jilid3 komoditas peternakan lainnya

(1)

(2)

(3)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

Inovasi Teknologi Pertanian Modern Mendukung

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Jilid 3

Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas

Peternakan dan Lainnya

Hotel Santika Bengkulu, 08 November 2016

Kementerian Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Kerjasama dengan

FAPERTA Universitas Bengkulu

FAPERTA Universitas Muhammadyah Bengkulu

Badan Penelitian dan Pengembangan dan Statistik Daerah Provinsi Bengkulu

Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI)


(4)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

Inovasi Teknologi Pertanian Modern Mendukung

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Jilid 3

Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas

Peternakan dan Lainnya

Hotel Santika Bengkulu, 08 November 2016

Tim Penyunting : Dedi Sugandi Umi Pudji Astuti Supanjani Eva Oktavidiati Shannora Yuliasari Ahmad Damiri Ruswendi

Sri Suryani M Rambe

Redaksi Pelaksana : Taufik Hidayat

Taupik Rahman

Desain/Tata letak : Agus Darmadi

ISBN 978-602-9064-38-4

Diterbitkan oleh:

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balitbangtan Bengkulu Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119

Telp: (0736) 23030, Fax: (0736) 345568 E-mail:bptp-bengkulu@litbang.pertanian.go.id

Hak cipta ada pada penulis, tidak diperkenankan memproduksi sebagian atau keseluruhan isi prosiding ini dalam bentuk apapun tanpa izin dari penulis.


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian kedepan akan semakin beragam dan komplek, untuk itu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dituntut untuk mampu melaksankan seluruh program kerjanya untuk mendukung empat suskes kementerian pertanian dengan melakukan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi dengan Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, BUMN/swasta dan petani pengguna. Untuk itu, melalui penyelengggaraan seminar inovasi ini diharapkan menjadi momentum yang tepat untuk penyebarluasan hasil-hasil penelitian, pengkajian, pengembangan dan penerapan (litkajibangrap) BPTP Bengkulu, maupun lembaga-lembaga penelitian lainya yang ikut serta dalam kegiatan ini.

Seminar Nasional dengan tema “Inovasi Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan”, yang telah diselenggarakan pada tanggal 8 November 2016 bertujuan untuk menyebarluaskan inovasi hasil penelitian, pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian spesifik lokasi kepada seluruh pemangku kebijakan bidang pertanian dan pengguna di Provinsi Bengkulu, serta publikasi imiah dalam bentuk prosiding makalah yang disajikan pada saat seminar. Seminar Nasional ini terselenggara atas kerjasama antara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu - Badan Penelitian dan Pengembangangan Pertanian, Universitas Bengkulu, Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Badan Penelitian Pengembangan dan Statistik Daerah Provinsi Bengkulu dan Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI).

Makalah yang telah dipresentasikan dan memenuhi syarat, diterbitkan dalam prosiding seminar. Prosiding dibagi menjadi 3 (tiga) jilid buku yang memuat makalah dalam bidang (1) Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Tanaman Pangan, (2) Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Perkebunan dan Hortikultura, (3) Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Peternakan dan Lainnya. Apresiasi dan ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi menyumbangkan pikiran, tenaga dan waktunya selama penyelenggaraan seminar maupun dalam proses penyelesaian prosiding ini. Semoga buku prosiding ini bermanfaat bagi pembaca dan pengambil kebijakan.

Bengkulu, 3 Februari 2017 Kepala BPTP Bengkulu,


(6)

iv

LAPORAN KEPALA BPTP

EKSPOSE INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK DI PROVINSI BENGKULU

Assalammualikum warahmatulahi wabarokatuh....

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua...

Yang Terhormat Bapak Kepala Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian RI Yang Kami Hormati :

 Komandan Korem 041 Garuda Emas

 Kepala Badan Perencana dan Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu

 Kepala Badan Litbang Statistik Daerah Provinsi Bengkulu

 Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP)

 Dekan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Universitas Dehasen, Universitas Prof. Dr. Ir. Hazairin, Universitas Ratu Samban.

 Kepala Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian (BPTP) seluruh Indonesia

 Kepala SKPD di lingkup Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Kabupaten/Kota di wilayah Bengkulu

 Narasumber/Pemakalah Utama, Peneliti/Penyuluh/Dosen dan seluruh peserta ekspose serta hadirin yang berbahagia.

Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadhirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita masih diberi kesehatan dan kesempatan sehingga dapat hadir pada acara Ekspose Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik di Provinsi Bengkulu.

Bapak Kepala Balitbangtan yang kami mulyakan dan Bapak/Ibu hadirin yang kami hormati,

Pembangunan Pertanian Nasional tidak lepas dari pengaruh global menuju pertanian modern (modern agriculture). Ketahanan pangan, bioenergi, pelestarian lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan petani adalah tujuan utama pembangunan pertanian yang perlu terus dilanjutkan. Pertanian modern merupakan suatu cara optimalisasi usahatani untuk menghasilkan bahan pangan yang bermutu, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, termasuk inovasi teknologi pertanian agar berjalan lebih efektif dan efisien. Teknologi pertanian yang inovatif tidak hanya bertujuan untuk peningkatan produksi, tetapi juga meningkatkan kualitas dengan melakukan pengolahan terhadap produk pertanian.

Posisi Balitbangtan akan semakin strategis dalam pembangunan pertanian nasional dengan adanya koordinasi dan dukungan intensif lintas sektoral. Hasil inovasi teknologi harus didiseminasikan secara aktif, dimana harus melibatkan peneliti/penyuluh ataupun Perguruan Tinggi sebagai bagian dari diseminasi aktif yang progresif. Untuk itu Badan Litbang Pertanian melalui BPTP Bengkulu menyelenggarakan kegiatan Ekspose Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik di Provinsi Bengkulu, bekerjasama dengan Universitas Bengkulu, Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik Daerah Provinsi Bengkulu, dan Perhimpunan Agronomi Indonesia. Melalui kegiatan ini diharapkan terbangunnya komunikasi dan umpan balik antara pakar, peneliti, penyuluh, akademisi, petani, praktisi dan penentu kebijakan lainnya dalam mempercepat pencapaian diseminasi inovasi teknologi pertanian di Provinsi Bengkulu.

Bapak Kepala Balitbangtan yang kami hormati,

Perlu kami laporkan bahwa kegiatan Ekspose Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik di Provinsi Bengkulu, meliputi 3 (tiga) kegiatan, yaitu (1) Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian


(7)

v

Modern Menuju Pembangunan Pertanian Berkelanjutan” yang dilaksanakan pada hari ini, tanggal 8 November 2016, (2) Pengukuhan Pengurus Komisariat Daerah Bengkulu Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) Masa Bhakti 2016 - 2019, yang dilaksanakan pada hari ini tanggal 8 November 2016, dan (3) Gelar Teknologi dan Temu Lapang Inovasi Teknologi Model Sistem Pertanian Bioindustri, yang dilaksanakan pada tanggal 9 November 2016, di Kabupaten Seluma.

Kegiatan Ekspose Inovasi Teknologi Pertanian akan dibuka secara resmi oleh Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian RI, sekaligus sebagai keynote speaker dengan materi “Inovasi Teknologi Pertanian Modern Menuju Pembangunan Pertanian Berkelanjutan”.

Pada acara seminar nasional ini akan dipresentasikan 4 makalah utama dengan topik: 1. Arah dan Strategi Pembangunan Pertanian Masa Depan, dalam hal ini akan

disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Pantjar Simatupang (Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian RI)

2. Kesiapan Pemerintah Daerah dalam Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Teknologi Pertanian Modern di Provinsi Bengkulu (Kepala Bappeda Provinsi Bengkulu)

3. Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan oleh Prof. Dr. Ir. Dwinardi Apriyanto, M.Sc (Guru Besar Universitas Bengkulu) 4. Peran Peragi dalam Mendukung Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan, yang

akan disampaikan oleh Prof. Dr. Alnopri, M.Sc (Ketua Komda PERAGI Bengkulu)

Perlu kami laporkan juga bahwa makalah penunjang yang akan diseminarkan berjumlah 162 makalah. Makalah berupa hasil penelitian/pengkajian, konsep pemikiran/gagasan dalam bentuk review atau tinjauan, yang terdiri dari beberapa bidang bahasan yaitu bidang tanaman pangan, bidang sosial ekonomi, diseminasi penyuluhan dan kebijakan, bidang hortikultura, bidang peternakan, perkebunan, serta pascapanen dan pengolahan pangan. Seluruh makalah tersebut akan dipresentasikan baik secara oral maupun poster. Seluruh makalah yang akan dipresentasikan pada seminar nasional ini telah melalui dua kali proses evaluasi yang cukup ketat, yaitu evaluasi tahap abstrak dan evaluasi makalah lengkap. Proses evaluasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas makalah. Pada awalnya, abstrak yang masuk berjumlah 278 abstrak. Setelah melalui proses evaluasi, sebanyak 225 abstrak dinyatakan diterima dengan beberapa saran perbaikan. Pada tahap evaluasi makalah lengkap, sebanyak 162 makalah diterima untuk dipresentasikan dari 184 makalah yang masuk ke panitia. Kami mohon maaf karena berdasarkan hasil evaluasi tim evaluator ada beberapa makalah yang tidak dapat kami akomodir dalam seminar nasional ini.

Jumlah peserta yang mengikuti seminar pada saat ini adalah 220 orang, berasal dari berbagai kalangan yang terdiri dari unsur birokrat, peneliti/penyuluh lingkup Kementerian Pertanian, Kementerian Ristek, Dosen dan Mahasiswa Perguruan Tinggi, Pengambil Kebijakan, Pemerintah Daerah, Perwakilan Petani dan Organisasi Profesi, yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia antara lain Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Jambi, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Untuk itu kepada para peserta dari luar daerah Bengkulu kami ucapkan Selamat Datang di Kota Bengkulu.

Pada kesempatan ini juga akan dilaksanakan Pengukuhan Pengurus Komisariat Bengkulu Perhimpunan Agronomi Indonesia Masa Bhakti 2016 – 2019 oleh Ketua Umum Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) Pusat Bapak Dr. Ir. Muhammad Syakir, MS. Pembentukan Komda Bengkulu PERAGI diinisiasi oleh BPTP Bengkulu bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu dan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu, dan telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Pusat PERAGI No. 02/SK/PERAGI/KOMDA/IX/2016, pada tanggal 6 September 2016. Pengurus Komda PERAGI Bengkulu Masa Bhakti 2016 – 2019 terdiri dari 34 orang ahli agronomi yang berasal dari berbagai instansi lingkup Provinsi Bengkulu, antara lain Perguruan Tinggi, Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, dan BPTP Bengkulu. Kepengurusan Komda


(8)

vi

Bengkulu BERAGI meliputi 4 (empat) bidang, yaitu Bidang Penelitian dan Pengembangan, Pengabdian dan Kerjasama, Komunikasi dan Publikasi, serta Bidang Kajian Kebijakan dan Sertifikasi. Pada kegiatan Gelar Teknologi dan Temu Lapang Inovasi Teknologi Model Sistem Pertanian Bioindustri, yang akan dilaksanakan esok hari pada tanggal 9 November 2016, di Kabupaten Seluma, jumlah peserta yang akan hadir adalah 250 orang, berasal dari Jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Seluma, Kepala SKPD di lingkup Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Kabupaten/Kota di wilayah Bengkulu, Penyelia Mitra Tani, Ketua Gabungan Kelompok Tani, dan perwakilan manajemen Hotel dan Restoran di Kota Bengkulu.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut andil mendukung terselenggaranya kegiatan Ekspose Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik di Provinsi Bengkulu ini, antara lain kepada: Badan Litbang Pertanian, BBP2TP, segenap panitia seminar dari BPTP Bengkulu, mitra kerjasama Universitas Bengkulu, Universitas Muhammadiyah Bengkulu, BPP Stada Provinsi Bengkulu, dan PERAGI. Demikian juga kami sampaikan terima kasih kepada Santika Hotel, dan semua pihak yang telah membantu demi suksesnya Ekspose Inovasi Teknologi Pertanian ini.

