomian daerah ( Lincolin Arsyad, 1999 ). Pembangunan
daerah merupakan pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan,
dan pertanggung jawabanya dilakukan oleh daerah. Hal ini menimbulkan hak
otonom yang dimiliki oleh setiap daerah. Hak otonom dapat terlaksana melalui
adanya perencanaan yang matang di setiap daerah. Perencanaan wilayah
merupakan satu – satunya jalan yang terbuka untuk menaikkan pendapatan
perkapita, mengurangi ketimpangan pendapatan dan meningkatkan kesempatan
kerja ( Jhingan, 2000).
Dalam melaksanankan perencanaan, setiap daerah berhak untuk
menentukan langkah – langkah dalam pembangunan daerahnya. Program
pembangunan daerah yang ada harus tetap berpedoman pada pembangunan di
pemerintahan pusat. Perencanaan pembangunan daerah tersebut merupakan
pembangunan berkesinambungan dari pembangunan di wilayah pusat. Otonomi
yang dilakukan pemerintah daerah seringkalai tidak menghasilkan hasil yang
efektif. Perencanaan yang tidak matang, organisasi yang tidak efisien, kurangnya
informasi mengenai keunggulan dan potensi di suatu daerah sering kali menjadi
penyebabnya.
2.5 Teori Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan di Indonesia telah berhasil meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang ditandai dengan terjadinya perubahan struktur ekonomi. Proses ini
(27)
1. Merosotnya pangsa sektor primer ( pertanian ).
2. Meningkatnya pangsa sektor sekunder ( industri ).
3. Pangsa sektor tersier ( jasa ) kurang lebih konstan, namun kontribusinya
akan meningkat sejalan dengan pertumbuahan ekonomi.
Todaro ( 1999 ) menyebutkan bahwa mekanisme transformasi yang terjadi
di suatu negara yang sedang berkembang yang semula lebih bersifat subsisten dan
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang
lebih modern dan sangat di dominasi oleh sektor industri dan jasa. Menurut
Tambunan ( Tambunan, 2001 ) perubahan struktur ekonomi terjadi akibat
perubahan yang menurut sumbernya dapat dibedakan antara faktor – faktor dari
sisi permintaan agregat dan dari faktor – faktor dari sisi penawaran agregat; serta
dipengaruhi juga secara dan/atau tidak langsung oleh intervensi pemerintah.
Faktor yang dominan dari sisi permintaan agregat adalah pendapatan riil
perkapita dan perubahan selera masyarakat yang tercerminmelalui perubahan
permintaan domestik. Perubahan ini sesuai dengan teori Engle yang menyatakan
bahwa apabila pendapatan riil masyarakat meningkat, maka permintaan terhadap
barang – barang non makana akan lebih besar daripada pertumbuhan permintaan
terhadap makanan. Sehingga secara tidak langsung menyebabkan pertumbuhan
industri – industri baru. Faktor yang dominan dari sisi penawaran agregat antar
lain kemajuan teknologi, peningkatan kualitas masyarakat, penemuan hal baru
(28)
2.5.1 Teori Chenery
Perubahan struktur ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum
dapat didefenisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan
dengan komposisi permintaan, perdagangan, produksi dan faktor – faktor lain
yang diperlukan scara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
dan kesejahtraan sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita. Pernyataan
tersebut dinyatakan oleh Chenery ( 1960 ) dan Syrquin ( 1975 ).
Analisis teori Pattern of development menjelaskan bahwa tahapan proses
perubahan ekonomi dari negara berkembang yang mengalami transformasi dari
sektor primer ke sektor sekunder sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan dalam sektor industri sejalan dengan peningkatan pendapatan
perkapita yang berhubungan dengan akumulasi capital dan peningkatan sumber
daya manusia.
• Dari permintaan domestik
Pemintaan domestik akan terjadi penurunan permintaan terhadap
konsumsi bahan makanan karena dikompensasikan oleh peningkatan
permintaan terhadap barang – barang non kebutuhan pangan, peningkatan
investasi, dan peningkatan dalam angggaran belanja pemerintah yang
mengalami peningkatan dalam struktur GNP yang ada. Di sektor
perdagangan internasional terjadi juga perubahan yaitu peningkatan nilai
ekspor dan impor. Sepanjang perubahan struktural ini berlangsung terjadi
peningkatan pangsa ekspor komoditas hasil produksi sektor industri dan
(29)
• Dari segi Tenaga kerja
Akan ada terjadi proses perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di
pedesaan menuju sektor industri di perkotaan, walaupun pergeseran
tersebut masih tertinggal dibandingkan proses perubahan struktur
tersebut.Dengan keberadaan ketertinggalan ini maka sektor pertanian akan
berperan penting dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik dari
awal maupun akhir dari proses transformasi perubahan struktural tersebut.
Negara – negara dengan jumlah penduduk yang banyak akan memproduksi
barang – barang yang dulunya diimpor kemudian dijual di dalam negeri.
Sedangkan negara dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit akan berada
dalam pasar skala internasional. Teori ini menyimpulkan bahwa percepatan dan
pola transformasi struktural terjadi pada suatu negar dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
2.5.2 Teori W. Arthur Lewis
W. Arthur Lewis dalam teorinya meyebutkan bahwa ekonomi dapat dibagi
kedalam dua sektor yakni, sektor pertanian yang subsisten dan sektor industri
yang kapitalistik. Jumlah penduduk yang berlebih di pedesaan akan menyebabkan
terjadinya kelebihan tenaga kerja, tingkat hidup masyarakat dan perekonomian
juga berada dalam kondisi subsisten. Kelebihan kapasitas tenaga kerja ini dilihat
dari produk marginalnya yang nilainya nol, sehingga fungsi produksi pertanian
berada dalam posisi berlakunya hukum diminishing return, dimana tingkat
produktifitas tenaga kerja akan semakin rendah. Pengurangan tenaga kerja tidak
(30)
tenaga kerja lebih banyak daripada proporsi input lainnya seperti tanah dan
kapital. Akibatnya penawaran tenaga kerja akan lebih besar daripada permintaan
tenaga kerja ( Nps > NpD
Hal sebaliknya terjadi di perkotaan, tenaga kerja di sektor industri akan
mengalami pengurangan. Kondisi seperti ini menyebabkan produktifitas tenaga
kerja akan semakin tingggi dan nilai produk marginalnya positif. Sehinggga
tinggginya produktifitas akan menyebabkan terjadinya kenaikan upah riil per
pekerja di kota. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat upah yang
diterima yakni, upah di sektor pertanian lebih rendah daripada sektor industri (
Wp < Wi ) serta menyebabkan pendapatan pekerja di pedesaan lebih rendah
daripada pendapatan di perkotaan ( Yp < Yi ). Sehingga banyak tenaga kerja yang
berpindah dari pedesaan menuju perkotaan yang biasanya disebut migrasi
desa-kota dan urbanisasi. Perpindahan sebagian tenaga kerja ini akan membuat
terjadinya peningkatan pendapatan disuatu negara secara keseluruhan. Terjadinya
pola perubahan permintaan masyarakat yang mengalami peningkatan pendapatan,
dimana sebagian besar pendapatannya digunakan untuk mengkonsumsi produk
industri dan jasa. Hal ini menjadi faktor penggerak terjadinya pertumbuhan output
dan diversifikasi produksi di sektor – sektor non pertanian ( gambar 2.1 ).
