9
II. DINAMIKA LINKUNGAN STRATEGIS GLOBAL
2.1 Kekuatan utama penentu dinamika pertanian global Perubahan demografis
Penduduk dunia diproyeksikan akan meningkat sekitar 2,3 milyar jiwa, dari 7,0 miliar jiwa pada 2011 menjadi 9,3 miliar jiwa pada 2050 atau dengan laju pertumbuhan sekitar 0,72 persen per
tahun. Hampir seluruh peningkatan penduduk tersebut terjadi di negara-negara berpendapatan rendah. Penduduk negara-negara maju sudah mendekati tahapan stasioner, sedangkan penduduk negara-negara
berkembang dan terbelakang berturut-turut meningkat 0.83 tahun dan 1,77 tahun. Jika dilihat menurut kawasan, pertambahan pendududuk tersebut sebagian besar 89,24 terjadi di Afrika dan
Asia. Pertambahan penduduk di dua benua ini Penduduk Afrika meningkat 1,1 miliar jiwa, dari 1,04 milyar jiwa pada 2011 menjadi 2,2 miulyar jiwa pada 2050 atau 1.85 tahun. Penduduk Asia
meningkat 935 juta atau 40,09 dari pertambahan penduduk dunia namun pertumbuhannya hanya 0,5 tahun, jauh lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk Afrika Tabel 1.
Tabel 1. Proyeksi pertumbuhan penduduk dunia 2011-2050 Wilayah
Jumlah juta jiwa
Pangsa Pertumbuhan
tahun Usia lanjut
60 tahun 2011
2050 2011
2050 2011-2050
2011 2050
Dunia 6974
9306 100
100 0.72
11 22
Negara-negara maju 1240
1312 17.8
14.1 0.14
22 32
Negara-negara berkembang 5734
7994 82.2
85.9 0.83
9 20
Negara-negara paling terbelakang 851
1726 12.2
18.6 1.77
5 11
Negara-negara berkembang lain 4883
6268 70.0
67.4 0.62
10 23
Afrika 1046
2192 15.0
23.6 1.85
6 10
Asia 4207
5142 60.3
55.3 0.50
10 24
Eropa 739
719 10.6
7.7 -0.07
22 34
Amerika Latin dan Karibia 597
751 8.6
8.1 0.58
10 25
Amerika Utara 348
447 5.0
4.8 0.63
19 27
Oseania 37
55 0.5
0.6 0.99
15 24
Source: United Nations 2011
Dimensi kedua perubahan struktur demografi yang dipandang paling berpengaruh terhadap permintaan pangan ialah urbanisasi yang berlangsung beriringan dengan transformasi struktur
ekonomi. Penduduk perkotaan di negara-negara maju meningkat dengan laju 0.52 tahun pada 2011- 2030 dan kemudian melambat menjadi 0.29 tahun pada 2030-2050 dengan kecepatan urbanisasi
0.29 tahun pada 2011-2030 dan 0,23 tahun pada 2030-2050. Laju pertumbuhan penduduk perkotaan di negara-negara berkembang meningkat jauh lebih cepat dari pada di negara-negara maju,
yakni dengan laju 2.02 tahun pada 2011-2030 dan kemudian melambat menjadi 1,34 tahun pada 2030-2050 dengan laju 0.95 tahun pada 2011-2030 dan 0,69 tahun pada 2030-2050.
Perubahan kesejahteraan ekonomi Hukum Engel mengatakan bahwa jumlah maupun kualitas konsumsi pangan meningkat
namun pangsa nilai pengeluaran pangan menurun seiring dengan peningkatan pendapatan pangan. Dengan hukum ini dapat disimpulkan bahwa konsumsi pangan per kapita meningkat seiring dengan
peningkatan pendapatan per kapita namun besaran peningkatannya cenderung menurun. Dengan perkataan lain, elastisitas permintaan pangan terhadap pendapatan lebih tinggi di negara yang
pendapatan per kapitanya lebih rendah. Hukum kedua yang dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan pola konsumsi pangan seiring dengan perubahan pendapatan ialah hukum Bennet: apabila
pendapatannya meningkat maka rumahtangga akan melakukan substitusi bahan pangan pokoknya dengan mengurangi sumber karbohidrat bermutu rendah ubikayu, barley, sorgum, jagung dan
menambah sumber karbohidrat bermutu tinggi beras, terigu dan selanjutnya akan mengurangi sumber karbohidrat maupun sumber protein nabati dan menambah sumber protein daging, telur,
susu maupun sayuran dan buah-buahan. Hukum Bennet dapat dipakai untuk menjelaskan bahwa diversifikasi pangan akan berjalan seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita Thomson and
10
Metz, 1988. Berdasarkan penelitian empiris dengan menggunakan data sejumlah negara Cranfield, et.al. 1998 menggolongkan tiga pola konsumsi menurut tingkat pendapatan Tabel 2
Tabel 2. Komposisi umum bahan pangan menurut tingkat pendapatan Peringkat nilai
pengeluaran Tingkat pendapatan perkapita penduduk
Rendah Menengah
Tinggi 1
Biji-bijian Produk ternak
Produk ternak 2
Produk ternak Biji-bijian
Pangan lainnya 3
Sayur dan buah Sayur dan buah
Sayur dan buah 4
Pangan lainnya Pangan lainnya
Biji-bijian Sumber: Cranfield, et.al. 1998
Globalisasi dan diet westernization Globalisasi perdagangan dan investasi telah membuat setiap negara terbuka terhadap investasi
asing dalam bidang industri makanan dan minuman, restoran, perdagangan eceran super markets dan pertanian.