Bapak Kepala Balitbangtan yang kami hormati,

Pada saatnya nanti mohon kiranya Bapak berkenan memberikan sambutan dan arahan, sekaligus membuka acara Ekspose Inovasi Teknologi Pertanian ini secara resmi.

Akhir kata, kepada para peserta saya ucapkan selamat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan harapan semoga kegiatan ekspose ini mampu menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat dan ada tindak lanjut yang konkret dari seluruh stakeholder sebagai upaya kita untuk mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan melalui penerapan inovasi teknologi pertanian modern. Kami mohon maaf, jika dalam penyelenggaraan acara ini masih ada hal-hal yang kurang berkenan bagi Bapak/Ibu.

Demikian laporan yang kami sampaikan, lebih dan kurang kami mohon maaf. Bilahi taufik wal hidayah wassalammualaikum warohmatulahi wabarakatuh.

Bengkulu, 8 November 2016 Kepala BPTP Bengkulu,


(9)

vii

SAMBUTAN

KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN pada

PEMBUKAAN SEMINAR NASIONAL

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN MODERN MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

Bengkulu, 8 November 2016

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua Yang saya hormati,

 Komandan Korem 041 Garuda Emas atau yang mewakili

 Kepala Badan Perencana dan Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu

 Kepala Badan Litbang Statistik Daerah Provinsi Bengkulu

 Dekan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Universitas Dehasen, Universitas Prof. Dr. Ir. Hazairin, dan Universitas Ratu Samban

 Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan pejabat struktural dan fungsional lingkup Balitbangtan

 Kepala SKPD di lingkup Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota se-Provinsi Bengkulu

 Ketua dan Anggota Komda Peragi Provinsi Bengkulu

 Narasumber, Peneliti, Dosen, Penyuluh dan Perekayasa, peserta seminar serta hadirin yang berbahagia.

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu WaTa’ala, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita dapat bertemu dan bersilaturrahmi dalam keadaan sehat wal’afiat, pada acara Ekspose dan Seminar dengan tema ”Inovasi Teknologi Pertanian Modern untuk Mendukung Pembangunan Pertanian yang

Berkelanjutan”.

Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Universitas Bengkulu, Pemprov Bengkulu, khususnya Badan Perencana dan Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu, Badan Litbang Statistik Daerah Provinsi Bengkulu, Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) atas inisiatif kolaborasi dan prakarsanya dalam menyelenggarakan acara ini.


(10)

viii

Bapak/Ibu dan hadirin yang saya hormati,

Ekspose dan seminar yang kita laksanakan merupakan salah satu upaya diseminasi hasil penelitian dan pengembangan yang dihasilkan oleh para peneliti, dosen dan mahasiswa dari Balitbangtan dan Perguruan Tinggi kepada pembuat kebijakan, pelaksana dan pengguna teknologi di bidang pertanian. Pada forum ekspose dan seminar ini diharapkan terjadi pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan informasi antara para peneliti maupun dengan praktisi dan pengambil kebijakan.

Kehadiran berbagai pihak yaitu para pakar, pengambil kebijakan dan praktisi, diharapkan dapat mendorong pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi yang modern dan inovatif berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal khususnya untuk wilayah Provinsi Bengkulu dan sekitarnya.

Bapak/Ibu dan Hadirin sekalian yang saya hormati,

Pardigma baru ”Penelitian untuk Pembangunan” (Research for Development) mempunyai makna bahwa Balitbang berkomitmen kuat dan memberikan perhatian yang besar terhadap pendayagunan hasil penelitian dan mempercepat proses penerapannya di lapangan. Hal ini berarti inovasi hasil penelitian dan pengkajian pertanian yang telah banyak dihasilkan, perlu dikemas sedemikian rupa sehingga dapat secepatnya sampai kepada khalayak pengguna. Seminar ini merupakan salah satu media untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbangtan dan penelitian lainnya. Selain menyebarkan hasil-hasil penelitian, melalui forum ini juga diharapkan adaanyaa umpan balik dari para pengguna teknologi untuk perbaikan program penelitian di masa depan.

Selain melalui seminar, untuk lebih mempercepat proses diseminasi teknologi ini juga dilakukan melalui berbagai media dan metode lainnya. Salah satunya adalah melalui gelar lapang agroinovasi yang merupakan wahana untuk implementasi teknologi hasil penelitian dan pengkajian pertanian yang dilaksanakan di lahan petani dalam skala yang luas. Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu media yang dapat mempertemukan langsung antara sumber teknologi dengan penyuluh sebagai pengguna antara dan petani sebagai pengguna akhir. Balitbangtan juga terus melakukan pembaharuan inovasi yang telah diluncurkan dan dipublikasikan melalui berbagai media termasuk menyediakan informasi dalam bentuk yang mudah dipahami calon pengguna atau petani.

Bapak/Ibu, serta hadirin yang saya hormati,

Pada kesempatan yang baik ini, sebagai Kepala Badan yang sekaligus juga sebagai Ketua Umum Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) periode 2016-2021, menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya dengan terbentuknya Komda Peragi wilayah Bengkulu. Oleh karena itu, kami tetapkan tahun ini sebagai tonggak kebangkitan kembali Komda PERAGI yang diawali dengan pelantikan KOMDA PERAGI wilayah Kalsel pada Agustus lalu, wilayah Maluku pada 12 Oktober, Lampung pada 19 Oktober 2016, dan kali ini Bengkulu pada 8 November 2016. Kami berharap kebangkitan Komda di Kalsel, Maluku, Lampung, dan Bengkulu mampu mendorong kebangkitan Komda PERAGI di wilayah lain di Indonesia. Amin.

PERAGI dibentuk dengan maksud menghimpun masyarakat profesi Agronomi di Indonesia. Agronomi adalah ilmu yang mempelajari segala aspek biofisik yang berkaitan dengan usaha penyempurnaan budidaya tanaman. Sedangkan tujuannya adalah: a) Membina dan mengembangkan ilmu dan profesi Agronomi di Indonesia; b) Menciptakan sarana dan wahana untuk lebih meningkatakan dan pengamalan ilmu para anggota bagi pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia, dan c) Lebih mempererat hubungan dan kerjasama antara anggota masyarakat Agronomi di Indonesia. Ekspose inovasi spesifik lokasi ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan mulia PERAGI yaitu dengan mempererat kerjasama antara anggota dan antara organisasi dengan


(11)

ix

lembaga dan organisasi lain yang mempunyai sifat dan tujuan yang sama, milik pemerintah ataupun swasta serta menyelenggarakan pertemuan ilmiah di tingkat daerah, nasional, regional maupun internasional.

Bapak/Ibu dan hadirin yang saya hormati,

Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, mudah-mudahan berguna bagi upaya kita dalam mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan melalui teknologi modern dan inovatif dalam rangka mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’alla senantiasa memberikan bimbingan dan petunjukNYA kepada kita semua, sehingga apa yang kita rencanakan dapat terselenggara dengan baik, Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Wa Billahi taufiq wal hidayah Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kepala Badan


(12)

(13)

xi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

LAPORAN PANITIA PENYELENGGARA ... iv

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN ... vii

DAFTAR ISI ... xi

KEYNOTE SPEECH Inovasi Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Kepala Badan Litbang Pertanian ... 1

MAKALAH UTAMA ... ... 5

Arah dan Strategi Pembangunan Pertanian Masa Depan Prof. Dr. Ir. Pantjar Simatupang (Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) Kementerian Pertanian) ... 7

MAKALAH PENUNJANG ... ... 33

Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Peternakan dan Lainnya 1. Analisis Keberlanjutan Sistem Integrasi Tanaman Padi dengan Ternak Sapi pada Lahan Sawah (Dedi Sugandi) ... 35

2. Teknologi Pendeteksi Tingkat Kekeringan Tanah secara Langsung di Lapangan (Bandi Hermawan, Sukisno, Indra Agustian dan Hery Suhartoyo) ... 42

3. Peningkatan Produktivitas Kambing Lokal Melalui Kawin Silang dengan Kambing Unggul di Desa Tembeling Kabupaten Bintan Kepulauan Riau (Yayu Zurriyati dan Dahono) ... 48

4. Efek Penggunaan Limbah Sayuran Fermentasi terhadap Kecernaan Bahan Kering (KCBK) dan Kecernaan NDF Secara In-Vitro serta Pengaruhnya terhadap Konsumsi dan Pertambahan Berat Badan (PBB) pada Kambing Peranakan Etawa (PE) (Neli Definiati, Nurhaita, Suliasih, dan Afrianto)... 53

5. Peranan Metode Demplot terhadap Peningkatan Produksi, Pendapatan dan Perilaku Petani Padi Sawah di Kota Bengkulu (Umi Pudji Astuti dan Sundari) ... 62

6. Kemampuan Limbah Tanaman Pangan Sebagai Sumber Pakan Mendukung Pengembangan Ternak Sapi Potong di Sumatera Barat (Rahmi Wahyuni dan M. Ichwan) ... 70

7. Produksi dan Analisa Ekonomi Sapi Simental dengan Pemberian Pakan Kulit Buah Coklat (Ratna AD, Rahmi W dan Yanovi Hendri) ... 80

8. Percepatan Pertumbuhan Sapi Potong Berbasis Pakan Lokal di Sumatera Barat (Rahmi Wahyuni, Ratna AD dan Y. Hendri) ... 86

9. Pemanfaatan Bahan Lokal dalam Meningkatkan Kualitas Telur Ayam Buras (Nyoman Suyasa dan Iap Parwati) ... 91

10. Pengaruh Pemberian Probiotik pada Karkas dan Potongan Bagian Karkas pada Ayam Buras (Ida Ayu Parwati dan N. Suyasa) ... 98

11. Pemanfaatan Pakan Lokal Lengkap (Complette Feed) untuk Meningkatkan Produktivitas Pedet Kembar Prasapih Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan (Erni Gustiani,Yayan Rismayanti dan Liferdi) ... 104

12. Analisis Pendapatan Melalui Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kabupaten Sleman (Murwati dan Sutardi) ... 111


(14)

xii

13. Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus

(Nasriati, dan Siswani Dwi Daliani) ... 118 14. Produktivitas Ternak Kambing yang Diberi Pakan Tepung Limbah Kopi Terfermentasi

(Anak Agung Ngurah Badung Sarmuda Dinata, Suprio Guntoro dan Jhon Firison) ... 125 15. Pemanfaatan Silase Kulit Kakao untuk Pakan Ternak Mendukung Pengembangan

Ternak Kambing di Propinsi Lampung

(Elma Basridan Suryani) ... 131 16. Efektifitas Trichoderma SP dan Beberapa Mikro Organisme Lokal (MOL) Sebagai

Dekomposer Alami pada Kompos Jerami

(Widia Siska, Sumilah1 dan M. Pramayufdy) ... 137 17. Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Petani dalam Memanfaatkan Limbah Ternak dan

