Efisiensi Penggunaan Input dalam Pembuatan Pupuk Organik Padat.

244 untuk memperbaiki sifak fisik, kimia dan sifat biologi tanah.Permasalahan yang sering muncul ditingkat petani antara lain adalah keengganan petani dalam menggunakan limbah kandang sebagai pupuk untuk tanamannya. Beberapa alasan dikemukakan bahwa penggunaan limbah kandang menyulitkan karena membutuhkan banyak tenaga untuk mengangkut dari kandang ke lahan; penggunaan limbah kandang menimbulkan masalah baru yaitu tumbuhnya gulma secara cepat dan menimbulkan bau menyengat.Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan pengelolaan pada limbah kandang yaitu dengan menebarkan bahan decomposit yang dapat mempercepat penguraian limbah kandang. Teknologi ini memerlukan waktu 4 minggu dan membutuhkan tenaga dalam proses pembalikannya. Ada beberapa keuntungan yang di peroleh dari upaya memanfaatkan kotoran sapi untuk diolah menjadi POP, yaitu 1 kandang menjadi lebih bersih dan sehat;2 kotoran yang dikumpulkan mengurangi pencemaran lingkungan;3 mengurangi populasi lalat di sekitar kandang;4 pembuatan pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposisi berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos;5 secara langsung, pupuk tersebut digunakan untuk lahan pertanian atau dapat dijual. Beberapa manfaat POP yang diolah dengan decomposer untuk lahan pertanian, antara lain mampu menggantikan penggunaan pupuk kimia atau mengurangi biaya produksi, bebas dari biji tanaman liar gulma, menyediakan unsur hara yang seimbang dalam tanah, meningkatkan populasi mikroba tanah sehingga struktur tanah tetap gembur dan dapat memperbaiki PH tanah. Undang dalam Prihardini dan Purwanto 2007 melaporkan, bahwa seekor sapi muda kebiri akan memproduksi 15-30 kg kotoran per hari. Kotoran yang baru dihasilkan, tidak dapat langsung diberikan sebagai pupuk tanaman, tetapi harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu. Proses pengomposan kotoran sapi jika disimpan akan terurai secara alami sampai menjadi kompos, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama, untuk mempercepat pengomposan digunakan teknologi pengomposan atau biasa disebut aktifator pengomposan, salah satunya dengan EM4. Dalam perkembangannya, pembuatan pupuk organik dengan decomposer tidak lagi membutuhkan tenaga kerja untuk proses pembalikan. Penggunaan bambu atau paralon yang sudah dilubangi secara zig-zag, dipasang ditengah tumpukan limbah kandang, dapat melancarkan keluar- masuknya sirkulasi udara, sehingga tidak perlu lagi dibolak-balik. Cara ini mudah dilakukan dan tentu saja akan menghemat tenaga kerja dalam pembuatannya. Untuk mengetahui besaran input tenaga kerja dalam pembuatan POP hemat tenaga teknologi introduksi dengan pembuatan POP yang biasa dilakukan oleh peternak, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis input-output pembuatan POP introduksi dan POP peternak di kelompok peternak Andini Mulyo Desa Purwomartani Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman. No Item Volume POP introduksi POP peternak Harga satuan Rp Nilai Rp Harga satuan Rp Nilai Rp 1 Bahan dan alat - Limbah kandang 8 ton - - - - - Decomposer 32 kg 18.000 576.000 18.000 576.000 - Urea 32 kg 2.500 80.000 2.500 80.000 - Paralon penyusutanbulan 3 batang 80.000 20.000 - - Jumlah 676.000 656.000 2 Tenaga kerja proses - Tahap awal 8 orang 15.000 120.000 15.000 120.000 - Pembalikan ke 1 8 orang - - 15.000 120.000 - Pembalikan ke 2 8 orang - - 15.000 120.000 - Pembalikan ke 3 8 orang - - 15.000 120.000 - Pembongkaran tahap akhir 8 orang 15.000 120.000 15.000 120.000 Jumlah 240.000 600.000 Total biaya 916.000 1.256.000 3 Produksi 6,4 ton 625.000 4.000.000 625.000 4.000.000 Penerimaan 3.084.000 2.744.000 Selisih penerimaan 340.000 Sumber: Data Primer Terolah, 2016. Catatan: decomposer PrimaDec. 245 Tabel 2 menunujukkan, bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mengolah 8 ton limbah, sebesar Rp. 916.000,- POP introduksi dan sebesar Rp. 1.256.000,- POP yang biasa dilakukan oleh peternak. Dengan demikian, terdapat efisiensi biaya sebesar Rp. 340.000,-atau sebesar 27,07, untuk satu kali produksi sebanyak 8 ton. Efisiensi ini berasal dari input tenaga kerja yang seharusnya dikeluarkan sebagai upah atau imbalan kepada anggota kelompok yang melakukan pembalikan pembalikan dilakukan 3 kali, oleh 8 orang anggota dengan imbalan Rp. 15.000,-orangkali pembalikan. Eifisensi biaya ini akan bertambah jika setiap bulan dapat memproduksi lebih dari satu kali, apalagi jika semua limbah kandangkotoran sapi potong yang ada di wilayah Kabupaten Sleman yang jumlahnya ada 53.022 ekor Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2015 diberdayakan menjadi pupuk organic padat hemat tenaga.Kedua perlakuan pembuatan POP sudah dilakukan uji laboratorium; dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Hasil analisis laboratorium POP yang dilakukan di kelompok Andini Mulyo- Kabupaten Sleman lokasi pendampingan pengembangan kawasan peternakan sapi potong, tahun 2015. No Parameter POP peternak Standar mutuSNI POP introduksi 1 C-organik 23,20 Min 15,00 26,80 2 CN 20,30 15,00 – 25,00 16,80 3 pH H 2 O 9,37 4,00 -9,00 8,70 4 N total 1,14 Min 4,00 1,59 P 2 O 5 total 1,35 1,09 K 2 O total 2,96 3,60 Sumber: Analisis laboratorium tanah BPTP Yogyakarta 2015. Merujuk pada Tabel 3 tersebut, hasil analisis laboratorium ternyata POP yang dihasilkan sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia, baik teknologi insitu maupun teknologi introduksi POP hemat tenaga, sehingga layak untuk dimanfaatkan dan dipasarkan secara lebih luas. Introduksi teknologi pembuatan POP hemat tenaga lebih cocok diterapkan pada kelompoL-kelompok peternak yang anggotanya memiliki aktivitas tinggi dan pada kelompok-kelompok yang telah memiliki jaringan pemasaran yang luas, banyak pesanan terhadap hasil produksi pupuk organik tersebut.

