Teori Belajar KAJIAN PUSTAKA

7 2. Motivasi belajar adalah merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.

3. Hasil belajar IPS adalah kemampuan siswa yang ditunjukkan oleh keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran dan hasil nilai ulangan hariannya. 4. Aktifitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran dan perhatian yang ditunjukkan oleh kemampuan pengerjaan tugas secara berkelompok serta mengajukan pertanyaaan kepada guru. 5. Media pembelajaran : alat yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyatakonkret dan memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Belajar

8 Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, terdapat masalah- masalah yang memerlukan landasan teori saling terkait dan mendukung. Selain sebagai pedoman dalam pemecahan masalah pokok, landasan teori juga berfungsi sebagai kerangka kerja, yaitu untuk mengatur data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam rangka melakukan uji kebenaran hipotesis yang penulis rumuskan. Belajar adalah suatu perbuatan yang dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dan sesuatu yang harus dilakukan setiap manusia, sehingga belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku manusia melalui pengalaman Witherington, 1982:11. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman Gagne, 1984 dalam Ratna Wilis 1989:11. Gagne 1984 dalam Ratna Wilis 1989:12 mengemukakan, bahwa ada lima bentuk belajar, yaitu; a belajar responden, b belajar kontinguitas, c belajar operant, d belajar observasional, e belajar kognitif. Benyamin S. Bloon dkk. dalam Saifuddin Azwar 2007:8 membagi belajar menjadi tiga bagian yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotor. Aspek kognitif meliputi pula abilitas aktual, yaitu abilitas yang telah diterjemahkan dalam bentuk performansi nyata. Performasi nyata disebut dengan prestasi yang merupakan fungsi dari abilitas potensial dan hasil belajar. Hampir semua ahli teori belajar, baik pengikut faham behaviorisme maupun kognitivisme, menekankan pentingnya umpan balik berupa nilai, guna meningkatkan belajar, Thorndike, 1991 dalam Saifuddin Azwar, 1996:15. 9 Discrall 1994 dalam Haryono 2007 membagi teori belajar ke dalam tiga kelompok besar yaitu: 1. Objektivisme adalah realitas aliran yang memandang realita secara objektif. Realitas adalah pembelajar harus menginterpretasikan ke dalam proses belajarnya dan bersifat tunggal serta terfragmentasi. Pengetahuan dalam pandangan ini diperoleh dari pengalaman. 2. Interpretivisme menganggap bahwa realita merupakan hasil konstruksi manusia. 3. Pragmatisme adalah menggabungkan antara objektivisme dan interpretivisme. Realitas dipandang dapat diinterpretasikan, dinegosiasikan dan merupakan konsus bersama. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman maupun hasil pemikiran. Menurut Elliot 2000, Shnell 1986, Russel 1996 dan Molenda 2005, dalam Haryono 2007, Teori - teori belajar dikelompokkan ke dalam 4 kelompok besar yaitu ; 1. Kognivisme Kognitivisme didasarkan pada pemikiran yang terjadi di balik tingkah laku. Perubahan tingkah laku diamati dan digunakan sebagai indikator terhadap apa yang terjadi di dalam pembelajaran. Tokoh-tokoh yang berperan dalam perspektif ini antara lain Piaget, Ausubel, dan Bruner. Kognitivisme lebih menekankan pada bagaimana pembelajar berpikir, memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Pandangan konstruktivisme mengembangkan model mental yang dikenal sebagai memori jangka pendek dan 10 memori jangka panjang. Informasi-informasi baru akan disimpan di dalam memori jangka pendek dimana dengan pelatihan yang terus menerus akan disimpan di dalam memori jangka panjang. Pembelajar selanjutnya menggabungkan informasi dan ketrampilan di dalam memori jangka panjang untuk mengembangkan strategi kognitif atau ketrampilan untuk memecahkan permasalahan yang lebih komplek. Kognitivis mempunyai persepsi yang lebih luas tentang belajar dibanding dengan behavioris, pembelajar tidak terlalu tergantung dari petunjuk guru. Prinsip-prinsip dari perspektif kognitif ini adalah pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa. 2. Konstruktivisme Perspektif konstruktivis beranggapan bahwa pembentukan pengetahuan oleh pembelajar dilakukan secara aktif dan akan dihasilkan struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Siswa akan menjadi orang yang kritis menganalisis sesuatu hal karena mereka berpikir, bukan meniru. Pandangan konstruktivis bahwa manusialah yang membangun makna terhadap suatu realita. Implikasinya dalam pembelajaran bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Siswa sendirilah yang aktif secara mental dalam membangun pengetahuannya. Proses pembelajaran konstruktivis mempunyai ciri-ciri: a. Belajar berarti membentuk makna, makna dibentuk dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dialami. b. Konstruksi berarti proses pembentukan yang terus menerus. c. Belajar bukan hanya mengumpulkan fakta, namun merupakan pengembangan pikiran dengan membuat pengertian baru. Fase perha-tian Fase retensi Fase repro-duksi Fase motiva-si 11 d. Hasil belajar tergantung pada apa yang diketahui, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan balikan yang dipelajari. Henry E Garret dalam Syaiful Sagala 2005:13 berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Dimyati dan Mujiono 1994:295 menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Dalam belajar, individu menggunakan ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Akibat belajar tersebut maka kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor bertambah baik. Selanjutnya Gagne dalam Matinis Yamin 2007:18, menyebutkan bahwa fase belajar terjadi setelah mendapat peristiwa model, yaitu fase perhatian attentional phase, fase retensi retention phase, fase reproduksi reproduction phase dan fase motivase motivational phase. Gagne membuat gambar sebagai berikut : Peristiwa model      penampilan Gambar 2.1 Analisis belajar observasional Gagne, 1984 Teori belajar yang lebih terkini disampaikan oleh WS. Winkel 2007:59 yang menyebutkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung secara interaktif aktif dengan lingkungan yang menghasilkan 12 perubahan dalam pengetahuan, pemahaman. Ketrampilan relatif konstan dan berbekas. Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa itu sendiri. Dalam desain instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dilakukan siswa sebagai ilustrasi. Misalnya guru merumuskan sasaran belajar tersebut dapat berfaedah bagi guru untuk membelajarkan siswa. Dalam hal ini ada kesejajaran pada sasaran belajar rumusan guru dan informasi yang disampaikan kepada siswa dengan tujuan belajar siswa Dimyati, 2002:23. Menurut Syaiful 2002:49 tujuan belajar adalah tujuan yang diharapkan bisa memperoleh kecakapan baru. Tujuan belajar secara garis besar dapat disebutkan sebagai berikut : a. Untuk memperoleh pengalaman berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang positif dan berguna dalam hidupnya. b. Untuk meningkatkan kemampuan dan kesanggupan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. c. Agar mampu mengintrospeksi diri mawas diri sehingga mudah menyesuaikan dengan lingkungan. d. Agar mampu mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan dapat memelihara serta melestarikan kebudayaan.

B. Gaya Belajar