Perkebunan di Kabupaten Rejang Lebong

(Linda Harta dan Umi Pudji Astuti) ... 145 18. Efisiensi Protein, Energi, dan Pakan pada Pertumbuhan Ayam Leher Gundul dan Ayam

Normal

(Harwi Kusnadi, J. H. P. Sidadolog, dan Zuprizal) ... 153 19. Peran Penyuluhan terhadap Respon dan Tingkat Pengetahuan Petani Ternak di

Kabupaten Tulang Bawang

(Suryani dan Gohan Octora Manurung) ... 161 20. Profil dan Analisis Usaha Ternak Kerbau di Kabupaten Padang Lawas, Provinsi

Sumatera Utara

(Sri Haryani Sitindaon, Khairiah, dan Jhon Firison) ... 166 21. Peluang Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Limbah Kelapa Sawit di

Kabupaten Seluma

(Zul Efendi dan Dedi Sugandi) ... 173 22. Efektivitas M-Deck terhadap Kematangan Kompos Kotoran Ayam

(Hasrianti Silondae, dan Tri Wahyuni) ... 181 23. Performans Ayam Arab yang Diberikan Pakan Solid Fermentasi pada Fase Pertumbuhan

(Wahyuni Amelia Wulandari dan Erpan Ramon) ... 187 24. Inventarisasi Metana dari Fermentasi Enterik Ternak di Kalimantan Selatan

(Anggri Hervani, Miranti Ariani, Ika Ferry Y, Sri Wahyuni, dan Prihasto Setyanto) ... 194 25. Pengkajian Keragaan Produktivitas Inseminasi Buatan (IB) Sapi Potong di Kabupaten

Bantul

(Wiendarti I W, Sugiyanti, Anthony M, dan Sri Budhi) ... 200 26. Pemanfaatan Media Informasi oleh Petani di Pedesaan Menuju Petani yang Modern dan

Berwawasan Bisnis

(Nia Rachmawati dan Hamdan) ... 208 27. Analisis Persepsi Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) terhadap Teknologi

Pemanfaatan Lahan Pekarangan Ramah Lingkungan di Kota Sawahlunto

(Sumilah dan M. Ichwan) ... 218 28. Peningkatan Produktivitas Sapi Bali dengan Pemberian Pakan Tambahan Konsentrat dan

Probiotik Bioplus pada Lahan Sub Optimal di Provinsi Kepulauan Riau

(Salfina N Ahmad, Apriyani NS, Melli Fitriani dan Zulfawilman) ... 227 29. Karakteristik Sifat Kualitatif Sapi Kaur Betina di Provinsi Bengkulu

(Erpan Ramon, Zul Efendi dan Wahyuni Amelia Wulandari) ... 233 30. Pemberdayaan Kelompok Peternak melalui Usaha Pembuatan Pupuk Organik di

Kabupaten Sleman

(Sri Budhi Lestari, Ari Widyastuti dan Endang Wisnu Wiranti) ... 241 31. Pengaruh Fermentasi Pakan Berbasis Hijauan dan Jerami terhadap Pertambahan Bobot

Badan Sapi dan Efisiensi Ekonomi

(Aulia Evi Susanti dan Agung Prabowo) ... 247 32. Analisis Potensi Lahan Pertanian dengan Menggunakan Teknologi Inderaja dan Sig di


(15)

xiii

(Fitria Zulhaedar dan Yulie Oktavia) ... 252 33. Respon Peternak dan Penyuluh terhadap Teknologi Pembuatan Pakan Ternak Berbasis

Limbah Tanaman Jagung di Kecamatan Kedurang Ilir

(Siswani Dwi Daliani, Linda Harta dan Engkos Kosmana) ... 260 34. Performan Pertumbuhan Kambing Peranakan Etawa (PE) melalui Teknologi Inseminasi

Buatan (IB) dengan Kambing Boer di Kabupaten Konawe Selatan

(Wa Ode Aljumiati, Miftah Hidayat dan Jhon Firison) ... 266

Penutup

Daftar Pertanyaan

Rumusan Hasil Seminar Nasional Daftar Hadir


(16)

(17)

1

Keynote speech

Kepala Badan Litbang Pertanian

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEPALA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

SEMINAR NASIONAL BPTP BENGKULU 2016

Inovasi Teknologi Pertanian Modern

Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

PENDAHULUAN

Perkembangan lingkungan strategis untuk mewujudkan kedaulatan pangan adalah membangun pertanian modern ramah lingkungan. Pertanian modern merupakan suatu cara optimasilsasi usahatani untuk menghasilkan bahan pangan yang bermutu, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, termasuk usaha teknologi pertanian agar berjalan lebih efektif dan efisien. Teknologi pertanian yang modern dan inovatif tidak hanya bertujuan untuk peningkatan produksi, tetapi juga meningkatkan kualitas dengan melakukan pengolahan terhadap produk pertanian.

Ilmu pengetahuan dan teknologi modern merupakan salah satu unsur penting dalam mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan. Peran teknologi selain untuk meningkatkan produktivitas, juga untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan mutu produk yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing produk pertanian khususnya di pasar global.

Sebagai salah satu lembaga penghasil teknologi pertanian modern, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menunjukkan peranannya yang nyata dengan menghasilkan berbagai teknologi yang telah dimanfaatkan dalam pembangunan pertanian, baik berupa varietas dan benih unggul, pupuk, biopestisida, teknologi pengolahan serta alat dan mesin pertanian. Potensi Balitbangtan sangat besar karena didukung oleh sumberdaya yang memadai. Balitbangan juga memiliki kemampuan yang memandai dalam kegiatan diseminasi inovasi, baik secara mandiri maupun bekerjama dengan pihak lain.

Program Strategis Penelitian dan Pengembangan Pertanian Modern mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan yang dlaksanakan oleh Balitbangtan difokuskan untuk komoditas padi, jagung, kedelai, tebu, sapi, bawang merah dan cabai di samping komoditas unggulan lain yang menjadi priotas program strategis daerah. Sedangkan litbang tematik strategis yang dikembangkan oleh Balitbangtan sebagai berikut:

1. Litbang produksi benih melalui somatik embryogenesis (SE)

2. Litbang nano teknologi untuk produksi pangan dalam bentuk nano selulosa, nanonutrien, maupun nanofortifikan.

3. Litbang transgenik yang dikembangkan untuk pengembangan komoditas dengan karakteristik khusus.

4. Litbang bahan bakar nabati, yang memfokuskan pada penyediaan varietas unggul, teknologi budidaya, pengolahan dan pengelolaan sumber BBN.

5. Pengembangan model pertanian bioindustri berbasis sumber daya lokal dan agroekologi di 33 provinsi.

Pertanian ke depan harus menjadi leading sector dalam memenuhi tuntutan kebutuhan pangan dan energi. Transformasi energi berbasis fosil perlu dilakukan ke arah bioenergi. Badan Litbang dalam

perspective ke depan harus berada di garda terdepan untuk menjawab tantangan/masalah di masa akan datang melalui risetnya.

Indonesia sebagai negara equator penghasil pangan dan energi harus waspada terhadap remote penduduk di luar equator (sebagai salah satu strategi jangka panjang dalam memperebutkan negara equator penghasil pangan dan energi). Paradigma Balitbangtan dalan pengembangan pertanian sudah mulai bergeser pada lahan suboptimal di samping optimasi sumber daya genetik pangan. Potensi sumber daya genetik tanaman perludilakukan revolusi melalui peran teknologi bidang agronomi untuk menghasilkan pa ngan dan energi yang berkelanjutan. Kita harus dapat memanfaatkan bonus


(18)

2

demografi untuk pengembangan sektor pertanian. Kurikulum dalam pendidikan bidang pertanian perlu dilakukan sesuai dengab perkembangan lingkungan strategis. Pertumbuhan pangan nasional harus kuadratik, tidak boleh linier agar dapat mengimbangi cepatnya pertumbuhan penduduk. Pertanian modern dalam perspektif bioekonomi tidak mengenal limbah, namun biomassa yang dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang bernilai ekonomi. Implementasi teknologi pertanian inovatif modern perlu segera dilakukan dalam skala masif (minimal 10 ha). Hilirisasi teknologi pertanian modern perlu dilakukan dari hulu sampai pada akses pasar dengan berbasis Teknologi Informasi.

Tantangan sektor pertanian, pada tahun 2050 pendudk dunia mencapai 9,6 Trilyun. Pada tahun 2015 penduduk dunia mencapai 7,3 T (60% Di Asia), indonesia: No 4 setelah tiongkok, india dan USA). Untuk itu, pada tahun 2050 produksi pangan harus meningkat minimal 70%. Beberapa hal yang menjadi tantangan, yaitu lahan subur (arable land) terbatas, peningkatan kebutuhan terhadap air bersih (aktivitas pertanian menghabiskan 70% suplai air dunia), perubahan iklim, terbatasnya pasokan energi, dan pengelolaan SDM dan pemerataan kesejahteraan.

Kebijakan Pembangunan Pertanian

Kebijakan Kementerian Pertanian, meliputi (1) Peningkatan produksi dan provitas; fokus tujuh komoditas, regulasi/deregulasi, membangun infrastruktur, mekanisasi, penguatan on-farm, kredit, asuransi, dan penanganan pascapanen, (2) Hilirisasi produk pertanian; mendorong investasi industri gula, jagung dan sapi, hilirisasi produk kelapa sawit, kakao, kopi, KUR untuk kopi, kakao, kopi, pengolahan hasil padi, jagung dan pangan lainnya, integrasi sawit-sapi, pangan-ternak, (3) Tata niaga domestik; fokus pada 11 Komoditas pangan strategis, regulasi/deregulasi,HPP , memperpendek rantai tata niaga dan stabilisasi harga, sinergitas dengan Kemendag dan Bulog, tokoh Tani Indonesia (TTI), dan (4) Kendalikan impor dan dorong ekspor; Fokus pada 11 Komoditas komersial/ekspor, regulasi/deregulasi pengendalian impor, regulasi/deregulasi mendorong ekspor, peningkatan mutu dan daya saing produk, dan sinergitas Kemendag dan Kemenperin.

Indikator Kesejahteraan Petani 2014-2015 adalah NTP dan NTUP tahun 2015 meningkat, kecuali subsektor perkebunan rakyat menurun karena komoditas orientasi ekspor (sawit, karet, kopi, kakao, dll) akibat harga dan krisis global. NTP : Nilai Tukar Petani, indeks yang diterima petani dibagi indeks yang dibayarkan untuk seluruh pengeluaran rumah tangga petani. NTUP: Nilai Tukar Usaha Pertanian, indeks diterima petani dibagi indeks yang dibayarkan untuk usaha pertanian.

Pertanian Modern dalam Perspektif Bioekonomi, meliputi Prospective Bio-economi; Securing global nutrition, Ensuring sustainable agricultural production, Producing healthy and safe foods, International cooperation, Technology transfer, Developing biomas-based energy carriers, Using renewable resource for industry. Dengan landasan strategisnya adalah pertanian modern dam implementasi bioekonomi yang meliputi Bioscience, Bioengineering, Automatization, Social engineering, Bioinformatics. Strategi pertanian modern yang inovatif dan berdaya saing di Era MEA, antara lain :

 Produksi pangan berkelanjutan; Lahan dan air, Rekayasa teknologi produksi, Peningkatan nilai tambah dan daya saing, Global value change and market intelligence, dan Rekayasa sosial

 Energi terbarukan; Bioenergi berbasis tanaman pertanian, dan Pengembangan energ terbarukan berbasis biomassa

Strategi Penelitian dan Pengembangan untuk Implementasi Pertanian Modern yang Inovatif; yaitu (1) Nilai tambah dan daya saing produk, (2) Rekayasa teknologi produksi, (3) Bio-prospecting, (4) Keanekaragaman hayati, (5) Lahan dan air, (6) Rekayasa sosial, (7) Global value chain, (8) Bioenergi, (9) Market intelligence

Lahan dan Air

 Identifikasi, pencegahan dan mitigasi ancaman terhadap kualitas sumberdaya lahan dan biodiversitas dengan pengembangan alert system, serta peningkatan kualitas lahan produktif dengan memanfaatkan nanoteknologi dan bioteknologi

 Pengembangan sistem informasi land use dan land cover (peta, citra, database, decision support, atau alert system)


(19)

3

 Studi dampak lingkungan terhadap perubahan land use dan land cover.