3. Kapasitas Kelompok dalam Menjalin Kerjasama Pemasaran Pupuk Organik dengan Pihak

Luar Kapasitas kelompok dalam upaya meningkatkan kerjasama dengan pihak lain, terutama dari aspek pemasaran POP sudah terbangun.Kelompok Andini Mulyo mampu bekerjasama dengan Gapoktan Purwomartani di desa sendiri terutama untuk mendukung GP-PTT Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi. Kerjasama ini sudah merambah ke Gapoktan desa Selomartani, Tirtomartani dan Tamanmartani yang semuanya berada dalam satu wilayah Kecamatan Kalasan.Adanya pertemuan rutin Gapoktan se Kabupaten Sleman yang diselenggarakan setiap 3 bulan sekali dapat menjadikan wahana untuk memperluas jejaring kerja antar kelompok atau Gapoktan, ataupun membuka peluang pasar secara personal antara petani dengan peternak. Tingginya perminataan POP dapat memotivasi anggota kelompok untuk selalu memproduksi POP; hal ini kadang menjadikan keterbatasan ketersediaan limbah kandangkotoran sapi di tingkat kelompok, sehingga untuk mengembangkan unit usaha tersebut, kelompok Andini Mulyo perlu bekerjasama dengan kelompok lain yang ada disektarnya dalam penyediaan bahan baku POP. Keterbatasan bahan baku kotoran sapi di tingkat kelompok, merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pengurus kelompok agar ketersediaan bahan dasar POP selalu tersedia secara lumintu.Produksi POP kelompok Andini Mulyo, sebagian dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan dijual kepada kelompoktani-kelompoktani yang ada dalam Gapoktan se Kecamatan Kalasan. Terkait dengan pemasaran produksi POP, beberapa lembagainstitusi yang telah bekerjasama dengan kelompok Andini Mulyo; seperti diagram berikut: 246 Diagram keterkaitan kerjasama pemasaran POP Kelompok Andini Mulyo dengan Gapoktan se Kecamatan Kalasan Memperhatikan diagram tersebut, pada uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa sebagai unit produksi, kelompok Andini Mulyo mampu memperkuat, memperlancar dan sekaligus mendorong pengembangan produksi yang dikelola secara bersama.Hal ini selaras dengan pedoman kelompoktani sebagai unit produksi Kementerian Pertanian, 2012 dan diperkuat oleh Syahyuti 2007, bahwa pembentukan dan pengembangan kelompoktani di setiap desa harus menggunakan prinsip kemandirian lokal yang dicapai melalui prinsip pemberdayaan. Pendekatan yang top-down planning menyebabkan partisipasi kelompoktani tidak tumbuh KESIMPULAN Pemberdayaan kelompok peternak melalui pembuatan POP atau pupuk organic padat, dapat dilihat dari aspek ekonomi dan aspek social. Secara ekonomi, kelompok mampu menghemat input tenaga kerja sehingga penerimaan petani atas hasil penjualan POP. Secara social, kelompok mampu menjalin kerjasama pemasaran dengan pihak lain terutama kelompok peternak yang tergabung dalam Gapoktan se Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman. Agar POP dapat diproduksi secara rutin, kelompok Andini Mulyo dapat mengembangkan kerjasama dalam Penyediaan bahan baku yakni limbah kandang dari kelompok-kelompok yang ada disekitarnya. DAFTAR PUSTAKA Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Kabupaten Sleman. 2015. Laporan Akhir Tahun 2015. Sleman.D.I.Yogyakarta. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016.PedomanPelaksanaan KoordinasiPembinaan Investasi dan Pengembangan UsahaPeternakan. Jakarta. Kementerian Pertanian. 2012. Kelompoktani sebagai Unit Produksi. Materi Penyuluhan Pertanian: Penguatan Kelembagaan Petani. Lestari,S.B., Wiendarti I.W., Ari Widyastuti, Endang W.W., Erna Winarti, Gunawan, Tri Martini. 2015. Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan Sapi Potong di D.I.Yogyakarta. Laporan Akhir Tahun 2015. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Murwati dan Supriyadi.2015. Petunjuk Teknis Pembuatan Pupuk Organik Padat Hemat Tenaga. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Nadrayunia. 2012.. Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Meningkatkan Hasil Panen melalui Program Gapoktan di Kecamatan Moyudan. Nadrayunia.blogspot.co.id201206. Prihandini P.W, Purwanto T, 2007. Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi. Loka Penelitian Sapi Potong Grati. Jawa Timur. Syahyuti. 2007. Strategi Pengembangan Kelompoktani dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Sayuran. Agribisnis Sayuran Organik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. GAPOKTAN PURWOMARTANI KELOMPOK ANDINI MULYO GAPOKTAN SELOMARTANI GAPOKTAN TAMANMARTANI GAPOKTAN TRITOMARTANI