) dan menyebabkan pendapatan pada sektor ini akan
(31)
Tahap 3 : Dp ↑
Tahap 5 : Dp ↑
Gambar 2.1 Tahapan Proses Perubahan Struktur Ekonomi, Model Lewis (sumber Tambunan, 2001).
2.6 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pendapatan Regional adalah produk domestik regional netto atas biaya
dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang mengalir ke dalam maka
hasilnya akan menjadi pendapatan regional netto yang merupakan jumlah
pendapatan yang benar – benar diterima oleh seluruh yang tinggal di daerah yang
dimaksud.
Produk Domestik Regional Bruto merupakan indikator utama yang sering
digunakan dalam menentukan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Laju
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah secara sektoral dapat dilihat melalui PDRB. Ekonomi
Pedesaan (pertanian)
Tahap 1: Nps > NpD Wp< Wi Yp < Y i
Tahap 4 Nps = NpD
Wp ↑ Qp ↑ Yp ↑
Ekonomi Perkotaan (Industri)
Tahap 3 DiD↑
Qi ↑ Yi ↑ Tahap 2 : Migrasi dan Urbanisasi
(32)
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai tambah yang
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan
jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi suatu wilayah. PDRB di suatu wilayah dapat dibedakan atas dua bagian
yakni PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Konstan. Produk
Domestik Regional Bruto dapat diartikan dalam 3 pengertian yakni:
a. Berdasarkan Produksi
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai produksi di dalam
suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu ( kurun waktu satu tahun ).
b. Berdasarkan Pendapatan
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor – faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu
wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu (kurun waktu satu
tahun).
c. Berdasarkan Pengeluaran
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah pengeluaran yang
dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari keuntungan, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap
bruto, perubahan stok dan ekspor netto ( ekspor dikurangi impor ).
Berdasarkan beberapa pengertian Produk Domestik Regional Bruto dapat
disimpulkan bahwa nilai jumlah barang dan jasa nilai produksi yang dihasilkan
harus sama dengan pendapatanfaktor produksinya dan hasus sama dengan
(33)
2.6.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Berlaku
Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Berlaku merupakan
gambaran niali tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
setiap tahunnya. PDRB yang masih mengandung unsur inflasi biasanya
dinamakan PDRB atas dasar harga berlaku. Produk domestik bruto atas dasar
harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai tambah bruto atau nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh unit – unit produksi dalam suatu periode tertentu,
biasanya satu tahun yang dinilai dengan tahun yang bersangkutan. Nilai tambah
bruto mengggambarkan perubahan volume produksi yang dihasilkan dan tingkat
perubahan harga dari masing – masing kegiatan subsektor dan sektor. Sehinggga
nilai produksi bruto atau output dapat dkaji sebagai berikut:
a. Sektor primer yang diperoleh dari alam secara langsung yakni, pertanian,
pertambangan, dan penggalian. Harga produsen dan kuantum produksi
produksi merupakan standar yang sering digunakan.
b. Sektor sekunder meliputi sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air
minum, dan sektor bangunan. Nilai produksi bruto atau output atas dasar
harga berlaku merupakan perkalian anatar kuantum produksi denagn harga
masing – masing komoditi pada tahun yang bersangkutan dengan tidak
melepaskan produksi jasa sebagai pelengkapnya.
c. Sektor jasa meliputi sektor perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan
dan komunkasi, bank dan LKBB, sewa rumah dan jasa perusahaan serta
(34)
2.6.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga konstan
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan merupakan
pengembangan PDRB yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume
produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat
harganya. Pengaruh perubahan harga telah dilakukan dengan cara menilai
dengan harga satu tahun tertentu. Nilai atas dasar harga konstan dapat
mencerminkan kuantum produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas
dasar harga pada tahun dasar. Nilai suatu dasar konstan diperoleh dengan cara
perhitungan nilai tambah yang dibagi atas 4 bagian yakni:
1. Revaluasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output
dan biaya antar atas dasar harga konstan. Revaluasi dilakukan dengan cara
menilai produksi dan biaya antara masing – masing tahun dengan harga
tahun dasar. Kenyataannya sangat sulit untuk melakukan revaluasi
terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input
yang sangat banyak, disamping itu data harga yang tersedia tidak dapat
memenuhi semua keperluan tersebut. Biaya antara atas harga konstan
diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing –
masing tahun dengan biaya antara output terhadap tahun dasar.
2. Ekstrapolasi
Merupakan nilai tambah masing – masing tahun dasar atas dasar harga
(35)
dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ektra polator dapat
merupakan indeks dari dari masing – masing produksi yang dihasilkan
atau merupakan indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga
kerja, jumlah perusahaan, dan faktor lain yang diangggap cocok dengan
jenis kegiatan subsektor dan sektor.
3. Deflasi
Merupakan niali tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara
membagi nilai tambah atas dasar harga konstan masing – masing tahun
dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator
biasanya merupakan indeks harga yang digunakan sebagai deflator
biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK).
4. Deflasi Berganda
Merupakan output dan biaya antaranya, yang dideflasikan, sedangkan nilai
tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi
tersebut. Indeks harga digunakan sebagai deflator untuk menghitung
output atas dasar harga konstan adalah indeksharga konsumen dan indeks
harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan
deflator untuk biaya anatara adalah indeks harga dari komponen input
terbesar.
2.7 Ketenagakerjaan
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
(36)
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun unutk masyarakat. Biasanya batasan usia kerja yang dianut oleh
Indonesia adalah minimum 15 tahun, tanpa adanya batasan umur maksimum.
Tenaga kerja dapat dikelompokkkan ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja
dan bukan angkatan kerja.
1. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesunggguhnya
terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa.
Angkatan kerja ini dapat dibagi ke dalam dua subsektor yakni kelompok
pekerja dan pengangguran.
2. Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja
ataupun mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja ini juga merupakan
tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja.
Kondisi tenaga kerja di Indonesia dalam perjalanannya mengalami pergeseran.
Pergeseran – pergeseran tenaga kerja tampak nyata terhadap struktur lapangan
kerja yang ada. Zulkarnaen ( 1995 ) menyebutkan bahwa sebelum krisis ekonomi
pertumbuhan tenaga kerja di lapangan usaha-usaha di luar sektor pertanian lebih
cepat dibandingkan dengan pertumbuhan di sektor pertanian. Hal sebaliknya
terjadi setelah krisis ekonomi dimana penyerapan tenaga kerja sektor- sektor di
luar pertanian mengalami penurunan. Secara langsung tenaga kerja tersebut akan
kembali ke pedesaan. Namun kesempatan kerja yang tersedia tidak sebanding
(37)
penumpukan – penumpukan tenaga kerja di sektor non industri. Adanya kebijakan
yang tepat terhadap kesempatan kerja di sektor non industri dan industri menjadi
hal yang harus terealisasi. Pergeseran dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
tidak mengakibatkan kemerosotan tingkat produksi, maka langkah yang harus
dilaksanakan adalah :
1. Program pengembangan Sumber Daya Manusia di sektor pertanian dengan
sasaran meningkatkan produktifitas kerja sektor pertanian dengan mengolah
hasil pertanian.