 Networking database monitoring untuk pengembangan regulasi terkait pengelolaan sumberdaya lahan dan lingkungan.

Rekayasa Teknologi Produksi

 Eksplorasi, konservasi dan karakterisasi plasma nutfah tanaman dan hewan.

 Perakitan kultivar dan ras unggul berpotensi hasil tinggi.

 Pengembangan produk transgenik yang aman dan berpotensi tinggi.

Advanced technology, seperti somatic embryogenesiss (perbanyakan benih), nanocoating (viabilitas benih), nanofluidics (proses fertilisasi), produksi benih secara in vitro, media tanam & packaging

Advanced urban farming system; pengembangan controled environmental agriculture (CEA), dan

fully computerized multi-storey plant factory (biosensing, dan nano solar cells)

Peningkatan Nilai tambah dan Daya Saing Produk

 Penanganan pascapanen dengan rendeman yang tinggi serta mutu yang seragam: sensing technology (sortasi & grading), nano-bio-preservative (kesegaran produk pert)

 Pengembangan pangan sehat: fortifikasi, modifikasi struktur pangan & nano-delivery system dan penemuan sumber pangan baru (biota laut)

 Pengembangan produk non pangan dengan produk-produk turunan yang bernilai tinggi (teknologi bioproses, separasi, & isolasi yang efisien).

 Pengembangan material maju berbasis komposit biomassa (serat selulosa)

Teknologi Pertanian Modern yang Diimplementasikan dalam Pembangunan Pertanian Terkini

Penelitian dan Pengembangan untuk swasembada beras telah dilakukan pada (1) pengembangan Varietas Unggul Baru (VUB), yaitu Padi amphibi: 9t/ha dan tahan bias, Padi rawa: 8t/ha toleran Fe dan tahan blas, Hibrida:>12-13 t/ha dan tahan HDB/blas, Inbrida:10-11 t/ha dan tahan WBC dan HDB, Padi fungsional ;6-7 t/ha, Fe tinggi (>20 ppm), (2) Pendampingan UPSUS di 31 provinsi, (3) Penyediaan benih sumber (BS, FS, SS):1.194 ton, (4) Teknologi PTT lahan sub optimal, pascapanen dan Alsin 99 teknologi), (5) Sistem informasi Katam dan Standing crop, dan (6) Revitalisasi PPK meningkatkan renemen beras 4% (13 provinsi). Penelitian dan Pengembangan untuk swasembada Jagung 2017 dilakukan dengan (1) pengembangan Varietas unggul baru (VUB) yaitu 3 varietas hibrida genjah umur <100 hari dan potensi hasil 12 t.ha, satu varietas inhibrida toleran kekeringan, dan satu VUB komposit asam amino tinggi; anti oksidan tinggi, (2) Pendampingan UPSUS di 8 provinsi, (3) Penyediaan benih sumber (95 ton), (4) Teknologi budidaya, pascapanen dan alsin, (5) Peta kesesuaian lahan (120 kabupaten), dan (6) Model penanganan pascapanen jagung (4 provinsi).

Penelitian dan Pengembangan untuk peningkatan produksi bawang merah, antara lain (1) Varietas unggul baru (VUB) off season, Adaptif musim hujan, dan Provitas >24 t/ha, (2) Diseminasi dan pengawalan UPSUS bawang merah (6 propinsi), (3) Penyediaan benih sumber (BS: 36 ton), (4) Teknologi perbenihan, budidaya, dan pascapanen, dan (5) Peta kesesuaian lahan.

Penelitian dan Pengembangan untuk peningkatan produksi kedelai, yaitu (1) pengembangan Varietas unggul baru (VUB) adaptif lahan pasang surut dengan provitas 2,5 t/ha, dan adaptif lahan kering dengan tahan pecah polong dan provitas 3 t/ha, (2) Pendampingan UPSUS di 12 provinsi, (3) Penyediaan benih sumber (662 ton), (4) Teknologi budidaya pascapanen dan alsin, dan (5) Model penanganan pascapanen kedelai

Penelitian dan Pengembangan untuk peningkatan produksi cabai, yaitu (1) pengembangan Varietas unggul baru (VUB) off season, adaptif musim hujan, dan provitas > 18 t/ha, (2) diseminasi dan pengawalan UPSUS cabai di 4 provinsi, (3) penyediaan benih sumber (36 kg), (4) peta kesesuaian lahan, dan (5) teknologi budidaya pascapanen dan alsin.

Penelitian dan Pengembangan untuk peningkatan produksi daging, antara lain (1) pengembangan galur unggul sapi dengan Bobot lahir 25-27 kg: bobot sapi 125-142 kg dan jarak beranak < 14 bulan: konsumsi pakan lebih efisien, (2) Variasi tanaman pakan ternak, tahan lahan salin,


(20)

4

lahan masam dan tahan naungan, (3) Model pengembangan integrasi sapi-sawit dan bioindustri berbasisi ternak (2 model), (4) Penyediaan pejantan unggul sap PO (20 ekor), (5) Pendampingan UPSUS 26 provinsi, (6) Teknologi pemuliaan, pakan, reproduksi, veteriner, dan pascapanen (14 teknologi), dan (7) Rekomendasi kebijakan peternakan dan veteriner (4 rekomendasi).

Penelitian dan Pengembangan untuk peningkatan produksi Gula melalui (1) pengembangan Varietas unggul baru (VUB) dengan provitas >120 t/ha dan rendemen 14%, (2) Pendampingan UPSUS, kawasan pengembangan tebu, (3) Penyediaan benih unggul (3 juta budset tebu), (4) Sistem informasi tebu terpadu: peta kesesuaian lahan 1:50.000, dan (5) Teknologi budidaya pascapanen dan alsin.

Penelitian dan Pengembangan untuk peningkatan produksi bahan bakar nabati, yaitu (1) pwngembangan Varietas unggul (kemiri sunan, jarak pagar) dengan kadar minyak dan provitas tinggi, (2) Tanaman BBN potensial: kelapa sawit, tebu, kelapa, shorgum manis, jarak pagar, kemiri sunan, ubi kayu, sagu, (3) Penyediaan benih unggul dengan teknologi SE, (4) Teknologi pengolahan : Biogas cair (kriobenikembagan), bioetanol fuel grade, bioavtur, biodiesel (distilasi reaktif), bensin nabati/biogasoline, dan (5) Penyediaan teknologi on farm (sambung pucuk pada kemiri sunan dan jarak pagar, teknologi budidaya di lahan bekas tambang)

Penelitian dan Pengembangan untuk peningkatan produksi komoditas strategis lainnya, yaitu Penciptaan: Varietas/galur unggul, teknologi budidaya/pakan, pengembangan model tanaman pangan : kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, sorgum, gandum tropika, peternakan: kambing, domba, ayam, itik, babi, tanaman perkebunan: kakao, jambu mete, lada, nilam, jahe, kapas, kelapa, kopi, jarak pagar, kemiri sunan, dan hortikultura : jeruk, mangga, kentang, krisan .

Penelitian dan Pengembangan transgenik dilakukan pada tanaman padi untuk menghasilkan benih golden rice dengan kandungan vitamin A tinggi; efisien pemupukan N; toleran kekeringan, tanaman kedelai dengan umur genjah dan efisiensi pemupukan N, tebu dengan rendemen tinggi, kentang yang tahan busuk dan phytoptora, jarak pagar yang toleran kekeringan, gandum yang adaptif iklim tropis, nilam yang tahan penyakit sclerotium Rolfsii, kapas yang toleran kekeringan, dan jahe yang tahan terhadap pseudomonas sp.

Penelitian dan Pengembangan Nano Teknologi pada kemasan (nanoselulosa, nanofilm), pangan (nano selulosa, nanonutrien, nanofortifikan), pupuk (nano zeolit, nano pupuk), pPestisida (biopestisida). Litbang produksi benih melalui somatik Embriogenesis (SE), tebu, kopi, jahe, jeruk, bawang merah, nilam, dan kakao.

PENUTUP

Inovasi teknologi pertanian modern yang perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan adalah berbasis bioekonomi yang terintegrasi dengan Biosciense, Bioengineering, social engineering & bioinformatics

Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan memperkuat jejaring pasar produk pertanian menjadi fokus dalam mendorong produk pertanian untuk tetap menjadi andalan di pasar domestik maupun mampu berkompetisi di pasar global


(21)

5


(22)

(23)

7

ARAH DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN MASA DEPAN

DIRECTION AND STRATEGY OF FUTURE AGRICULTURE DEVELOPMENT Pantjar Simatupang

Peneliti Utama pada Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSKP). Jl. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111,

Email: pantjar@gmail.com

ABSTRAK

Arah dan strategi dapat dipandang sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan program pembangunan jangka panjang sebagai salah satu komponen esensial dari tata kelola pembangunan yang baik. Tulisan ini menguraikan dinamika jangka panjang konteks yang memengaruhi kinerja pertanian global, status perkembangan pertanian Indonesia, dan pemikiran tentang arah dan strategi pembangunan pertanian Indonesia masa depan yang disusun berdasarkan tujuan menurut amanat konstitusi, analisis konteks dan prospek perkembangan tersebut. Perubahan iklim, pertumbuhan penduduk dan kemajuan ekonomi global diperkirakan akan menimbulkan skenarion badai sempurna (perfect storm): krisis pangan, air dan energi pada 2030. Walau terkesan pesimistik, Indonesia haruslah mengantisipasi ancaman ini dalam penyusunan arah kebijakan dan strategi pembangunan pertanian masa depan. Untuk itu, strategi yang dipandang tepat ialah pengembangan sistem pertanian bioindustri. Untuk itu, strategi pembangunan nasional mestilah mengadopsi paradigm pertanian untuk pembangunan dan mengadopsi pendekatan agrobiobisnis. Selain untuk penyusunan suatu dokumen perencanaan strategis, tulisan ini diharapkan juga bermanfaat sebagai bahan referensi bagi para peneliti dan pendidik pertanian.

Kata Kunci : Pertanian Masa depan, Strategi,

ABSTRACT

Directions and strategies can be seen as a reference in long-term policy making development program as one of the essential components of the development of good governance. This paper outlines the context of the long-term dynamics that affect the performance of global agriculture, the status of development of agriculture in Indonesia, and thoughts about the direction and strategy of the future agricultural development in Indonesia organized by destination according to the constitutional mandate, the analysis of the context and the development prospects. Climate change, population growth and advancement of the global economy is expected to lead to a perfect storm scenario (perfect storm): the food crisis, water and energy by 2030. Although impressed pessimistic, Indonesia must anticipate these threats in the preparation of policy and strategy of agricultural development in the future. Due to that reason appropriate strategy is the development of agricultural systems bioindustry. Therefore national development strategies must necessarily adopt agricultural paradigm for development and the approach adopted agrobiobussines. In addition to the preparation of a strategic planning document, this paper is also expected to be useful as reference material for researchers and educators agriculture.


