Diagnosa SOPK TINJAUAN KEPUSTAKAAN

13 implikasi metabolik resistensi insulin, sindroma metabolik, IGT, DM tipe 2 dan penyakit kardiovaskular yang potensial. Mengingat ciri yang beragam dari SOPK dan bermacam macam gambaran klinis, presentasi klinis dapat bervariasi sepanjang masa kehidupan. SOPK adalah kondisi kronis dengan manifestasi psikologis dan reproduktif yang biasanya mulai terjadi pada masa remaja kemudian manifestasinya bergeser dengan berjalannya waktu termasuk subfertilitasinfertilitas dan peningkatan komplikasi metabolik. Akan tetapi bila dikombinasi dengan peningkatan prevalensi obesitas pada demografis yang lebih muda, konsekuensi metabolik dari SOPK seperti gangguan toleransi glukosa dan diabetes mellitus tipe 2 dapat muncul pada masa remaja. 8

2.4. Diagnosa SOPK

Telah ada tiga usaha yang jelas dan terpisah untuk menegakkan atau memperbaharui kriteria diagnosa untuk SOPK. Kriteria diagnosa yang pertama adalah hasil dari konferensi yang dilakukan oleh National Institute of Child Health and Human Development NICHD pada tahun 1990, yang menyimpulkan bahwa kriteria mayor untuk diagnosis SOPK adalah 1 hiperandrogenisme danatau hiperandrogenemia, 2 disfungsi menstruasi, dan 3 eksklusi penyebab lain yang memiliki presentasi klinis yang mirip. Kriteria diagnosa yang kedua adalah hasil dari konferensi yang disponsori oleh European Society for Human Reproduction and Embryologi ESHRE dan American Society for Reproductive Medicine ASRM, yang diputuskan di Rotterdam, Belanda, pada tahun 2003, yang menyimpulkan bahwa diagnosis SOPK didasarkan adanya sekurang kurangnya dua dari tiga kriteria mayor, termasuk 1 oligoanovulasi, 2 tanda klinis dan biokimia hiperandrogenisme, dan 3 ovarium polikistik yang diidentifikasi melalui ultrasonografi, juga mengeksklusikan kelainan kelebihan androgen lain. Kriteria diagnosa yang ketiga adalah hasil kerja dari Androgen Excess and PCOS Society AE PCOS pada tahun 2006, yang menyimpulkan Universitas Sumatera Utara 14 diagnosis PCOS sebagai berikut 1 hiperandrogenisme hirsutisme danatau hiperandrogenemia, 2 disfungsi ovarium oligoanovulasi danatau ovarium polikistik, dan 3 eksklusi kelainan kelebihan androgen lain atau yang berhubungan dengan itu. 3 Kriteria diagnostik NICHD 1990 yang asli adalah didasarkan pada konsep tradisional dari SOPK yang membutuhkan fakta adanya hiperandrogenisme hiperandrogenemia danatau hirsutisme dan disfungsi menstruasi oligoamenore. Kriteria Rotterdam ESHREASRM 2003 mencakup spektum yang lebih luas dari kelainan ini, mengenai ovarium polikistik sebagai fakta disfungsi ovarium dan mencakup wanita yang tidak memiliki hiperandrogenisme atau hirsutisme. Kriteria AE PCOS Society 2006 memungkinkan bahwa ovarium polikistik mungkin dianggap suatu tanda disfungsi ovarium, tetapi lagi menekankan bahwa PCOS dikarakterisasi, pertama dan paling sering oleh hiperandrogenisme, termasuk wanita baik dengan oligoamenore atau ovarium polikistik, tetapi menyingkirkan kelainan yang tidak memiliki gejala baik hiperandrogenemia atau hirsutisme. 3 Untuk wanita dengan dugaan SOPK, tes skrining laboratorium mencakup pengukuran serum total testosteron, DHEA S, dan 17 OHP. Pengukuran gonadotropin serum tidak diperlukan untuk diagnosa. Pada pasien yang menunjukkan hirsutisme moderat dan berat dengan onset yang cepat, penilaian sebaiknya ditujukan untuk menentukan adanya neoplasma yang memproduksi androgen. Testosteron total serum dan DHEA S serum adalah esensial. Bila nilainya melebihi batas kadar tumor, kemudian pemeriksaan imaging seperti ultrasonografi dan MRI atau CT diperlukan untuk menentukan lokasi lesi. Kadang kadang, kadar androgen sirkulasi yang tinggi mungkin tidak berkaitan dengan lesi yang jelas, tetapi merupakan akibat pembesaran ovarium bilateral nonkistik. Bila diikuti dengan onset gradual dari simptom ini, presentasi klinis ini menunjukkan suatu diagnosis hipertekosis. 7 Universitas Sumatera Utara 15 Diagnosa kelainan adrenal mencakup CAH, defisiensi primer 21 hidroksilase, indroma Cushing’s, dan tumor adrenal. CAH defisiensi 21 hidroksilase diduga pada pasien pasien dengan peningkatan kadar 17 OHP lebih dari 3 ngml, dan tes stimulasi ACTH sebaiknya dilakukan. Respon serum 17 OHP terhadap ACTH yang melebihi 10 ngml adalah indikasi adanya defek enzim. Skrining laboratorium untuk sindroma Cushing’s paling baik dicapai dengan pengukuran free kortisol dalam urin 24 jam. Respon abnormal membutuhkan tes lebih lanjut termasuk tes supresi deksametason dosis rendah, dosis tinggi dan juga studi imaging untuk menentukan adanya hyperplasia adrenal, sindroma Cushing’s, adenoma adrenal, atau tempat produksi ACTH ektopik. 7

2.5. Dislipidemia Pada SOPK