2. Memindahkan Sumber Daya Manusia sektor pertanian ke sektor industri
pengolahan dengan terlebih dahulu menyiapkan mereka sebagai tenaga kerja
terampil dan terlatih untuk memasuki pasar tenaga kerja industri pengolahan.
3. Pergeseran tenaga kerja ini sesuai dengan model Fei Ranis yang berkaitan
dengan transfer tenaga kerja.
S2
S S
1
0
(38)
W
A B
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
Gambar 2.2 Transfer tenaga kerja model Fei Ranis
Dalam model Fei Ranis tahap transfer dibagi pada produk fisik MPP marginal
dan upah yang dianggap konstan dan ditetapkan secara eksogenus.
1. Tenaga kerja melimpah maka MPP tenaga kerja sama dengan nol.
Sehingga surplus tenaga kerja yang ditransfer dari sektor pertanian ke
sektor industri mempunyai kurva penawaran yang elastis sempurna.
2. Pengurangan satu satuan tenaga kerja di sektor pertanian akan
menurunkan produksi, MPP tenaga kerja sudah positif. Namun besarnya
MPP masih lebih kecil dari tingkat upah W. Transfer tenga kerja pada
tahap ini mempunyai biaya imbangan yang positif. Kurva penawaran
tenaga kerja di sektor industri mempunyai elastisitas positif sejak S1.
3. Komersialisasi di kedua sektor ekonomi dimana MPP tenaga kerja
lebih tinggi dari tingkat upah. Inovasi teknologi di sektor pertanian dapat
(39)
2.8 IPM ( Indeks Pembangunan Manusia )
IPM merupakan suatu indikator yang digunakan untuk Mengklasifikasikan
kategori suatu negara baik negara maju, berkembang, atau terbelakang. Menurut
United Nations Development ( UNDP ) dalam indeks pembangunan manusia
terdapat tiga indikator komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata
– rata suatu negara dalam pembangunan manusia, yaitu lama hidup yang diukur
dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan
rata – rata lama bersekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke
atas; standar hidup yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah
disesuaikan menjadi paritas daya beli.
Peningkatan IPM suatu daerah / negara bisa dilihat sebagai input proses
produksi, pemberdayaan manusia serta kualitas hidup manusia itu sendiri. Dapat
disimpulkan bahwa terjadi hubungan yang tinggi antara IPM dan faktor – faktor
sosial serta ekonomi. IPM dapat dijadikan acuan bagi kesejahtraan dan kehidupan
masyarakat yang ada di suatu daerah. Menurut BPS, BAPPENAS, dan UNDP
Indonesia ( 2001) IPM itu merupakan angka rata – rata sederhana dari ketiga
komponen yakni umur harapan hidup, tingkat pendidikan dan standar hidup layak.
IPM dapat dicari dengan mengunakan rumus:
IPM = 1/3 (Index X
(40)
dimana : X
1
X
= lamanya hidup,
2
X
= tingkat pendidikan
3
Dan jika diberlakukan pada daerah, maka: = tingkat kehidupan layak
Index X
(i,j) =X (i,j) – X (i – min) } / { X (i-max) – X (i-min)
dimana :
}
X
(i,j)
X
= indikator ke i dari daerah j
(i – min)
X
= nilai minimum dari Xi
(i – max) = nilai maksimum dari Xi
Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum dari setiap Komponen IPM
Komponen IPM Maksimum Minimum Keterangan
Angka harapan
hidup
85 25 Standar UNDP
Angka melek hidup 100 0 Standar UNDP
Rata-rata lama
sekolah
15 0 UNDP
mengunakan PDB
riil disesuaikan
Daya beli 737,720a 300.000 (1996)
360.000b (1999,2002)
Keterangan :
a) Perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun 2018
b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru.
(41)
Dalam suatu struktur ekonomi penyerapan tenaga kerja, produk domestik
bruto dan IPM adalah yang paling penting untuk mengetahui kondisi
perekonomian suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk
melihat transformasi struktur ekonomi. Sektor primer biasanya mengalami tern
yang menurun dari tahun ke tahun. Hayami dan Ruttan ( 2001 )menyebutkan
bahwa pertumbuhan PDRB juga disertai pertumbuhan sektor pertanian yang
meningkat dengan cepat bersamaan dan bahkan mendahului pertumbuhan PDRB.
Sektor industri memiliki hubungan yang tak terpisahkan dengan sektor
yang lainnya. Akan terjadi penurunan keuntungan jika tidak ada dukungan dari
perkembangan sektor pertanian. Kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja yang
ada akan membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi yang tidak merata dan
mengakibatkan perubahan struktur dari kedua aspek tersebut yang semakin
menjauh pada setiap sektor. Dimana hal tersebut dapat terjadi tidak terlepas pada
terjadinya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dari tahun ke tahun.
Gambar 2.3: Kerangka Pemikiran Tingkat Urbanisasi
PDRB sektor industri
Penyerapan tenaga kerja
Indeks Pembangunan
(42)
2.10 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada,
dimana kebenarannnya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang
terkumpul, berdasrkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat
hipotesa sebagai berikut:
1. Urbanisasi di Deli Serdang berpengaruh positif terhadap pendapatan
domesti regional sektor industri.
2. Urbanisasi di Deli Serdang berpengaruh positif terhadap penyerapan
tenaga kerja sektor industri.
3. Urbanisasi di Deli Serdang berpengaruh positif terhadap kualitas SDM
(43)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisa Pendapatan Domestik
Bruto (PDRB) dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri serta IPM di
Kabupaten Deli Serdang.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari informasi dan sumber – sumber
seperti jurnal dan buku bacaan yang memilii kaitan dengan penelitian ini. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdapat di Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara.
3.3 Pengolahan Data
Pengolahan data yang digunakan adalah pengolahan data dengan metode
statistika dengan program komputer E-Views 6.0
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan
(library research) yakni penelitian mengggunakan bahan – bahan kepustakaan
berupa tulisan – tulisan ilmiah, laporan – laporan dan artikel, jurnal dan penulisan
online yang memiliki hubungan dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan adalah dengan melakukan pencatatan secara langsung dari
(44)
3.5 Model Analisis Data
Model analisi yang digunakan dalam menganalisis data adalah model
ekonometrika. Metode OLS (Ordinal Least Square) yakni metode kuadrat terkecil
digunakan dalam penelitian ini untuk melihat dan mengetahui pengaruh variabel –
variabel bebas dengan variabel terikat yang ada. Analisis kuantitatif dengan
menggunakan analisis statistika yakni regresi linier berganda.
