Peran strategis sektor pertanian dalam pembangunan nasional
17
fungsi bisnis dan ekonomi pertanian akan mengalami proses transformasi dari perspektif agribisnis menjadi biobisnis dan dari agro-industri menjadi bioindustri.
Fungsi pertanian dalam penguatan kesehatan masyarakat merupakan resultante dari fungsi pertanian dalam pemantapan ketahanan pangan, pengembangan industri biofarmaka-biomedika serta
kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Fungsi pertanian sebagai penggerak, tumpuan, tulang punggung atau poros, pembangunan nasional berkaitan dengan dampak pertumbuhan sektor pertanian
terhadap pertumbuhkembangan sektor-sektor lain dalam perekonomian. Pertumbuhan sektor pertanian mendorong tumbuh-kembangnya kegiatan ekonomi di sektor-sektor lainnya. Dampak ini lebih dikenal
sebagai dampak pengganda sektor pertanian.
Dampak pengganda sektor pertanian bersumber dari hasil sinerginya dengan sektor-sektor lain melalui berbagai media, seperti: 1 Keterkaitan faktor produksi tenaga kerja, energi dan modal; 2
Keterkaitan input-output antar industri sektor dan antar spasial; 3 Keterkaitan konsumsi; 4Keterkaitan melingkar.
Keterkaitan faktor produksi terjadimelalui realokasi antar wilayah,utamanya desa-kota. Keterkaitan input-output keterkaitan Johnston-Mellor terjadi melalui peningkatan penggunaan hasil-
hasil sektor non-pertanian sebagai input dalam usaha pertanian kaitan ke belakang dan penggunaan hasil pertanian sebagai input bagi sektor-sektor non-pertanian kaitan ke depan. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa sektor pertanian tergolong sektor kunci key sector atau sektor pemimpin leading sector dilihat dari kemampuannya dalam menciptakan nilai tambah dan lapangan kerja dalam
perekonomian melalui keterkaitan input-output yang terbukti secara empiris relatif lebih tinggi dibanding sektor-sektor lainnya. Keterkaitan konsumsi tercipta melalui penggunaan nilai tambah yang
dihasilkan secara langsung maupun tidak langsung oleh sektor pertanian untuk membeli hasil produksi seluruh sektor dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Keterkaitan melingkar
keterkaitan Timmer berkaitan dengan perbaikan kegagalan pasar berkat kebijakan dan hasil pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian yang dapat menciptakan stabilitas sosial-ekonomi
dan politik bermanfaat dalam mengurangi resiko usaha sehingga ongkos untuk perlindungan terhadap resiko usaha dapat diminimalisasi.
Kualitas pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kemampuannya dalam penciptaan lapangan kerja, penanggulangan kemiskinan, pemerataan pembangunan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu tujuan akhir pembangunan sebagai pelaksanaan amanat konstitusi bahwa negara wajib menyediakan lapangan kerja dan penghidupan yang layak bagi
seluruh rakyat. Pemerataan pembangunan merupakan pelaksanaan amanat konstitusi untuk mewujudkan keadilan sosial. Pemeliharaan lingkungan hidup merupakan bagian dari upaya
mewujudkan kesejahteraan hidup dan terjaminnya kelangsungan pembangunan secara berkelanjutan. Dengan demikian, tujuan pembangunan ekonomi tidaklah untuk meraih laju pertumbuhan yang
setinggi-tingginya melainkan pertumbuhan tinggi berkualitas, laju dan kualitas pertumbuhan sama- sama tinggi. Inilah yang disebut prinsip jalur ganda pembangunan: Pro-pertumbuhan pro-growth, pro
warga miskin pro-poor, pro-lapangan kerja pro-job dan pro-keberlanjutan lingkungan hidup pro- sustainability.
Penelitian di banyak negara, termasuk Indonesia, telah membuktikan bahwa pertumbuhan sektor pertanian adalah yang paling efektif menurunkan prevalensi kemiskinan dibandingkan dengan
pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomian. Pertumbuhan sektor pertanian tidak saja efektif menurunkan prevalensi kemiskinan di wilayah perdesaan tetapi juga di wilayah perkotaan.