(24)

8

I. PENDAHULUAN

Planning without action is futile, action without planning is fatal Cornelius Fichtner1

Adagium “rencana tanpa dikerjakan adalah sia-sia, bekerja tanpa perencanaan adalah fatal”

merupakan prisip dasar terkenal bagi para perencana dan manajer kebijakan, program atau proyek pribadi, perusahaan, organisasi masyarakat atau pemertintah. Adagium itu menyatakan bahwa setiap pekerjaan mestinya direncanakan. Pekerjaan tanpa direncakan tidak saja berpeluang besar gagal tidak efektif dan tidak efisen, atau tidak berhasil mewujudkan tujuannya tetapi bahkan dapat menimbulkan bencana atau kerugian tak terduga. Setiap manajer kebijkan, program atau proyek haruslah direncanakan. Sebaliknya, perencanaan yang tidak ditindaklanjuti dengan kegiatan implementasi adalah sia-sia belaka, hanya membuang tenaga, dana dan waktu belaka. Perencanaan dapat dipandang sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan. Perencanaan berbasis ilmu pengetahuan dan data faktual mutlak perlu apalagi berkaitan dengan kebijakan dan program yang menyangkut penggunaan dana besar dan kepentingan orang banyak. Pandangan “kerja,kerja dan kerja” haruslah dipandang

sebagai amanat untuk melaksanakan sutau kebijakan, program atau proyek yang sudah direncanakan dengan baik berdasarkan pengetahuan (logis) dan realitas (fakta).

Pada masa Orde Lama, pembangunan pertanian dan pembangunan nasional didasarkan pada suatu perencanaan sistematis dan berjenjang yang mencakupRencana Pembanghunan Jangka Panjang (RPJP) untuk selama 25 tahun dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang disusun oleh MPR berdasarkan UUD 1945,selanjutnya oleh Presiden sebagai mandataris MPR dijabarkan kedalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Era Reformasi, GBHN ditiadakan berdasarkan UUD 1945 perubahan, RPJP diganti dengan sebutan Rencana Pembangunan Jangaka Panja Nasiopnal (RPJPN) untuk selama 20 tahun berdasarkan UU 17/2007, Repelita diganti dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang disusun oleh Presiden terpilih yang kemudian dijabarkan menjadi Rencana Strategis Kementerian/Lembaga. Masalahnya ialah RPJPN itu amat umum sehingga dalam praksis RPJMN disusun seolah-olah tidak berkaitan satu sama lain. Akibatnya, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kemungkinan besar tidak konsisten dan koheren dalam jangka panjang.

Pembangunan pertanian amat penting untuk menjamin ketahanan pangan dan gizi seluruh rakyat, kesejahteraan ratusan juta rakyat dan fasilitator, dan dinamisator pembangunan nasional, sementara kinerjanya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat eksternal dan tidak menentu. Perencanan jangka panjang amat diperlukan dalam tatakelola pembanganan pertanian jangka panjang. Arah dan strategi adalah landasan perumusan kebijakan dan program dalam suatu dokumen perencanan strategis. Berikut ini diuraikan analisis tentang konteks yang memengaruhi kinerja pertanian global, status perkembangan pertanian Indonesia, dan pemikiran tentang arah dan strategi pembangunan pertanian Indonesia masa depan yang disusun berdasarkan tujuan menurut amanat konstitusi, analisis konteks dan prospek perkembangan tersebut. Selain untuk penyusunan suatu dokumen perencanaan strategis, tulisan ini diharapkan juga bermanfaat sebagai bahan referensi bagi para peneliti dan pendidik pertanian.

1

Cornelius Fichtner on Twitter: ":-) Planning without action is futile ...


(25)

9

II. DINAMIKA LINKUNGAN STRATEGIS GLOBAL 2.1 Kekuatan utama penentu dinamika pertanian global

Perubahan demografis

Penduduk dunia diproyeksikan akan meningkat sekitar 2,3 milyar jiwa, dari 7,0 miliar jiwa pada 2011 menjadi 9,3 miliar jiwa pada 2050 atau dengan laju pertumbuhan sekitar 0,72 persen per tahun. Hampir seluruh peningkatan penduduk tersebut terjadi di negara-negara berpendapatan rendah. Penduduk negara-negara maju sudah mendekati tahapan stasioner, sedangkan penduduk negara-negara berkembang dan terbelakang berturut-turut meningkat 0.83 %/tahun dan 1,77 %/tahun. Jika dilihat menurut kawasan, pertambahan pendududuk tersebut sebagian besar (89,24 %) terjadi di Afrika dan Asia. Pertambahan penduduk di dua benua ini Penduduk Afrika meningkat 1,1 miliar jiwa, dari 1,04 milyar jiwa pada 2011 menjadi 2,2 miulyar jiwa pada 2050 atau 1.85 %/tahun. Penduduk Asia meningkat 935 juta atau 40,09 % dari pertambahan penduduk dunia namun pertumbuhannya hanya 0,5 %/tahun, jauh lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk Afrika (Tabel 1).

Tabel 1. Proyeksi pertumbuhan penduduk dunia 2011-2050

Wilayah Jumlah (juta

jiwa)

Pangsa (%) Pertumbuhan

(%/tahun)

% Usia lanjut ( >60 tahun)

2011 2050 2011 2050 2011-2050 2011 2050

Dunia 6974 9306 100 100 0.72 11 22

Negara-negara maju 1240 1312 17.8 14.1 0.14 22 32

Negara-negara berkembang 5734 7994 82.2 85.9 0.83 9 20

Negara-negara paling terbelakang 851 1726 12.2 18.6 1.77 5 11

Negara-negara berkembang lain 4883 6268 70.0 67.4 0.62 10 23

Afrika 1046 2192 15.0 23.6 1.85 6 10

Asia 4207 5142 60.3 55.3 0.50 10 24

Eropa 739 719 10.6 7.7 -0.07 22 34

Amerika Latin dan Karibia 597 751 8.6 8.1 0.58 10 25

Amerika Utara 348 447 5.0 4.8 0.63 19 27

Oseania 37 55 0.5 0.6 0.99 15 24

Source: United Nations (2011)

Dimensi kedua perubahan struktur demografi yang dipandang paling berpengaruh terhadap permintaan pangan ialah urbanisasi yang berlangsung beriringan dengan transformasi struktur ekonomi. Penduduk perkotaan di negara-negara maju meningkat dengan laju 0.52 %/tahun pada 2011-2030 dan kemudian melambat menjadi 0.29 %/tahun pada 2011-2030-2050 dengan kecepatan urbanisasi 0.29 %/tahun pada 2011-2030 dan 0,23 %/tahun pada 2030-2050. Laju pertumbuhan penduduk perkotaan di negara-negara berkembang meningkat jauh lebih cepat dari pada di negara-negara maju, yakni dengan laju 2.02 %/tahun pada 2011-2030 dan kemudian melambat menjadi 1,34 %/tahun pada 2030-2050 dengan laju 0.95 %/tahun pada 2011-2030 dan 0,69 %/tahun pada 2030-2050.

Perubahan kesejahteraan ekonomi

Hukum Engel mengatakan bahwa jumlah maupun kualitas konsumsi pangan meningkat namun pangsa nilai pengeluaran pangan menurun seiring dengan peningkatan pendapatan pangan. Dengan hukum ini dapat disimpulkan bahwa konsumsi pangan per kapita meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita namun besaran peningkatannya cenderung menurun. Dengan perkataan lain, elastisitas permintaan pangan terhadap pendapatan lebih tinggi di negara yang pendapatan per kapitanya lebih rendah. Hukum kedua yang dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan pola konsumsi pangan seiring dengan perubahan pendapatan ialah hukum Bennet: apabila pendapatannya meningkat maka rumahtangga akan melakukan substitusi bahan pangan pokoknya dengan mengurangi sumber karbohidrat bermutu rendah (ubikayu, barley, sorgum, jagung) dan menambah sumber karbohidrat bermutu tinggi (beras, terigu) dan selanjutnya akan mengurangi sumber karbohidrat maupun sumber protein nabati dan menambah sumber protein (daging, telur, susu) maupun sayuran dan buah-buahan. Hukum Bennet dapat dipakai untuk menjelaskan bahwa diversifikasi pangan akan berjalan seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita (Thomson and


(26)

10

Metz, 1988). Berdasarkan penelitian empiris dengan menggunakan data sejumlah negara Cranfield, et.al. (1998) menggolongkan tiga pola konsumsi menurut tingkat pendapatan (Tabel 2)

Tabel 2. Komposisi umum bahan pangan menurut tingkat pendapatan Peringkat nilai

pengeluaran

Tingkat pendapatan perkapita penduduk

Rendah Menengah Tinggi

1 Biji-bijian Produk ternak Produk ternak

2 Produk ternak Biji-bijian Pangan lainnya

3 Sayur dan buah Sayur dan buah Sayur dan buah

4 Pangan lainnya Pangan lainnya Biji-bijian

Sumber: Cranfield, et.al. (1998)

Globalisasi dan diet westernization

Globalisasi perdagangan dan investasi telah membuat setiap negara terbuka terhadap investasi asing dalam bidang industri makanan dan minuman, restoran, perdagangan eceran (super markets) dan pertanian. Globalisasi telah menciptakan gelombang “westernization of diet” yang dicirikan oleh

transformasi pola pangan dari berbasis diet tradisional menjadi berbasis diet barat (Pingali, 2004). Gelombang westernization of diet dapat diamati dari pertumbuhkembangan restoran cepat saji multinasional seperti McDonald, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, yang kini sudah ada di hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Lebih jauh, Kelly, et al (2010) menyatakan bahwa konvergensi pola pangan ke arah diet barat pada tataran global juga diikuti oleh divergensi menurut status sosial ekonomi. Pada awalnya, diet barat diadopsi oleh kelompok penduduk berpendapatan tinggi. Pada tahapan pembangunan yang lebih tinggi, kelompok penduduk berpendapatan tinggi, yang lebih sadar akan resiko kesehatan diet barat dan lebih berkemampuan dalam mengatur pola pangannya, akan cenderung menghindari diet barat sedangkan kelompok penduduk berpendapatan rendah terus meningkatkan adopsinya terhadap diet barat. Fenomena inilah yang disebut divergensi diet . Berdasarkan hipotesis konvergensi dan divergensi diet yang diajukan oleh Kelly, et al (2010), substitusi pola pangan tradisional dengan pola pangan barat (konvergensi ke diet barat) terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang. Konvergensi diet yang terjadi menurut status sosial ekonomi penduduk domestik akan menyebabkan kelompok penduduk miskin terperangkap dalam pola pangan barat yang beresiko tinggi menimbulkan sindroma obesitas dan penyakit terkait makanan lainnya.