Adapun model persamaan dan bentuk model persamaan regresi liniernya
adalah :
Y1 =α + β X+µ………...(1)
Y2= α + βX+μ………...(2)
Y3= α + βX+μ………...(3)
Dimana :
Y1 = Pendapatan Domestik Regional Bruto di sektor industri (Rupiah) Y2 = Tingkat Penyerapan Angkatan Kerja di sektor industri (Persen) Y3 = Tingkat IPM (Persen)
X = Urbanisasi (Persen)
α = Intercept/ Konstanta β = Koefisien Regresi
μ = Term of Error (Kesalahan Penggunaan)
Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: > 0 Artinya jika X (Urbanisasi) meningkat maka Y1 (PDRB Atas Dasar Harga
(45)
> 0 Artinya jika X (Urbanisasi)meningkat maka Y2 (Tingkat penyerapan tenaga
kerja) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.
> 0 Artinya jika X (Urbanisasi) ) meningkat maka Y3
3.6 Metode Analisis
(Tingkat Index Pembangunan
Manusia) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.
3.6.1 Analisis Kausalitas a. Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas merupakan uji yang digunakan untuk melihat hubungan sebab akibat antar variabel yang tidak hanya berjalan satu arah. Hubungan yang ada bisa saja berjalan dua arah atau timbal balik. Uji ini pada intinya mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja.
1. Perumusan terhadap hipotesis nol terhadap regresi pertama
2. Melakukan regresi penuh pada variabel yang ada terhadap semua lag dan juga terhadap lag variabel – variabel lainnya.
3. Melakukan regresi terbatas. Dari regresi ini akan diperoleh Sum Square of Error terbatas.
4. Melakukan uji f
5. Jika nilai Fhitung > Ftabel
Dalam suatu persamaan terdapat 4 keadaan hubungan, yakni
berarti Ho ditolak yang artinya bahwa variabel X mempengaruhi variabale Y. Demikian juga sebaliknya.
(46)
• Kausalitas searah antara X ke Y jika • Kausalitas searah antara X ke Y jika • Kausalitas bilateral ( dua arah ) X ke Y jika • Tidak saling berhubungan jika
b. Vector Autoregression ( VAR )
Model VAR dapat menjawab perdebatan akibat model yang terlalu mengacu kepada teori. Model ini tidak terlalu terikat kepada teori karena tidak membedakan variabel ekosogen dan endogen.Variabel eksogen adalah variabel yang tidak dipengaruhi variabel lain. Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Perbedaan antar analisa VAR dengan model pada uji Kausalitas Granger terletak pada model VAR yang meletakkan variabel intercept. Dalam model VAR dinyatakan bahwa variabel bebas merupakan lag dari variabel terikatnya. Jika jumlah lag terlalu besar, maka degreee of freedom akan semakin terbatas. Selain lag niali Akaike Infornation Creterion (AIK) dan Schwarz Information Creterion (SIC). Nilai ini bertujuan untuk memilih model yang paling baik. Nilai yang paling rendah dari model mengindikasikan bahwa model tersebut paling tepat.
Model ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model VAR ini antara lain:
1. Model ini memiliki model yang sederhana. Seluruh variabel penelitian
dianggap variabel endogen.
2. Estimasinya sangat mudah yaitu dengan mengggunakan OLS.
3. Peramalan dengan model ini lebih mudah dibandingkan dengan model
(47)
Sementara kekurangan dari model VAR adalah:
1. Model ini mengabaikan teori dan informasi terdahulu. Sehingga model ini bukan model struktural.
2. Model ini lebih bertujuan untuk peramalan, sehingga tidak cocok sebagai analisa kebijakan.
3. Banyaknya lag yang digunakan pada persamaan menimbulkan permasalahan.
Sehingga data yang diperlukan cukup besar.
4. Interpretasi koefisien yang didapat dari model VAR tidak mudah. 5. Semua variabel dalam VAR harus stasioner.
3.6.2 Analisis Regresi Linier a. Uji t-statistik
Pengujian ini merupakan pengujian ssecara parsial yang berguna untuk melihat apakah koefisien signifikan atau tidak signifikan pada variabel dependen dan variabel lainnnya diangggap konstan.
Dalam hal ini dinyatakan:
H0 : bi = b Ha : bi ≠ b
Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak.
Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.
(48)
Ha diterima Ho diterima Ha diterima
Gambar 3.1 Kurva Uji t – Statistik
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearity
Multikolinieritas terjadi apabila hubungan linier yang sempurna di antara beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R2, F-hitung, t-hitung dan standart error.
Adanya multikolinearity ditandai dengan: 1. Nilai R2
2. Nilai koefisien variabel tidak sesuai dengan hipotesis, misalnya variabel yang seharusnya memiliki pengaruh positif, namun hasil estimasinya menunjukkan hasil negatif.
yang tinggi, namun standar error dan tingkat signifikansi masing – masing variabel rendah.
(49)
Model linear klasik mengasumsikan bahwa faktor pengganggu yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh faktor pengganggu pada pengamatan lainnnya. Nilai dilambangkan dengan :
E(μi :μj)= 0 i ≠ j
Ada bebarapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu: 1. Dengan D-W Test (uji Durbin-Watson)
Langkah – langkah yang dilakukan untuk menggunakan uji DW tersebut adalah :
a. Lakukan estimasi regresi dengan menggunakan model empiris yang
sedang diamati. Selanjutnya hitung nilai residualnya.
b. Hitung nilai D-W statistik ini dengan rumus sebagai berikut : Dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi.
H0 : ρ = 0, artinya ada autokorelasi.
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam table distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α. Kemudian nilai DW dibandingkan dengan nilai DW tabel dengan pedoman
Tolak H0 berarti tidak ada auto korelasi positif, bila nilai DW hitung terletak antara 0 < d < d1
Tolak Ho berarti tidak ada autokorelasi negatif apabila nilai DW statistik terletak antara 4-d1 < d < 4.
Terima Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi negatif ataupun
autokorelasi positif, bila nilai DW statistik terletak antara du < d < 4- du.
(50)
Ragu – ragu (inconclusive) tidak ada autokorelasi negatif bila du ≤ d ≤ 4 – d1
2.Dengan menggunakan grafik
3.7.3 Uji Normalitas
Dalam model OLS nilai rata – rata deri faktor pengganggu adalah nol. Untuk melihat normal tidaknya faktor pengganggu mak dilakukanuji Normalitas dengan menggunakan Jarque-Bere ( J-B test ). Langkah – langkah untuk mendapatkan J-B test adalah:
1. Hitung skewness dan kurtososis 2. Hitung nilai J-B statistic
Dimana :
N = jumlah observasi S = skewness
K = kurtonis
3. Bandingkan nilai J-B hitung dengan nilai x2
3.8 Defenisi Operasional
tabel.
1. Tingkat urbanisasi adalah peningkatan proporsi atau pemusatan jumlah
penduduk yang ada di daerah perkotaan (dalam persen).
1. PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan berbagai
(51)
2. Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja sesuai
dengan kesempatan kerja yang ada (dalam orang).
3. IPM adalah indikator komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur
pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu daerah
(angka indeks).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis
Deli serdang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Sumatera
Utara. Kabupaten Deli Serdang berada di kawasan pantai timur Sumtera Utara.
Daerah ini berada pada 2057” LU, 3016 LS dan 98033 – 990
• Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Langkat dan Selat Malaka
27 BT. Kabupaten Deli
Serdang memiliki batasan dengan kabupaten lainnya antara lain:
• Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Karo dan Simalungun.
• Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Langkat dan Karo.
• Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Serdang Begadai.
Kabupaten ini memiliki luas area sebesar 2.497,72 km2 dan terdiri dari 22
kecamatan dan 394 desa/kelurahan definitif. Kabupaten Deli Serdang merupakan
kabupaten dengan wilayah geografis diantara wilayah pantai, dataran rendah dan
(52)
Hamparan Perak, Percut Sei Tuan, Labuahan Deli dan Pantai Labu dengan luas
keseluruhan 630,02 km2. Wilayah dataran rendah memiliki 11 kecamatan yakni
Pancur Batu, Namorambe, Galang, Tanjung Morawa, Patumbak, Deli Tua,
Sunggal, Batang Kuis, Beringgin, Lubuk Pakam dan Pagar Merbau dengan luas
keseluruhan 802,65 km2. Wilayah dataran tinggi pegunungan meliputi 7
kecamatan yaitu, Gunung Meriah, STM Hulu, Sibolangit, Kutalimbaru, Biru-biru,
STM Hilir dan Bangun Purba dengan luas keseluruhan 1065,65 km2
Kabupaten Deli Serdang berbatasan langsung dengan Kota Medan. Letak
geografis ini secara langsung berdampak bagi perekonomian Deli Serdang yang
ikut memperoleh kemajuan di kota Medan.
.
4.1.2Kondisi Demografi
Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera
Utara dengan ibukota kabupaten Lubuk Pakam. Luas daerah sekitar 2808,91 km2.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk 1.790.431 jiwa
dengan tingkat kepadatan penduduk 637,41 jiwa / km2 yang terdiri dari 901915
penduduk laki-laki dan 888516 penduduk perempuan. Jumlah rumah tangga yang
ada sebesar 420305 rumah tangga dan rata-rata setiap rumah dihuni 4-5 jiwa.
Di Sumatera Utara kabupaten ini merupakan kabupaten dengan total
populasi terbesar kedua setelah kota Medan. Pada tahun 2010 jumlah penduduk
yang tinggal di kota lebih banyak dibandingkan di desa. Sebanyak 75,72 %
penduduk menetap di kota dan 24,48 % penduduk menetap di pedesaan.
(53)
Potensi sautu wilayah dapat dikaji melalui sumber daya alam yang ada,
luas wilayah, besarnya jumlah penduduk, Total Produk Domestik Regional Bruto,
Produk Domestik Regional per kapita. Potensi sumber daya alam yang ada
berkembang di kecamatan Percut Sei Tuan melalui perkembangan wilayah pantai
dan perikanan dan menjadi daerah tujuan wisata. Perkembangan wilayah pantai
dan perikanan tercermin melalui hasil perikanan yang di ekspor ke berbagai
daerah lainnya. Pada tahun 2010 total PDRB kabupaten Deli Serdang sebesar
milyar berada pada posisi. Pendapatan perkapita sebesar . Ketergantungan kota
Medan dan Kabupaten Deli Serdang mengakibatkan Jumlah penduduk yang besar,
kepadatan yang tinggi dan lokasi industri yang berbatasan langsung dapat
dijadikan alternatif lokasi industri selain di Kota medan.
Pesatnya kemajuan di sektor industri tercermin melalui berkembangnya
pusat-pusat bisnis di kabupaten Deli Serdang yang berbatasan langsung dengan
kota Medan antara lain seperti MMTC ( Medan Mega Trade Center ) yang ada di
kecamatan Percut Sei Tuan. Deli Serdang memiliki beberapa sentra industri antara
lain di kecamatan Sunggal yang terdiri dari industri besar dan sedang berjumlah
sekitar 126 perusahaan. Kecamatan Tanjung Morawa dikenal sebagai Kawasan
Industri Medan Star (KIM Star) dengan jumlah sekitar 112 perusahaan yang
terdiri dari industri besar dan kecil.
Selebihnya tersebar di 15 kecamatan- kecamatan lainnya yang memiliki
industri. Infrastruktur transfortasi, jumlah angkatan kerja yang ada menyebabkan
perkembangan sektor industri cukup pesat. Beroperasinya Bandar Udara
(54)
di sektor industri. Di proyeksikan keberadaan Bandara ini akan meningkatkan
kesejahtraan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang.
4.2 Gambaran Perekonomian Kabupaten Deli Serdang
Kesejahtraan masyarakat tampak nyata melalui keberhasilan pelaksanaan
tugas pemerintah di suatu daerah tersebut. Kesejahtraan masyarakat tercapai
dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Wilayah kabupaten Deli Serdang
yang berbatasan langsung dengan kota medan membuat kabupaten ini menjadi
sangat strategis dan dapat dijadikan sebagai wilayah alternatif dalam kegiatan
ekonomi. Wilayah yang stategis ini mengakibatkan tercapainya laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.
Laju pertumbuhan ekonomi Deli Serdang pada tahun 2005 sebesar 4,97%,
pada tahun 2006 sebesar 5,45%, pada tahun 2007 sebesar 5,74%, pada tahun 2008
5,95% pada tahun 2009 sebesar 5,42%. Pada tahun 2005 sampai 2008 terjadi
kenaikan pertumbuhan ekonomi sedangkan pada tahun 2009 terjadi penurunan
laju ekonomi sebesar 0.53%. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun
2012 sebesar 6,06%.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi setiap tahunnya mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hanya pada tahun 2009 terjadi sedikit
penurunan. Kabuapten Deli Serdang diprediksi akan terus mengalami laju
(55)
infrasturktur yang memadai dapat dijadikan alasan pokoknya. Ini terbukti dari
penghargaan yang diperoleh kabupaten Deli Serdang sebagai daerah dengan
infrastruktur yang baik pada tahun 2013 dari kementrian PU.
4.3 Perkembangan Tingkat Urbanisasi di Kabupaten Deli serdang
Banyaknya penduduk urban di suatu daerah dapat mengakibatkan tingkat
urbanisasi yang cukup tinggi. Hal ini tercermin melalui tekanan penduuk yang
ada. Urbanisasi di suatu daerah dapat dilihat melalui jumlah penduduk urban
(perkotaan) dibagi dengan jumlah penduduk keseluruhan di suatu daerah. Berikut
adalah tabel tingkat urbanisasi di Deli Serdang.
Tabel 4.1
Tabel tingkat urbanisasi di Deli Serdang
tahun tingkat urbanisasi
1990 37.26
1991 42.27
1992 39.78
1993 37.78
1994 46.12
1995 46.68
1996 48.54
1997 48.39
1998 49.81
1999 59.51
2000 66.29
2001 52.52
2002 52.17
2003 49.74
2004 57.75
2005 53.84
2006 58.11
(56)
2008 58.13
2009 58.67
2010 75.72
2011 76.78
2012 76.66
Sumber: BPS Sumatera Utara ; Deli Serdang dalam Angka 1990 - 2012
Tingkat urbanisasi di kabupaten Deli Serdang dari tahun 1990 sampai 2012
mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2000 terjadi kenaikan sebesar
6.78% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2001
tingkat urbanisasi kembali mengalami penurunan sebesar 13,77%. Penurunan
tingkat urbanisasi pada tahun ini tergolong cukup signifikan. Sedangkan pada
tahun 2009 dan 2010 terjadi kenaikan sebesar 17,02%. Pada tahun 2010 sampai
tahun 2012 tidak terjadi kenaikan tingkat urbanisasi yang cukup signifikan namun
tetap mengalami kenaikan. Naik turunnya tingkat urbanisasi setiap tahun di Deli
Sedang terjadi karena banyak faktor-faktor. Salah satunya melalui faktor
penyebab dan pendorong urbanisasi.
