Ibu menyusui dan bayinya

56 NOMOR : KEP 548 VI 2015 TANGGAL : 30 JUNI 2015 2 Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatan dapat dilanjutkan sampai 9 bulan; 3 Hati-hati efek samping dengan penggunaan Etambutol karena pasien DM sering mengalami komplikasi kelainan pada mata; 4 Perlu diperhatikan penggunaan Rifampisin karena akan mengurangi efektiitas obat oral anti diabetes sulfonil urea sehingga dosisnya perlu ditingkatkan; 5 Perlu pengawasan sesudah pengobatan selesai untuk mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan.

h. Pasien TB yang perlu mendapat tambahan kortikosteroid.

Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang membahayakan jiwa pasien seperti: 1 Meningitis TB dengan gangguan kesadaran dan dampak neurologis 2 TB milier dengan atau tanpa meningitis; 3 Efusi pleura dengan gangguan pernafasan berat atau efusi pericardial; 4 Penekanan : Laringitis dengan obstruksi saluran nafas bagian atas, TB saluran kencing untuk mencegah penyempitan ureter, pembesaran kelenjar getah bening dengan penekanan pada bronkus atau pembuluh darah; 5 Hipersensitivitas berat terhadap OAT; 6 Immune Response Inlammatory Syndrome IRIS. Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid tergantung dari berat dan ringannya keluhan serta respon klinis. Predinisolon per oral: • Anak : 2 mg kg BB, sekali sehari pada pagi hari; • Dewasa : 30 – 60 mg, sekali sehari pada pagi hari. Apabila pengobatan diberikan sampai atau lebih dari 4 minggu, dosis harus diturunkan secara bertahap tappering of.

i. Indikasi operasi

Pasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi misalnya reseksi paru, adalah: 1 Untuk TB paru: a Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan cara konservatif; b Pasien dengan istula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif; c Pasien TB MDR dengan kelainan paru yang terlokalisir. 2 Untuk .... NOMOR : KEP 548 VI 2015 TANGGAL : 30 JUNI 2015 57 2 Untuk TB ekstra paru. Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya pasien TB tulang yang disertai kelainan neurologik.

j. Efek samping OAT dan penatalaksanaannya.

Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa mengalami efek samping OAT yang berarti. Namun, beberapa pasien dapat saja mengalami efek samping yang merugikan atau berat. Guna mengetahui terjadinya efek samping OAT, sangat penting untuk memantau kondisi klinis pasien selama masa pengobatan sehingga efek samping berat dapat segera diketahui dan ditatalaksana secara tepat. Pemeriksaan laboratorium secara rutin tidak diperlukan. Petugas kesehatan dapat memantau terjadinya efek samping dengan cara mengajarkan kepada pasien unuk mengenal keluhan dan gejala umum efek samping serta menganjurkan mereka segera melaporkan kondisinya kepada petugas kesehatan. Selain daripada hal tersebut, petugas kesehatan harus selalu melakukan pemeriksaan dan aktif menanyakan keluhan pasien pada saat mereka datang ke fasyankes untuk mengambil obat. Efek samping yang terjadi pada pasien dan tindak lanjut yang diberikan harus dicatat pada kartu pengobatannya. Secara umum, seorang pasien yang mengalami efek samping ringan sebaiknya tetap melanjutkan pengobatannya dan diberikan petunjuk cara mengatasinya atau pengobatan tambahan untuk menghilangkan keluhannya. Apabia pasien mengalami efek samping berat, pengobatan harus dihentikan sementara dan pasien dirujuk kepada dokter atau fasyankes rujukan guna penatalaksanaan lebih lanjut. Pasien yang mengalami efek samping berat sebaiknya dirawat di rumah sakit. Tabel berikut, menjelaskan efek samping ringan maupun berat dengan pendekatan keluhan dan gejala. Tabel 15.....