Keunggulan sektor pertanian dalam menciptakan lapangan kerja terwujud tidak saja karena intensif menggunakan tenaga kerja tetapi juga karena memiliki dampak pengganda output antar sektor yang
besar. Pertumbuhan sektor pertanian meningkatkan pemerataan pendapatan baik di dalam sektor pertanian sendiri, antar sektor maupun antara wilayah utamanya desa-kota. Oleh karena berkaitan
dengan pengelolaan lahan dan air untuk budidaya tanaman, ternak dan ikan, dengan pengelolaan yang baik maka pembangunan pertanian dapat berfungsi untuk melindungi, memelihara dan meningkatkan
kualitas lingkungan hidup. Dengan demikian, memacu pembangunan pertanian merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi.
Penguatan daya tahan perekonomian nasional berkaitan dengan daya lenturnya resilient, kemampuannya dalam mengurangi ancaman, menyesuaikan diri dan pulih kembali dari goncangan
eksternal. Pengalaman telah membuktikan bahwa sektor pertanian merupakan jangkar penguat daya tahan dan katup pengaman dalam menghadapi goncangan perekonomian.Tatkala diterpa oleh krisis
18
multidimensi pada periode 1997-2000, seluruh sektor dalam perekonomian Indonesia anjlok drastis, bahkan mengalami pertumbuhan negatif kecuali sektor pertanian. Tidak saja yang paling rendah
penurunan laju pertumbuhannya, sektor pertanian adalah juga yang paling cepat pulih dari terpaan krisis. lentur terhadap goncangan dan fleksibilitas dalam penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian
berfungsi sebagai jangkar penguat dan katup pengaman di masa krisis. 4.3 Paradigma pembangunan nasional: Pertanian untuk pembangunan
Fungsi ganda pertanian dalam pembangunan berubah menurut tahapan pambangunan. Telah lama diketahui bahwa pembangunan pertanian yang kuat merupakan prasyarat untuk dapat tumbuh
berkembang menjadi negara maju. Sementara itu, fakta empiris juga menunjukkan bahwa peran dan fungsi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi menurun seiring dengan kemajuan ekonomi.
Oleh karena irtu, landasan pikir yang paling pas untuk pembangunan ekonomi suatu negara yang berawal dari dominasi pertanian ialah paradigma Pertanian untuk Pembangunan Agriculture for
Development, yang menekankan fungsi ganda pertanian dan oleh karena itu pembangunan pertanian dilaksanakan terpadu antar sektor dan berdasarkan pada tahapan perkembangan pembangunan
nasional. Sudah barang tentu, penekanan dari setiap fungsi disesuaikan dengan tahapan perkembangan perekonomian. Fungsi penciptaan lingkungan kondusif bagi pembangunan, penggerak pertumbuhan
dan penambah kualitas pertumbuhan akan menurun seiring dengan tahapan kemajuan transformasi ekonomi menjauh dari basis pertanian menuju basis industri, jasa dan ilmu pengetahuan serta
peningkatan kesejahteraan sehingga seluruh rakyat terbebas dari ancaman rawan pangan dan kemiskinan. Pada tahapan lanjut, pertanian mungkin lebih baik diposisikan sebagai jangkar penguat
ketahanan pangan serta pelestarian lingkungan hidup dan sosial budaya nasional.
Pada tataran makro, paradigm Pembangunan Untuk Pertanian dilaksanakan dengan strategi
transformasi struktural berimbang dan menyeluruh, yang pada intinya merupakan landasan untuk menetapkan posisi sektor pertanian dalam pembangunan nasional, yang berarti pula landasan untuk
menetapkan strategi, kebijakan dan program pembangunan pertanian. Transformasi yang esensial dalam merancang rencana jangka panjang pembangunan pertanian mencakup Kementerian Pertanian,
2014:
1. Transformasi demografi; 2. Transformasi ekonomi intersektoral;
3. Transformasi spasial; 4. Transformasi institusional sosial-budaya;
5. Transformasi tatakelola pembangunan.
Transformasi demografi berkaitan dengan pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan wilayah tempat tinggal.