4.4 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto di Deli Serdang
Produk Domestik Regional Bruto di suatu daerah diharapkan memiliki
nilia yang tinggi. Pertumbuhan PDRB yang tinggi pada sektor sekunder dan
tersier belum pasti mengakibatkan tingakat kesejahtaaan di suatu daerah terjamin.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus dibarengi dengan keberadaan jumlah
penduduk yang ada di suatu daerah. PDRB Deli Serdang menunjukkan tren yang
menarik dari tahun ke tahun, baik secara total maupun per lapangan usaha ( sektor
(57)
pertumbuhan yang relatif cukup tinggi. Hal ini tampak nyata dari nilai PDRB riil
yang setiap tahunnya semakin besar, baik secara total maupun secara sektoral.
Tabel berikut ini menunjukkan angka PDRB Deli Serdang dari tahun 1990-2012
berdasarkan pembagian sektoral.
Tabel 4. 2
Produk Domestik Regional Bruto Sektoral Kabupaten Deli Serdang
Tahun primer sekunder tertier
1990 339518,60 164219,36 219530,06
1991 347792,30 195317,96 233841,95
1992 349314,35 315954,70 272551,96
1993 689658,85 767748,98 545337,45
1994 754877,61 892558,29 646381,98
1995 860778,22 989410,52 698902,83
1996 972437,52 1113707,80 768778,08
1997 1006061,14 1218924,07 825210,74
1998 1042433,69 1018579,39 757657,67
1999 1102763,28 1048831,54 758821,03
2000 1245244,00 1064750,70 770271,20
2001 786081,69 1610444,30 1119799,77
2002 1764175,72 4444213,03 3564652,41 2003 1746851,31 4437015,38 3801026,02 2004 2013560,00 4561190,00 3903630,00 2005 2109600,00 4802260,00 4085860,00 2006 2468310,00 5032550,00 4367460,00 2007 2232670,00 5302470,00 4729020,00 2008 2339750,00 5536030,00 4838630,00 2009 2453205,49 5830181,71 5434672,33 2010 2579183,43 6322531,08 5815014,03 2011 2695337,76 6422464,71 5330682,87
(58)
2012 2841144,77 6734637,14 6746250,93
Sumber : BPS Sumatera Utara ; Deli Serdang dalam Angka 1990 – 2012 ; Data diolah
Puncak pertumbuhan ekonomi Deli Serdang pada periode 2007-2008 yaitu
sama-sama tumbuh sebesar 5,8%. Tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut masih
jauh berada dibawah pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, dimana tingkat
pertumbuhan Sumatera Utara tumbuh lebih dari 6%. Bila dilihat berdasarkan
sektoral, maka sektor yang ada terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 1990
sektor primer merupakan sektor yang berperan lebih banyak dibandingkan dengan
sektor sekunder dan tertier yakni sebesar 339.518,60 juta rupiah. Pada tahun
1992-1993 sektor sekunder mengalami kenaikan yang cukup signifikan yakni
sebesar 391.794,28 juta rupiah . Pada tahun 2001 sektor primer mengalami
penurunan dari tahun 2000 yakni hanya sebesar 786.081,69 juta rupiah. Dari
tahun 2001-2002 sektor industri mengalami kenaikan pertumbuhan yakni sebesar
2833768,73 juta rupiah. Demikian juga pada sektor tertier yang mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 sektor ini sudah berada pada
6.746.250,39 juta rupiah. Dikaji dari tahun ke tahun sektor industri merupakan
penyumbang PDRB terbesar, dimana sektor ini cukup signifikan kenaikannya dari
tahun ke tahun.
Hal ini dapat dilihat melalui grafik. Pada gambar grafik terlihat pada tahun
2002 sektor industri telah berada pada pada posisi tertinggi proporsinya terhadap
total PDRB Deli Serdang. Tren ini menunjukkan kecendrungan yang terus
menerus meningkat setiap tahun. Disusul oleh sektor jasa-jasa dengan tren yang
(59)
turun dari tahun ke tahun. Gambar grafik tersebut menggambarkan transformasi
struktural sesuai dengan yang digambarkan oleh Chenery dan Syrquin.
Gambar 4.1: Grafik transformasi struktur ekonomi Deli Serdang berdasarkan PDRB sektoral
4.5 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja sektor Industri di Deli Serdang Setiap sektor dalam PDRB turut menyumbangkan penyerapan tenaga kerja
yang ada. Angka penyerapan tenaga kerja yang akan dibahas adalah sektor
industri. Kemampuan penyerapan tenaga kerja yang ada pada sektor sekunder /
industri mengalami nilai yang naik turun, tidak sesuai dengan nilai PDRB sektor
industri yang cenderung mengalami peningkatan. Berikut ini merupakan tabel
(60)
Tabel 4.3
Penyerapan tenaga Kerja di sektor industri
tahun
Angka Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
1990 25,34
1991 22,54
1992 24,13
1993 27,09
1994 32,27
1995 28,13
1996 30,22
1997 30,63
1998 28,7
1999 29,63
2000 29,16
2001 30,71
2002 28,89
2003 31,63
2004 31,21
2005 29,62
2006 26,84
2007 31,79
2008 31,81
2009 31,45
2010 28,33
2011 36,34
2012 34,59
Sumber : BPS Sumatera Utara
Pada tahun 1994 terjadi gejolak terhadap penyerapan tenaga kerja sektor
sekunder, dimana mengalami kenaikan sebesar 5,18% dari tahun 1993 dan
mengalami penurun sebesar 4,14 % pada tahun 1995. Pada tahun 1998 saat
(61)
mengalami penurunan sebesar 1,93 %. Hal ini dapat terjadi karen krisis ekonomi
cenderung berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja. Pada tahun – tahun
berikutnya angka penyerapan tenaga kerja mengalami niali yang naik turun. Pada
tahun 2007-2012 angka penyerapan berada pada kisaran 30-an %. Hanya pada
tahun 2010 nilai penyerapan tenaga kerja berada pada kisaran 28,33%.