Globalisasi telah menciptakan gelombang “westernization of diet” yang dicirikan oleh transformasi pola pangan dari berbasis diet tradisional menjadi berbasis diet barat Pingali, 2004.
Gelombang westernization of diet dapat diamati dari pertumbuhkembangan restoran cepat saji multinasional seperti McDonald, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, yang kini sudah ada di hampir
seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Lebih jauh, Kelly, et al 2010 menyatakan bahwa
konvergensi pola pangan ke arah diet barat pada tataran global juga diikuti oleh divergensi menurut status sosial ekonomi. Pada awalnya, diet barat diadopsi oleh kelompok penduduk berpendapatan
tinggi. Pada tahapan pembangunan yang lebih tinggi, kelompok penduduk berpendapatan tinggi, yang lebih sadar akan resiko kesehatan diet barat dan lebih berkemampuan dalam mengatur pola
pangannya, akan cenderung menghindari diet barat sedangkan kelompok penduduk berpendapatan rendah terus meningkatkan adopsinya terhadap diet barat. Fenomena inilah yang disebut divergensi
diet . Berdasarkan hipotesis konvergensi dan divergensi diet yang diajukan oleh Kelly, et al 2010, substitusi pola pangan tradisional dengan pola pangan barat konvergensi ke diet barat terutama
terjadi di negara-negara sedang berkembang. Konvergensi diet yang terjadi menurut status sosial ekonomi penduduk domestik akan menyebabkan kelompok penduduk miskin terperangkap dalam
pola pangan barat yang beresiko tinggi menimbulkan sindroma obesitas dan penyakit terkait makanan lainnya.
Kelangkaan lahan dan air
Peningkatan kelangkaan lahan pertanian merupakan fenomena global. Berikut adalah faktor- faktor utama penyebab penurunan luas lahan pertanian. GiovannuccI, et. al 2012 mengemukakan
bahwa sekitar 20.000-50.000 km
2
lahan potensial produktif hilang tiap tahun karena erosi dan degradasi dan 2.9 km
2
dinilai berisiko tinggi berubah menjadi padang pasir, sejumlah besar diantaranya di negara-negara berkembang. Erosi dan degradasi serta konversi ke penggunaan non
pangan diperkirakan menurunkan ketersediaan lahan untuk pangan sebesar 8-20 hingga 2050.Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3, pertumbuhan lahan pertanian global mengalami
perlambatan dari 0,17 tahun pada 1990-2005 menjadi 0,10 tahun pada 2015-2050. Lahan pertanian mengalami pertumbuhan positif dengan laju yang menurun tajam dari 0,65 tahun pada
1990-2005 menjadi 0,10 tahun pada 2015-2050. Namun di negara-negara industri dan transisi ekonomi mengalami pertumbuhan negatif. Lahan pertanian di Afrika Utara juga menurun dengan laju
yang semakin tinggi sejak tahun 1990an. Pertumbuhan lahan tertingi ialah di Sub-Sahara Afrika yang mencapai 1,07 tahun pada 1990-2005 namun menurun tajam menjadi 0,10 tahun pada 2015-
2050. Amerika Latin menduduki peringkat laju pertumbuhan tertinggi kedua pada periode 2015-2050 dengan laju 0,55 tahun. Laju pertumbuhan di Asia Timur menurun tajam dari 1,12 tahun
peringkat tertinggi pertama pada 1990-2005 menjadi 0,02 tahun pada 2015-2050.