Dalam hal pemanfaat hasil pembangunan, jumlah dan pertumbuhan penduduk perlu dikendalikan untuk mengurangi tekanan dalam pemenuhan kebutuhan penyediaan pangan dan kebutuhan dasar
lainnya, lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai subjek dan objek pembangunan, jumlah, tingkat pendidikan, ketrampilan dan angkatan kerja yang sesuai merupakan kunci keberhasilan
transformasi sektoral, transformasi spasial, transformasi institusi, transformasi tatakelola pembangunan dan transformasi pertanian. Secara umum, population dividend dan demographic
window merupakan kesempatan yang perlu dioptimalkan dalam perencanaan pembangunan jangka panjang.
Transformasi ekonomi intersektoral berkaitan dengan perubahan struktur dan relasi antar sektor dalam perekonomian nasional. Fakta terpola berdasarkan pengalaman bangsa-bangsa
menunjukkan bahwa peta jalan kemajuan setiap perekonomian diawali dengan dominasi sektor pertanian perekonomian berbasis pertanian, dan bahwa kemajuan perekonomian berjalan seiring
dengan penurunan peran sektor pertanian dalam penciptaan PDB dan lapangan kerja, yang secara bertahap posisi dominan diambil alih oleh sektor industri perekonomian berbasis industri, lalu oleh
sektor jasa perekonomian berbasis jasa, dan selanjutnya oleh sektor industri dan jasa berbasis inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi maju. Penurunan secara absolut jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian Titik Belok Lewis merupakan penanda dari keberhasilan transformasi intersektoral.Hingga tahun 2013, Indonesia belum berhasil mencapai Titik Belok Lewis. Kegagalan dalam mewujudkan
transformasi intersektoral berimbang menyebabkan semakin meningkatnya jumlah petani gurem, munculnya fenomena kemiskinan endemik petani dan perdesaan serta semakin besarnya jenjang
19
ketertinggalan kesejahteraan petani dibanding dengan kelompok penduduk lainnya. Akar penyebabnya ialah kesalahan industrialisasi, khususnya penempatan sektor pertanian dalam proses industrialisasi.
Transformasi spasial berkaitan dengan perubahan lokasi, aglomerasi dan relasi geografis kegiatan ekonomi dan pemukinan penduduk. Fakta berpola pengalaman bangsa-bangsa, termasuk
Indonesia, menunjukkan bahwa setiap perekonomian diawali dengan dominasi wilayah perdesaan yang ditopang oleh sektor pertanian, dan bahwa kemajuan perekonomian berjalan seiring dengan
penurunan peranan wilayah perdesaan dalam penciptaan PDB dan lapangan kerja yang secara bertahap posisi dominan diambil alih oleh wilayah perkotaan yang ditopang oleh sektor industri dan atau jasa.
Proses transformasi spasial desa-kota terjadi beriringan dengan transformasi sektoral. Di satu sisi, perpindahan urbanisasi merupakan kunci dari pertumbuhan perekonomian perkotaan, utamanya
melalui pertumbuhan sektor industri dan jasa. Di sisi lain, urbanisasi merupakan jalan keluar dari cengkeraman kemiskinan bagi penduduk perdesaan, termasuk petani. Urbanisasi juga merupakan
proses untuk mencapai Titik Belok Lewis yang juga merupakan prasyarat terjadinya titik belok kecenderungan peningkatan petani gurem. Semakin tingginya senjang kesejahteraan penduduk
perdesaan dengan penduduk perkotaan merupakan penanda dari kegagalan transformasi spasial. Mewujudkan transformasi spasial desa-kota yang berimbang dan serasi dengan transformasi
perekonomian secara sektoral merupakan agenda pembangunan nasional jangka panjang. Mengintegrasikan perekonomian perdesaan-sektor pertanian-perkotaan merupakan strategi yang tepat
untuk itu.
Insitusi adalah norma, dalam pengertian peraturan dan organisasi yang menentukan relasi dan pertukaran, sebagai mekanisme untuk mengatasi masalah aksi kolektif antar sektor, antar pekerjaan
antar perusahaan, antara perusahaan dan pekerja, antara perusahaan dan pemerintahan. Institusi merupakan modal pembangunan yang menentukan pertumbuhan ekonomi dan distribusi hasil-
hasilnya. Institusi pembangunan mencakup aturan perundangan resmi modal regulasi, karakter dan organisasi sosial-budaya modal sosial, dan organisasi advokasi bisnis modal politik. Transformasi
aturan perundangan diarahkan untuk menciptakan lingkungan yang memberdayakan dunia bisnis, termasuk menjamin keamanan dan ketertiban umum, perlindungan hak kepemilikan, menjamin
kepastian berusaha, mencegah praktek usaha tidak sehat, yang kesemuanya merupakan prasyarat tumbuh-kembangnya usaha ekonomi swasta, mengurangi ongkos transaksi dan instrumen serta
mencegah dan memperbaiki kegagalan pasar.Transformasi modal sosial dilakukan dengan menumbuhkembangkan karakter bangsa, yang terkenal terpercaya, pekerja keras, disiplin,
bersemangat kerjasama dan peduli sesama, sebagai habitus seluruh rakyat, yang kesemuanya merupakan modal dasar untuk meningkatkan produktivitas, memacu inovasi dan menurunkan biaya
transaksi serta penguatan modal politik. Transformasi politik diarahkan untuk menciptakan sistem pembentukan kebijakan dan tatakelola pemerintahan yang baik, termasuk pembentukan dan
pemberdayaan organisasi petani untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan dan dukungan politik para anggotanya.
Tatakelola pembangunan development governance adalah proses kolektif dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan perbaikan kebijakan dan program pembangunan. Sebagai
suatu proses kolektif, tatakelola pembangunan merupakan penerapan otoritas ekonomi politik dan administrasi dalam mengelola pembangunan. Tatakelola pembangunan meliputi mekanisme, proses
dan institusi melalui mana setiap warga negara, kelompok dan perserikatan memperjuangkan kepentingan, melaksanakan hak-hak hukum dan melakukan kewajiban masing-masing serta mencari
resolusi perbedaan diantara mereka. Transformasi tatakelola pembangunan ialah proses dalam mewujudkan tatakelola pembangunan yang baik good development governance. Transformasi
tatakelola pembangunan mencakup transformasi birokrasi pemerintahan sebagai penanggung jawab administrasi pembangunan dan transformasi proses perumusan kebijakan pembangunan. Dalam hal
birokrasi pemerintahan, desentralisasi sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan merupakan salah satu perwujudan dari transformasi tatakelola pembangunan yang secara teoritis lebih
baik dari sentralisasi. Penerapan tatakelola pembangunan yang baik dalam desentralisasi pemerintahan merupakan kunci keberhasilan pembangunan pertanian di masa datang.
Paradigma Pertanian untuk Pembangunan berpandangan bahwa strategi yang tepat untuk
mewujudkan transformasi ekonomi berimbang itu ialah dengan menjadikan transformasi pertanian sebagai poros transformasi pembangunan nasional. Usaha pertanian terdiri dari usahatani rakyat dan
perusahaan besar pertanian, dan kemitraan antara usahatani rakyat dan perusahaan besar pertanian.
20
Mengingat peranannya dalam menentukan hajat hidup rakyat yang jauh lebih besar, maka perhatian pemerintah mestilah lebih difokuskan untuk pengembangan usahatani rakyat dan kemitraan antara
usahatani rakyat dan perusahaan besar pertanian. Transformasi pertanian diarahkan untuk mempercepat komersialisasi usahatani rakyat dalam rangka peningkatan efisiensi, daya saing dan
peningkatan skala usahatani. Transformasi pertanian mencakup perubahan orientasi, skala, bentuk, cakupan bidang dan manajemen rantai pasok dan teknologi usaha pertanian menurut komoditas, sub-
sektor, sektor dan lokasi spasial. Paradigma Pembangunan untuk Pertanian, berpandangan bahwa transformasi pertanian merupakan poros penggerak transformasi pembangunan nasional secara
keseluruhan. Dengan paradigma ini, proses transformasi pembangunan nasional dikelola sedemikian rupa sehingga dapat berlangsung dengan terpadu, sinergis, selaras dan berimbang dengan proses
transformasi pertanian Gambar 1.
Gambar 1. Transformasi Pertanian sebagai poros transformasi pembangunan nasional Kementerian Pertanian, 2014