4.6 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Deli Serdang
Indeks IPM merupakan indikator yang sering digunakan untuk melihat
kualitas hidup suatu daerah. Setelah dikaji bahwa IPM di Kabupaten Deli Serdang
berada pada nilai yang cukup tinggi.Pada tahun 2008 IPM berada pada angka
74,4. Angka ini sudah termasuk tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Tetapi
masih berada dibawah daerah lain seperti Toba Samosir, Kota tanjung Balai,
Pematang Siantar, Tebing Tinggi dan kota Medan. Nilai IPM pada tahun 2000-an
cenderung berada pada kisaran 70-an %, dan cenderung mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun. Berikut ini merupakan tabel nilai Indeks Pembangunan Manusia
(62)
Tabel 4.4
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Deli Serdang
Tahun IPM
1990 67.3
1991 66.6
1992 68.8
1993 72.1
1994 69.1
1995 66.1
1996 70.5
1997 68.4
1998 72.4
1999 66.1
2000 68.8
2001 73.2
2002 70.2
2003 68.4
2004 71.6
2005 72.4
2006 73.2
2007 73.8
2008 74.4
2009 74.6
2010 75.2
2011 75.6
2012 75.7
Sumber: BPS Sumatera Utara
4.7 Hasil Analisis
Analisis pembahasan ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara
(63)
dari variabel-variabel yang ada. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil
penelitian dan telah diolah dengan menggunakan eviews 5.0 serta dapat dilihat
hasilnya dalam lampiran.
4. 8 Analisis kausalitas Granger
Analisis kausalitas granger ini dilakukan untuk melihat apakah ada
hubungan dua arah atau hubungan timbal balik antara variabel-variabel yang ada.
Analisis ini dilakukan berdasarkan data-data yang telah diperoleh. Berikut adalah
hasil estimasi data kausalitas granger.
• Urbanisasi dan PDRB di sektor industri.
Lag 2 Observasi F stat prob
Urbanisasi terhadap PDRBindustri 21 9,1616494 0,00223
PDRBindustri terhadap urbanisasi 21 2,24671 0,13805
Lag 3 Observasi F stat prob
Urbanisasi terhadap PDRB 20 6,24826 0,00715
PDRB terhadap urbanisasi 20 1,56497 0,24534
Berdasarkan uji granger kausalitas variabel urbanisasi signifikan
mempunyai hubungan kausalitas terhadap PDRB di sektor industri dimana nilai
(64)
signifikan mempunyai hubungan kausalitas terhadap variabel urbanisasi yang
terlihat dari nilai probabilitas 0,138 > 0,05.
• Urbanisasi dan Penyerapan tenaga kerja di sektor industri
Lag 2 Observasi F stat prob
Urbanisasi terhadap Tenaga Kerja 21 3,24582 0,04115
Tenaga Kerja terhadap urbanisasi 21 0,84248 0,44888
Lag 3 Observasi F stat prob
Urbanisasi terhadap Tenaga Kerja 20 3,66445 0,04115
Tenaga Kerja terhadap urbanisasi 20 0,79391 0,51880
Berdasarkan uji granger kausalitas variabel urbanisasi signifikan
mempunyai hubungan kausalitas terhadap tenaga kerja dimana nilai
probabilitasnya 0,04115 < 0,05 tetapi variabel tenaga kerja tidak signifikan
mempunyai hubungan kausalitas terhadap variabel urbanisasi yang terlihat dari
nilai probabilitas 0,4488 > 0,05.
• Urbanisasi dan Indeks Pembangunan Manusia
Lag 2 Observasi F stat prob
Urbanisasi terhadap IPM 21 2,63808 0,10224
IPM terhadap urbanisasi 21 4,14606 0,03542
(65)
Urbanisasi terhadap IPM 20 1,11036 0,38036
IPM terhadap urbanisasi 20 2,25481 0,13034
Berdasarkan uji granger kausalitas variabel urbanisasi tidak signifikan
mempunyai hubungan kausalitas terhadap variabel IPM dimana nilai
probabilitasnya 0,10224 > 0,05 tetapi variabel IPM signifikan mempunyai
hubungan kausalitas terhadap variabel urbanisasi yang terlihat dari nilai
probabilitas 0,03542 < 0,05.
4.9 Hasil Analisis VAR
Dalam analisis VAR, terdapat langkah-langkah yang dilakukan. Langkah
pertama yang perlu dilakukan adalah uji kausalitas granger. Uji VAR dapat
dilakukan apabila telah dilakukan uji kausalitas granger. Analisis VAR baru dapat
dilakukan apabila terdapat hubungan yang saling menyebabkan atau hubungan
timbal balik. Hal tersebut terjadi karena tidak dapat dipisahkan mana yang
menjadi variabel endogen dan variabel eksogen.
• Hasil VAR PDRB dan Urbanisasi
R-square = 0,971006 Akaike AIC = 29,23597 Schwarz SC = 29,58447
Berdasarkan nilai VAR diatas dapat disimpulkan bahwa variabel
(66)
seluruh lag PDRB di sektor industri. Demikian juga halnya variabel PDRB di
sektor industri.
• Hasil VAR Penyerapan Tenaga Kerja dan Urbanisasi
R-square = 0,492698 Akaike AIC = 4,513947 Schwarz SC = 4,862453
Berdasarkan nilai VAR diatas dapat disimpulkan bahwa variabel urbanisasi
signifikan dipengaruhi oleh seluruh variabel lag urbanisasi dan juga seluruh lag
PDRB di sektor industri. Demikian juga halnya variabel PDRB di sektor industri.
• Hasil VAR Indeks Pembangunan Manusia dan Urbanisasi
R-square = 0,561035 Akaike AIC = 4,868267 Schwarz SC = 5,216774
Berdasarkan nilai VAR diatas dapat disimpulkan bahwa variabel urbanisasi
signifikan dipengaruhi oleh seluruh variabel lag urbanisasi dan juga seluruh lag
PDRB di sektor industri. Demikian juga halnya variabel PDRB di sektor industri.
4.10 Hasil Analisis Regresi 4.10.1 Interpretasi Model
(67)
Model persamaan adalah sebagai berikut:
Y1 =α + β X+µ………...(1)
Y2= α + βX+μ………...(2)
Y3
Dimana :
= α + βX+μ………...(3)
Y1 = Pendapatan Domestik Regional Bruto di sektor industri (Rupiah) Y2 = Tingkat Penyerapan Angkatan Kerja di sektor industri (Persen) Y3 = Tingkat IPM (Persen)
X = Urbanisasi (Persen)
α = Intercept/ Konstanta β= Koefisien Regresi
μ = Term of Error (Kesalahan Penggunaan)
Berdasarkan hasil regresi linier sederhana dengan menggunakan program Eviews 5.0 diperoleh estimasi sebagai berikut:
Regresi antara PDRB di sektor industri dan urbanisasi
Y1 = -5609121+158844,99X
Standard Error = 1609915,00 1
t-statistik = 5,295117
R2= 0,571763 Adjust R
f- statistik =28,03826 2
= 0,551371 DW-Statistik = 0,551021
(68)
Hasil diatas dapat diinterprestasikan sebagai berikut:
1. Nilai koefisien determinasi ( R2
2. Koefisien urbanisasi adalah positif, artinya ada pengaruh positif antara
urbanisasi dengan PDRB di sektor industri. Semakin besar urbanisasi akan
meningkatkan PDRB di sektor industri. Koefisien dari variabel urbanisasi
adalah 158844,99. Berarti setiap kenaikan 1 jiwa urbanisasi akan
meningkatkan PDRB di sektor industri sebesar 158844,99.