Kelangkaan lahan dan air

Peningkatan kelangkaan lahan pertanian merupakan fenomena global. Berikut adalah faktor-faktor utama penyebab penurunan luas lahan pertanian. GiovannuccI, et. al (2012) mengemukakan bahwa sekitar 20.000-50.000 km2 lahan potensial produktif hilang tiap tahun karena erosi dan degradasi dan 2.9 km2 dinilai berisiko tinggi berubah menjadi padang pasir, sejumlah besar diantaranya di negara-negara berkembang. Erosi dan degradasi serta konversi ke penggunaan non pangan diperkirakan menurunkan ketersediaan lahan untuk pangan sebesar 8-20 % hingga 2050.Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3, pertumbuhan lahan pertanian global mengalami perlambatan dari 0,17 %/tahun pada 1990-2005 menjadi 0,10 %/tahun pada 2015-2050. Lahan pertanian mengalami pertumbuhan positif dengan laju yang menurun tajam dari 0,65 %/tahun pada 1990-2005 menjadi 0,10 %/tahun pada 2015-2050. Namun di negara-negara industri dan transisi ekonomi mengalami pertumbuhan negatif. Lahan pertanian di Afrika Utara juga menurun dengan laju yang semakin tinggi sejak tahun 1990an. Pertumbuhan lahan tertingi ialah di Sub-Sahara Afrika yang mencapai 1,07 %/tahun pada 1990-2005 namun menurun tajam menjadi 0,10 %/tahun pada 2015-2050. Amerika Latin menduduki peringkat laju pertumbuhan tertinggi kedua pada periode 2015-2050 dengan laju 0,55 %/tahun. Laju pertumbuhan di Asia Timur menurun tajam dari 1,12 %/tahun (peringkat tertinggi pertama) pada 1990-2005 menjadi 0,02 %/tahun pada 2015-2050.


(27)

11

Tabel 3. Perluasan lahan pertanian global 1961/63-2050

Area Tanah pertanian yang digunakan (juta ha) Pertumbuhan (%/tahun)

1961/63 1989/91 2005 20015 2030 2050

1961-2005

1990-2005

2015-2050

Sub-sahara Afrika 133 161 193 236 275 300 0.80 1.07 0.55

Amerika latin 105 150 164 203 234 255 1.01 0.64 0.52

Afrika utara 86 96 99 86 84 82 0.34 -0.02 -0.11

Asia selatan 191 204 205 206 211 212 0.15 0.07 0.07

Asia timur 178 225 259 235 236 237 0.99 1.12 0.02

China 73 94 102 105 109 112 0.85 0.71 0.15

Negara berkembang

693 837 920 966 1040 1086 0.67 0.65 0.27

China dan India 426 536 594 666 740 789 0.75 0.66 0.39

Negara industri 388 401 388 388 375 364 -0.02 -0.21 -0.15

Negara transisi 291 277 247 247 234 223 -0.32 -0.90 -0.23

Dunia 1375 1521 1562 1602 1648 1673 0.30 0.17 0.10

Source: Bruinsma (2011)

Pertanian merupakan pengguna air terbesar. Kedepan, pertanian akan menghadapi masalah kelangkaan air yang kian ketat sebagai konsekuensi dari perpaduan dua kecenderungan berikut. Pertama, peningkatan permintaan air untuk non-pertanian sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan kemajuan ekonomi. Kedua, penurunan pasokan baku air sebagai akibat dari perubahan iklim dan degradasi alam. Seperti halnya lahan, nilai manfaat (rente) penggunaan air untuk pertanian secara umum lebih rendah daripada untuk non-pertanian. Oleh karena itu, pertanian akan terus mengalami tekanan kelangkaan air yang semakin berat. GiovannuccI, et. al (20120) mengemukakan bahwa kelangkaan air boleh jadi merupakan faktor yang paling kuat dalam menurunkan hasil pertanian. Kelangkaan air, yang diperburuk oleh tekanan hama dan penyakit tanaman dan hewan, dapat menurunkan hasil pertanian antara 5-25 %. Insiden kekeringan dalam 30 tahun terakhir telah membunuh sekitar 20 %-62 % ternak dan memicu kelaparan di 6 negara Afrika.

Perubahan iklim global

Dampak utama perubahan iklim global mencakup (Hoffmann, 2011, Keane, et. al. , 2009): 1. Peningkatan suhu mempengaruhi kesehatan tanaman, hewan dan petani, meningkatkan

hama-penyakit, menurunkan pasokan air meningkatkan resiko perluasan ariditas dan degradasi lahan. 2. Perubahan pola presipitasi akan memperkuat kelangkaan air dan tekanan kekeringan terhadap

tanaman dan mengubah pasokan air.

3. Meningkatkan frekuensi kejadian iklim ekstrim berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman dan ternak serta merusak infrastruktur pertanian.

4. Meningkatkan konsentrasi C02 atmosfir dalam jangka pendek dapat meningkatkan fertilisasi

karbon yang berarti meningkatkan produktivitas tanaman (namun dalam jangka panjang dapat menurunkan produktivitas tanaman).

5. Meningkatkan permukaan air laut yang dapat mengurangi luas lahan dan ketersediaan air tawar untuk pertanian, mengubah kondisi produksi akuakultur dan mengubah infrastruktur perdagangan pertanian.

6. Mempersulit perencanaan produksi pertanian.

Tidak dapat dipungkiri, sebagian elemen perubahan iklim dapat berdampak positif terhadap produksi pertanian. Peningkatan konsentrasi C02 atmosfir sampai kadar tertentu dapat fertilisasi

karbon yang berarti meningkatkan produktivitas tanaman tertentu. Namun secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim berpengaruh negatif terhadap produksi pangan global. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4, perubahan iklim dapat menurunkan secara nyata produksi pangan global. Pada periode 20002050, perubahan iklim diperkirakan akan dapat menurunkan produk beras -12.7 %, gandum -25.3 %, jagung -0.1%, millet -7.7% dan sorgum -2.5 %. Secara umum, dampak negatif perubahan iklim ternyata lebih buruk di negara sedang berkembang daripada di negara-negara maju. Kiranya dapat diperhatikan bahwa dampak perubahan iklim secara umum lebih parah terhadap makanan pokok di setiap kawasan. Sebagai contoh, untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, dampak negatif terparah ialah untuk beras yang merupakan bahan pangan pokok di kawasan tersebut.


(28)

12

Untuk Asia Selatan, dampak negatif terparah ialah untuk gandum, beras dan jagung sedangkan untuk kawasan Eropa dan Asia Tengah dampak negatif tertinggi ialah untuk gandum dan jagung yang kesemuanya adalah pangan pokok di masing-masing kawasan. Persebaran demikian memperparah dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan global.

Tabel 4. Dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan 2000-2050 (tanpa penyerbukan karbon) (%)

Wilayah Beras Gandum Jagung Millet Sorghum

Asia Selatan -14.4 -46.2 -13.7 -14.2 -15.9

Asia Timur dan Pasifik -9.7 1.8 -1.9 6.25 4.05

Eropa dan Asia Tengah -0.5 -47.2 -28.6 -4.75 -6.5

Amerika Latin dan Karibia -20.5 14.4 -2.15 8.0 3.3

Timur Tengah dan Afrika Utara -36.3 -6.9 -16.6 -4.1 0.5

SubSahara Afrika -14.8 -34.6 -8.3 -7.2 -2.6

Negara-negara berkembang -11.2 -9.4 6.65 -4.3 -5.2

Negara-negara maju -12.8 -31.3 -6.15 -7.7 -2.0

Dunia -12.7 -25.3 -0.1 -7.7 -2.5

Keterangan: Rata-rata proyeksi model CSIRO dan NCAR Sumber: Nelson, et.al. 2009.

Pada tahap awal ini akan terjadi persaingan antara pemenuhan kebutuhan pangan dan pemenuhan kebutuhan bioenergi. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hayati dan bioenjinering, bioenergi dapat pula dihasilkan dari sampah organik, selulosa (generasi kedua) dan alga (generasi ketiga), tidak perlu lagi menggunakan bahan pangan sehingga pemenuhan kebutuhan pangan dan bioenergi tidak lagi bersifat trade-off. Oleh karena itulah penggunaan bahan pangan tidak berubah atau bahkan menurun pada periode 2030-2050.

2.2 Ancaman badai sempurna (The perfect strorm): Krisis pangan, energi dan air

Perpaduan antara peningkatan kelangkaan dan harga bahan bakar fosil dan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi biorefinery telah mendorong peningkatan pesat produksi bioenergi. Pada periode 2015-2050, permintaan komoditas pangan untuk bioenergi diproyeksikan akan tumbuh 2,55 %/tahun sedangkan untuk pangan hanya tumbuh 0,79 %/tahun (Deutsche Bank, 2009). Pangsa permintaan bioenergi meningkat dari 13,36 % pada 2015 menjadi 18,61 % pada 2050. Pada tahap awal, produksi bioenergi masih menggunakan teknologi generasi pertama dengan feedstock komoditas pangan utamanya jagung, kedelai, tebu, ubikayu dan tanaman minyak (khususnya kelapa sawit). Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9, penggunaan beberapa komoditas pangan untuk bionergi meningkat sangat tajam: serealia meningkat dari 65 juta ton pada 2005/2007 menjadi 182 juta ton pada 2050, minyak sayur meningkat dari 7 juta ton pada 2005/2007 menjadi 29juta ton pada 2050, tebu meningkat dari 28 juta ton pada 2005/2007 menjadi 81 juta ton pada 2050, dan ubikayu meningkat dari satu juta ton pada 2005/2007 menjadi delapan juta ton pada 2050 (Tabel 5).

Tabel 5. Penggunaan Komoditas Pangan untuk Bioenergi 2005/2007-2050

Komoditas Satuan 2005/ 2007 2030 2050

Serealia Juta ton 65 182 182

Serealia Persentase dalam total penggunaan 3.2 6.7 6.1

Minyak sayur Juta ton 7 29 29

Minyak sayur Persentase dalam total penggunaan 4.8 12.6 10.3

Sugar (equiv. tebu) Juta ton 28 81 81

Sugar (equiv. tebu) Persentase dalam total penggunaan 15.1 27.4 24.3

Ubikayu (segar) Juta ton 1 8 8

Ubikayu (segar) Persentase dalam total penggunaan 0.4 2.3 1.8

FAO (2012)

Proyeksi Idso (2011) menunjukkan bahwa dengan menerapkan Iptek maju total produksi pangan dapat meningkat 0,84 %/tahun sementara bila penerapan Iptek maju dikombinasikan dengan fertilisasi C02 maka total produksi pangan dapat meningkat 1,26 %/tahun (Tabel 6). Fertilisasi C02

sangat penting dalam peningkatan produksi pangan. Jelaslah kiranya bawa produksi pangan dunia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Professor John Beddington(2009) kepala dewan ilmuan


(29)

13

(Chief Scientist) Kerajaan Inggris bahkan memperkirakan scenario badai sempurna (the perfect storm scenario) pada 2030 yang pada intinya memperkirakan bahawa permintaan pangan akan meningkat 1,5 %/tahun, energi 1,5 %/tahun dan air 0,9 %/tahun (akibat petumbuhan penduduk, perubahan struktur demografi, pertumbuhan ekonomi sebagaimana telah dijelaskan di muka), sementara kapasitas produssi pangan dan air cederung menurun (akibat perubahan iklim) dan cadangan energi fosil kian menipis shingga pada 2030 akan terjadi krisis pangan, air dan energi pada tataran global.

Tabel 6. Proyeksi Penawaran Pangan Global 2009-2050

Tanaman Pangsa

produks i (%)

Produksi 2009 (juta

ton)

Produksi 2050 Pertumbuhan 2009- 2050

(%/tahun) Iptek maju

(juta ton)

Iptek maju + fertilisasi

C02 (juta ton)

Iptek maju

Iptek maju +

fertilisasi C02

Tebu 21.24 1.607 1.979 2.243 0,56 0,97

Jagung 10.28 801 1.283 1.366 1,47 1,72

Beras 9.44 667 867 982 0,73 1,15

Gandum 9.37 649 869 970 0,82 1,21

Kentang 4.87 329 416 466 0,64 1,01

Gula bit 3.88 233 440 515 2,17 2,95

Ubikayu 2.98 235 396 412 1,67 1,84

Kedelai 2.84 237 289 342 0,53 1,08

K. sawit 2.25 212 359 404 1,69 2,21

Barley 2.22 144 194 221 0,85 1,30

Ubijalar 1.97 109 42,2 60,0 -1,49 -1,10

Melon 1.22 106 192 203 1,97 2,23

Pisang 1.13 92,4 147,6 167 1,46 1,97

Jeruk 0.98 66,5 52,6 66,8 -0,51 0,01

Anggur 0.97 68,5 88,0 111 0,69 1,51

Apple 0.94 68,7 151 166 2,92 3,45

Kubis 0.93 73,8 67,0 82,0 -0,22 0,27

Lettuce 0.30 24,7 24,5 28,7 -0,02 0,39

Total 95.0 7.046 9.474 10.677 0,84 1,26

Sumber: Idso (2011)

Walau terkesan pesimistik, Indonesia haruslah mengantisipasi ancaman ini dalam penyusunan arah kebijakan dan strategi pembangunan pertanian masa depan. Untuk itu, strategi yang dipandang tepat ialah pengembangan sistem pertanian bioindustri. Untuk itu, strategi pembangunan nasional mestilah mengadopsi paradigm pertanian untuk pembangunan dan mengadopsi pendekatan agrobiobisnis Semua itu akan dibahas dalam bagian berikut.

III. PERUBAHAN KONTEKS DAN KONTEN PEMBANGUNAN AGRIBISNIS

Kemajuan peradaban pada tataran global dalam enam dekade terakhir, telah menyebabkan perubahan mendasar dalam context dan content pembangunan agribisnis. Perubahan context berkaitan dengan perubahan lingkungan strategis sementara perubahan content berkaitan dengan berubahan karakter internal dari sistem agribisnis. Perubahan context dan content telah mengubah arah, issu dan kebijakan, yang berati pula paradigma pembangunan yang tepat untuk memahami dan mengelola pembangunan agribisnis. Faktor-faktor pendorong utama (key drivers) yang mendorong perubahan tersebut diuraikan berikut ini (Simatupang, 2015).

Pertama, perubahan tataran persaingan dari persaingan antar perusahaan menjadi persaingan antar rantai nilai. Perubahan ini merupakan konsekuensi dari globalisasi perekonomian dan perubahan preferensi konsumen hasil usaha agribisnis. Seperti yang dijelaskan oleh Simatupang (1995), globalisasi ekonomi dicirikan oleh liberalisasi perdagangan dan investasi sehingga dayasaing menjadi kunci bagi setiap perusahaan agar dapat bertahan hidup dan tumbuh-kembang. Liberalisasi perekonomian merupakan konsekuensi dari kesepatan World Trade Organization (WTO) dan Tripple-T Revolution (Telecommunication, Transportasi, Tourism). Perubahan preferensi konsumen dicirikan oleh perubahan preferensi konsumen dari permintaan terhadap komoditas atau produk menjadi


(30)

14

permintaan terhadap atribut produk. Selain itu, konsumen juga menuntut adanya transparansi dan ketelusuran (traceability) penggunaan input, produsen dan proses produksi serta sistem logistik hingga produk sampai ke konsumen akhir. Hal ini hanya dapat diwujudkan melalui pengelolaan rantai nilai secara eksklusif.

Kedua, kesadaran baru tentang orientasi pembangunan. Kini semakin disadari bahwa orientasi kehidupan manusaia, yang berarti juga orientasi pembangunan setiap negara, bersifat multi-dimensi. Tidak hanya berdimensi ekonomi, tetapi juga berdimensi sosial dan lingkungan. Dimesi sosial mencakup antara lain keadilan dan pemerataan pembangunan (justice and equity), partisipasi demokratik, dan hak azasi manusia (bahkan juga hewan). Dimensi lingkungan mencakup keberlanjutan sumberdaya alam serta kesehatan, kenyamanan, dan keindahan lingkungan hidup. Seiring dengan itu, usaha agribisnis tidak boleh lagi berorientasi pada perolehan laba sebesar-besarnya (dimensi ekonomi), tetapi juga harus memperhatikan kesejahteraan hidup, keadilan dan pemerataan pembagian hasil usaha, dan hak azasi pegawainya, turut bertanggung jawab atas penghidupan masyarakat sekitar (dimensi sosial), serta bertanggunggung jawab atas kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Keberlanjutan eksistensi perusahaan ditentukan oleh pelaksanaan ketiga dimensi tersebut. Indikator kinerja perusahaan ini dikenal dengan konsep Profit (Ekonomi)-People

(Sosial)-Planet (Lingkungan Hidup). Dengan demikian, kesadaran baru itu telah mengubah orientasi nilai manfaat yang diciptakan oleh perusahaan agribisnis dari semata-mata nilai ekonomi menjadi nilai ekonomi plus nilai sosial dan nilai lingkungan hidup.

Ketiga, pandangan baru bahwa iklim global adalah barang publik global (global public good) yang kini sudah mengalami perubahan yang mengancam eksistensi kehidupan di bumi. Iklim global adalah barang publik global, yang berarti bahwa iklim mempengaruhi kehidupan setiap orang dimana saja, sehingga setiap orang dimana saja turut beranggung jawab untuk memeliharanya. Penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim sudah mendekati titik kritis, yang mengancam kenyaman dan eksistensi manuasi dan mahluk hidup hidup secara umum. Perubahan iklim juga juga telah menyebabkan penurunan produksi pertanian global. Perubahan iklim global tersebut merupakan indikasi dari kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Setiap usaha agribisnis berkewajiban untuk turut serta dalam memelihara iklim global.

Keempat, kebangkitan bioekonomi. Mengingat bahan fosil diperkirakan akan semakin langka dan mahal sepanjang abad ke-21 dan akan habis keseluruhannya di awal abad ke-22, maka ke depan, perekonomian setiap negara haruslah ditransformasikan dari yang selama ini berbasis pada sumber energi dan bahan baku asal fosil menjadi berbasis pada sumber energi dan bahan baku baru dan terbarukan, utamanya bahan hayati. Era revolusi ekonomi yang digerakkan oleh revolusi teknologi industri dan revolusi teknologi informasi berbasis bahan fosil telah berakhir, dan akan digantikan oleh era revolusi bioekonomi yang digerakkan oleh revolusi bioteknologi dan bioenjinering yang mampu menghasilkan biomassa sebesar-besarnya untuk kemudian diolah menjadi bahan pangan, pakan, energi, obat-obatan, bahan kimia dan beragam bioproduk lain secara berkelanjutan (Kementerian Pertanian, 2014). Bioekonomi itu pastilah berbasis agribisnis penghasil biomassa (agrobiomassa). Banyak negara telah mempersiapkan diri untuk mengambil kesempatan lebih awal dari kebangkitan revolusi bioekonomi tersebut dengan menyusun rencana strategis dan melaksanakannya dengan road map yang komprehensif (Albrecht and Ettling, 2014). Era revolusi bioekonomi menjadi momentum bagi kebangkitan kembali (renaissance) pertanian dan ilmu ekonomi pertanian (Sexton, 2013).

Kelima, saturasi teknologi Revolusi Hijau dan kebangkitan Revolusi Hayati. Pingali (2012) mengatakan bahwa periode Revolusi Hijau generasi pertama telah berakhir pada paruh pertama dekade 1980’an. Penelitian Grassini, Eskridge, and Cassman (2013) menunjukkan bahwa tren produktivitas padi, jagung dan gandum menunjukkan tren pertumbuhan menurun sejak akhir dekade 1990’an. Kemajuan bioscience dan bioengineering telah mendorong tumbuh kembangnya Revolusi Hayati (Biorevolution) menggantkan Revolusi Hijau (Green Revolution) yang kini telah mengalami pemudaran atau bahkan telah berubah menjadi sumber permasalahan bagi pertanian. Ciri-ciri Revolusi Hayati itu dan perbandingannnya dengan Revolusi Hijau ditampilkan pada Tabel 1. Penggerak utama Revolusi Hayati itu ialah Revolusi Bioekonomi (sebagaimana diuraikan di atas); Peningkatan kebutuhan pangan, pakan, energi dan serat. Perubahan iklim global dan internalisasinya dalam sistem ekonomi-politik; Peningkatan kelangkaan sumberdaya lahan dan air; Peningkatan permintaan terhadap jasa lingkungan; Peningkatan jumlah petani marginal. Kementerian Pertanian (2014) telah menyusun kerangka dasar atau strategi induk pembangunan pertanian dalam rangka


(1)

305

142 Maya Dhania Sari BPTP Balitbangtan SUMSEL

143 Edi Susilo UNRAS

144 Parwito UNRAS

145 Alnopri UNIB / Ka PERAGI

146 Risuan Anwa R UNIHAZ

147 Novitri Univ. Muhammadiyah Bengkulu

148 Parlin H Sinaga Univ. Muhammadiyah Bengkulu

149 Diahirianti Ka. Komnas SDG Bengkulu

150 Marulak S UNIB

151 Kuswandi BALITBU Tropika

152 Sukarmin BALITBU Tropika

153 Sri Hadiati BALITBU Tropika

154 Harmanto BPTP Balitbangtan SUMSEL

155 Waluyo BPTP Balitbangtan SUMSEL

156 Harwi Kusnadi BPTP Balitbangtan Bengkulu

157 Aulia Evi Susanti BPTP Balitbangtan SUMSEL

158 Zulfa wilman LPTP KEPRI

159 Fahroji BPTP Balitbangtan RIAU

160 Sri Swastika BPTP Balitbangtan RIAU

161 Rachmiwaty yusuf BPTP Balitbangtan RIAU

162 Eliartati BPTP Balitbangtan RIAU

163 Marsid Jahari BPTP Balitbangtan RIAU

164 Ina Zulaehah BALINGTAN

165 Yudi Sastro BPTP Balitbangtan Jakarta

166 Teddy Suparno UNIB

167 Rahmat Wijaya UNIB

168 Nurwati BPTP Balitbangtan Yogyakarta

169 Ari Widyastuti BPTP Balitbangtan Yogyakarta

170 Siti Maryam H BPTP Balitbangtan SUMUT

171 T. Marbun BPTP Balitbangtan SUMUT

172 Yulie Oktavia BPTP Balitbangtan Bengkulu

173 Irma Calista Siagian BPTP Balitbangtan Bengkulu

174 Johardi BPTP Balitbangtan Bengkulu

175 Siswani Dwi Daliani BPTP Balitbangtan Bengkulu

176 Sri S Rambe BPTP Balitbangtan Bengkulu

177 Yahumri BPTP Balitbangtan Bengkulu

178 Wilda Mikasari BPTP Balitbangtan Bengkulu

179 Wahyuni Amelia Wulandari BPTP Balitbangtan Bengkulu

180 Tri Wahyuni BPTP Balitbangtan Bengkulu

181 Emlan Fauzi BPTP Balitbangtan Bengkulu

182 Bambang Harianto Balitbu Tropika

183 Nini marta Balitbu Tropika

184 Mansur Lolit Tungro

185 Nanik Setyowati Universitas Bengkulu

186 Masdar Universitas Bengkulu

187 Lina Ivanti BPTP Balitbangtan Bengkulu

188 Nurmegawati BPTP Balitbangtan Bengkulu


(2)

306

190 Murwati BPTP Balitbangtan Yogyakarta

191 Sutardi BPTP Balitbangtan Yogyakarta

192 M. Ghulamahdi BPTP Balitbangtan Lampung

193 Eko sulistyono BPTP Balitbangtan Lampung

194 Muhammad yusuf antu BPTP Balitbangtan Gorontalo

195 Nanang Buri BPTP Balitbangtan Gorontalo

196 Ari Widya handayani BPTP Balitbangtan Gorontalo

197 Miswarti BPTP Balitbangtan Bengkulu

198 Saripah Ulpah BPTP Balitbangtan Riau

199 Maizar BPTP Balitbangtan Riau

200 Ade Yulfida BPTP Balitbangtan Riau

201 Ekaningttyas Kushatanti BPTP Balitbangtan Jawa Tengah

202 Tota Suhendra BPTP Balitbangtan Jawa Tengah

203 Oswald Marbun BPTP Balitbangtan Jawa Barat

204 Catur Herison Universitas Bengkulu

205 Muhammad Chozin Universitas Bengkulu

206 Entang Inoriah Universitas Bengkulu

207 Zainal Abidin BPTP Balitbangtan Sulawesi Tenggara

208 Siti Rosmanah BPTP Balitbangtan Bengkulu

209 Sudir BB Padi

210 Lailatul Isnaini BPTP Balitbangtan Jawa Timur

211 Sri Harwanti BPTP Balitbangtan Jawa Timur

212 M. Ferizal BPTP Balitbangtan Aceh

213 Idawanni BPTP Balitbangtan Aceh

214 Fenty Ferayanti BPTP Balitbangtan Aceh

215 Assayuthi Ma’suf BPTP Balitbangtan Sulawesi Tenggara

216 Sjamsiar BPTP Balitbangtan Sulawesi Tenggara

217 Rahmat Oktavia BPTP Balitbangtan Bengkulu

218 Ina Zulaiehah Balingtan

219 Sukarjo Balingtan

220 Prihasto Setyanto Balingtan

221 Dedi Sugandi BPTP Balitbangtan Bengkulu

222 Ni Ketut Kasih Sukraeni BPTP Balitbangtan Bali

223 Titin Sugianti BPTP Balitbangtan Nusa Tenggara Barat

224 Eni Fidiyawati BPTP Balitbangtan Nusa Tenggara Barat

225 Siti Mutmaidah Balitkabi

226 Evi Silviyani BPTP Balitbangtan Bengkulu

227 Engkos Kosmana BPTP Balitbangtan Bengkulu

228 A. Dalapati

229 Sumarni BPTP Balitbangtan Sulawesi Tengah

230 I Ketut Mahaputra BPTP Balitbangtan Bali

231 Siti Aminah BPTP Balitbangtan Jakarta

232 M. Yanis BPTP Balitbangtan Jakarta

233 T. Ramdhan BPTP Balitbangtan Jakarta

234 Adetiya Racman BPTP Balitbangtan Jawa Barat

235 Riswita Syamsuri BPTP Balitbangtan Jawa Barat

236 Ita Yustina BPTP Balitbangtan Jawa Timur


(3)

307

238 Yuni Astuti BPTP Balitbangtan Jawa Timur

239 Ari Abdul Rouf BPTP Balitbangtan Gorontalo

240 Hatta Muhammad BPTP Balitbangtan Gorontalo

241 Jonharnas BPTP Balitbangtan Sumatera Utara

242 Novia Chairuman BPTP Balitbangtan Sumatera Utara

243 I Ketut Kariada BPTP Balitbangtan Bali

244 I. B. Aribawa BPTP Balitbangtan Bali

245 Kiagus Abdul Kodir BPTP Balitbangtan Sumatera Selatan

246 Robiyanto BPTP Balitbangtan Bengkulu

247 Hasrianti Silondae BPTP Balitbangtan Sulawesi Utara

248 Maryana BPTP Balitbangtan Sumatera Selatan

249 Shannora Yuliasari BPTP Balitbangtan Bengkulu

250 Bina Br Karo KP Berastagi Balittas

251 Agustina E Marpaung KP Berastagi Balittas

252 Taufiq Hidayat. RS Balai Penelitian Tanaman Serat dan Pemanis

253 Dedeh Hadiyanti BPTP Balitbangtan Sumatera Selatan

254 Suparwoto BPTP Balitbangtan Sumatera Selatan

255 Nia Rachmawati Pustaka

256 Yanto Surdianto BPTP Balitbangtan Jawa Barat

257 Siti Lia M BPTP Balitbangtan Jawa Barat

258 Fiana Pondesta Universitas Muhammadiyah Bengkulu

259 Suryadi Universitas Muhammadiyah Bengkulu

260 Rima Purnamayani BPTP Balitbangtan Jambi

261 Araz Meilin BPTP Balitbangtan Jambi

262 A.A.N.B. Sarmudadinata BPTP Balitbangtan Bali

263 Reni Andista Universitas Bengkulu

264 Usman Kris Joko Universitas Bengkulu

265 Suharjo Universitas Bengkulu

266 Sahrul Hadi Nasution LPTP Kepulauan Riau

267 Anis Fahri BPTP Balitbangtan Riau

268 Heri Widyanto BPTP Balitbangtan Riau

269 Taufik Hidayat BPTP Balitbangtan Riau

270 L.T. Nguyen

271 Taufik Rahman BPTP Balitbangtan Bengkulu

272 Lutfi Ihzar BPTP Balitbangtan Jambi

273 Jondri S BPTP Balitbangtan Jambi

274 Oktariani I S BPTP Balitbangtan Jambi

275 Neni Rostini Balithi

276 Murdaningsih H Balithi

277 Anas K Balithi

278 Ida Bagus Gede Suryawan BPTP Balitbangtan Bali

279 Afrima Sari Universitas Bengkulu

280 Widodo Universitas Bengkulu

281 Bambang Gonggo M Universitas Bengkulu

282 Oktiana Sari Universitas Bengkulu

283 Prasetyo Universitas Bengkulu

284 Enggar Apriyanto Universitas Bengkulu


(4)

308

286 Makful Balitbu Tropika

287 Sahlan Balitbu Tropika

288 Mega Andini Balitbu Tropika

289 Andre Sparta Balitbu Tropika

290 Yulia Irawati Balitbu Tropika

291 Jhon David BPTP Balitbangtan Kalimantan Barat

292 Yesmawati BPTP Balitbangtan Bengkulu

293 Yuliani Zainudin BPTP Balitbangtan Sulawesi Tenggara

294 Yudi Irawan BPTP Balitbangtan Sulawesi Tenggara

295 Sudarmansyah BPTP Balitbangtan Bengkulu

296 Yuniarto K Balithi

297 Suryawati Balithi

298 A. Qosim Balithi

299 M. Rachmadi Balithi

300 N. Wicaksana Balithi

301 Bunaiyah Honorita BPTP Balitbangtan Bengkulu

302 Kiki Kusyaeri BPTP Balitbangtan Jawa Barat

303 Meksy Dianawati BPTP Balitbangtan Jawa Barat

304 Oktariani Indri Safitri LPTP Balitbangtan Kepulauan Riau

305 Tini Siniati Koesno BPTP Balitbangtan Jawa Timur

306 Suharyanto BPTP Balitbangtan Bangka Belitung

307 Rubiyo BPTP Balitbangtan Bangka Belitung

308 Rachmiwati Yusuf BPTP Balitbangtan Riau

309 Fitriana Nasution Balitbu Tropika

310 Rahmi Wahyuni BPTP Balitbangtan Sumatera Barat

311 Yanovi Hendri BPTP Balitbangtan Sumatera Barat

312 Suprio Guntoro BPTP Balitbangtan Bali

313 Widia Siska BPTP Balitbangtan Sumatera Barat

314 M. Prama Yufdi BPTP Balitbangtan Sumatera Barat

315 Umi Pudji Astuti BPTP Balitbangtan Bengkulu

316 Jefrey M. Muis BPTP Balitbangtan Sumatera Barat

317 Hermansyah Universitas Bengkulu

318 Susi Handayani Universitas Bengkulu

319 Salfina Nurdin A LPTP Kepulauan Riau

320 Zulfa Willman LPTP Kepulauan Riau

321 Afriyani LPTP Kepulauan Riau

322 Hesti Nur'aini Universitas Dehasen Bengkulu

323 Septi Widiawati Universitas Dehasen Bengkulu

324 Agung Prabowo BPTP Balitbangtan Sumatera Selatan

325 Joni Karman BPTP Balitbangtan Sumatera Selatan

326 Fitria Zulhaedar BPTP Balitbangtan Nusa Tenggara Barat

327 Wa Ode Aljumiati BPTP Balitbangtan Sulawesi Tenggara

328 Miftah BPTP Balitbangtan Sulawesi Tenggara

329 J. H. P. Sidadolog 330 Zuprizal

331 Khairiah BPTP Balitbangtan Lampung

332 Sri Haryani Sitindaon BPTP Balitbangtan Lampung


(5)

309

334 Anggri Hervani Balingtan

335 Miranti Ariani Balingtan

336 Sri Wahyuni Balingtan

337 Wiendharti I W BPTP Balitbangtan Yogyakarta

338 Sugiyanti BPTP Balitbangtan Yogyakarta

339 Anthony Mrt BPTP Balitbangtan Yogyakarta

340 Desi Hernita BPTP Balitbangtan Jambi

341 Ikrarwati BPTP Balitbangtan Jakarta

342 Susi Sutardi BPTP Balitbangtan Jakarta

343 Aris Hairmansis BB Padi

344 Yulianida BB Padi

345 Supartopo BB Padi

346 Suwarno BB Padi

347 Sri Yuniastuti BPTP Balitbangtan Jawa Timur

348 Fuad Nur Aziz BPTP Balitbangtan Jawa Timur

349 Dotti Suryati Universitas Bengkulu

350 Resika Alvionita Universitas Bengkulu

351 Harta Universitas Bengkulu

352 Timbul Marbun BPTP Balitbangtan Sumatera Utara

353 Andriko Noto Susanto BPTP Balitbangtan Sumatera Utara

354 Sudirman Yahya Universitas Bengkulu

355 Sandra Arifin Aziz Universitas Bengkulu

356 Oteng Haridia Universitas Bengkulu

357 Roedhy Poerwanto Universitas Mulawarman

358 Darda Efendi Universitas Mulawarman

359 Ade Wachiar Universitas Mulawarman

360 Willy Bayuardi Universitas Ratu Samban

361 Suwarno Universitas Ratu Samban

362 Hajrial Aswidinnoor Universitas Ratu Samban

363 Ika Mariska BB Biogen

364 Agustin Zarkani Universitas Bengkulu

365 Tri Sunardi Universitas Bengkulu

366 Sukisno Universitas Bengkulu

367 Indra Agustian Universitas Bengkulu

368 Hery Suhartoyo Universitas Bengkulu

369 Salwati BPTP Balitbangtan Jambi

370 Izhar L BPTP Balitbangtan Jambi

371 Marwanto Universitas Bengkulu

372 Raindra Efendi Universitas Bengkulu

373 Jefri Universitas Bengkulu

374 Sihombing Universitas Bengkulu

375 Bona Rosmanton Haloho Universitas Bengkulu

376 Yeni Sariasih Universitas Bengkulu

377 Nofi A Rokhma BPTP Balitbangtan Jakarta

378 Lukman Hakim BPTP Balitbangtan Jakarta

379 Afriyanto Universitas Muhammadiyah Bengkulu


(6)