) adalah sebesar 0,571763. Artinya
variabel urbanisasi dapat menjelaskan variabel PDRB sektor industri
sebesar 57,1763%. Sedangkan 42,8237% dapat dijelaskan oleh variabel
lainnya.
3. Nilai t-statistika dari variabel adalah 5,295117 dengan probabilitas sebesar
0,000 menunjukkan bahwa variabel urbanisasi secara signifikan
mempengaruhi variabel PDRB di sektor industri pada tingkat signifikansi
1%.
Regresi antara Penyerapan Tenaga Kerja dan urbanisasi
Y= 20,05728+0,175538X Standard Error = 2,471871
1
t-statistik = 3,811092
R2 = 0,471872 Adjust R
f- statistik = 14,52442 2
= 0,380708 DW-Statistik = 1,882997
(69)
Hasil diatas dapat diinterprestasikan sebagai berikut:
1. Nilai koefisien determinasi ( R2
2. Koefisien urbanisasi adalah positif, artinya ada pengaruh positif antara
urbanisasi dengan Penyerapan Tenaga Kerja. Semakin besar urbanisasi
akan meningkatkan Penyerapan Tenaga Kerja. Koefisien dari variabel
urbanisasi adalah 0,175538. Berarti setiap kenaikan 1 jiwa urbanisasi akan
meningkatkan Penyerapan Tenaga Kerja sebesar 0,175538.
) adalah 0,471872 sebesar. Artinya
variabel urbanisasi dapat menjelaskan variabel Penyerapan Tenaga Kerja
sebesar 47,1872%. Sedangkan 52,8128 % dapat dijelaskan oleh variabel
lainnya.
3. Nilai t-statistika dari variabel adalah 3,811092 dengan probabilitas sebesar
0,001 menunjukkan bahwa variabel urbanisasi secara signifikan
mempengaruhi variabel Penyerapan Tenaga Kerja pada tingkat
signifikansi 1%.
Regresi antara IPM dan urbanisasi
Y= 61,56057+0,174640X Standard Error = 2,480894
1
t-statistik = 3,77805
R2 = 0,480894 Adjust R
f- statistik = 14,27181 2
(1)
Berdasarkan hasil uji normalitas antara IPM dan Urbanisasi diperoleh bahwa nilai J-B test adalah 0,909159 dan nilai χ2 tabel = 3,841 sehingga J-B test > nilai χ2 tabel dan nilai probabilitas > 0,05 sehingga data berdistribusi normal.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh Urbanisasi terhadap Transformasi Struktur Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang, maka penulis dapat menarik kesimpulan, yaitu:
1. Koefisien Determinan ( R-Square ) pada persamaan 1 adalah 0,571763 atau 57,17 %, hal ini menunjukkan bahwa variabel urbanisasi dapat menjelaskan variabel PDRB di sektor industri sebesar 57,17% sedangkan 42,82 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi, ceteris paribus.
Koefisien Determinan ( R-Square ) pada persamaan 2 adalah 0,40885 atau 40,88 %, hal ini menunjukkan bahwa variabel urbanisasi dapat menjelaskan variabel penyerapan tenaga kerja di sektor industri sebesar 40,88 sedangkan 59,12 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi, ceteris paribus.
Koefisien Determinan ( R-Square ) pada persamaan 3 adalah 0,4046 atau 40,46 %, hal ini menunjukkan bahwa variabel urbanisasi dapat menjelaskan variabel IPM di sektor industri sebesar40,46 % sedangkan 59,54 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi, ceteris paribus.
(3)
2. Urbanisasi berpengaruh positif terhadap tingkat PDRB sektor industri di Deli Serdang dengan tingkat kepercayaan 99% dan besarnya koefisiennya sebesar 158844,5 artinya setiap kenaikan urbanisasi sebesar 1 jiwa maka akan menyebabkan peningkatan PDRB sektor industri sebesar 158844,5 juta rupiah per tahun, ceteris paribus
3. Urbanisasi berpengaruh positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri di Deli Serdang dengan tingkat kepercayaan 99% dan besarnya koefisiennya sebesar 0,175638 artinya setiap kenaikan urbanisasi sebesar 1 jiwa maka akan menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor industri sebesar 0,175638 jiwa atau setiap kenaikan tingkat urbanisasi sebesar 1000 jiwa akan menyebabkan peningkatan tingkat penyerapan tenaga kerja sebanyak 18 jiwa , ceteris paribus.
4. Urbanisasi berpengaruh positif terhadap tingkat IPM di Deli Serdang dengan tingkat kepercayaan 99% dan besarnya koefisiennya sebesar 0,174640 artinya setiap kenaikan urbanisasi sebesar 1 jiwa maka akan menyebabkan peningkatan IPM sebesar 0,174640 , ceteris paribus.
(4)
5.2 Saran
1. Ketimpangan dalam pembangunan antar daerah cenderung mengakibatkan tingginya tingkat urbanisasi yang ada, menyebabkan timbulnya hasrat masyarakat untuk menetap di kota dengan harapan mendapatkan kesejahtraan dan penghidupan yang lebih baik. Kebijakan dalam pembangunan di setiap daerah sangat perlu dikaji ulang dan perhatian khusus agar terjadi keseimbangan jumlah penduduk di desa dan kota.
2. Tingkat urbanisasi yang tinggi akan berdampak buruk bagi kehidupan di perkotaan dimana mengakibatkan tingginya angka kriminalitas dan timbulnya daerah kumuh di kota.
3. Munculnya tenaga –tenaga kerja yang tidak trampil yang menjadi beban terhadap angka pengangguran dimana tenaga kerja tersebut tidak dapat masuk dan diserap oleh pasar tenaga kerja yang ada.
4. Perlunya data – data tentang tingkat urbanisasi dan kependudukan yang valid guna mencapai tujuan pembangunan. Sehingga dapat dikaji tingkat produktifitas setiap penduduk yang ada terhadap lapangan kerja yang tersedia.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS), (1989-2008), Sumatera Utara Dalam Angka, Medan : Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik (BPS), (1989-2008), Pendapatan Regional (PDRB), Medan : Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik (BPS), (1989-2008), Penduduk Sumatera Utara. Jakarta – Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB Provinsi – provinsi di Indonesia Menurut Penggunaan. Jakarta – Indonesia.
FEUI, Demografi, Lembaga, 2007. Dasar – Dasar Demografi, Jakarta : Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Gujarati, Damodar, 1999. Ekonometrika Dasar, Jakarta : Penerbit Erlangga. Heer, M David, 1985. Masalah Kependudukan Di Negara – Negara Berkembang, Jakarta. Bina Aksara.
Kuncoro, Mudrajad Ph.D, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews Dalam Ekonometrika, Medan : USU Press.
Rujiman, 1992. Urban dan Pembangunan Ekonomi di Indonesia. Warta Demografi Tahun XXII/No.7. Edisi Juli 1992.
Sirait, A Robby, 2007. Urbanisasi, Mobilitas dan perkembangan Perkotaan di Indonesia, Jakarta: Alumni Universitas Indonesia.
(6)
Ketiga Edisi Kedelapan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Wirosuhardjo, Kartomo, 1981. Dasar – Dasar Demografi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia