semakin baiklah persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan sehingga semakin meningkat jumlah kunjungan masyarakat ke
Puskemas, sebaliknya semakin tidak baik sikap petugas kesehatan, maka semakin menurun jumlah kunjungan masyarakat ke Puskesmas.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti berasumsi faktor pendorong berada pada kategori kurang baik 44,6. Hal ini berdasarkan pengalaman responden
ketika memanfaatkan fasilitaspelayanan kesehatan Puskesmas Aek Torop. Responden mengatakan petugas kesehatan yang kurang disiplin 58, kurangnya
keramahtamahan petugas kesehatan 41, serta kurangnya kecekatan dan kesigapan petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan Puskesmas
56. Hal ini mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas. Pada umumnya masyarakat membutuhkan
pelayanan yang baik dari petugas kesehatan, tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, serta mau mendengarkan keluhan masyarakat dan sigapcekatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini tidak dijumpai ketika masyarakat akan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Padahal petugas kesehatan
merupakan orang yang paling dekat dengan masyarakat sehingga petugas kesehatan merupakan hal yang sangat mempengaruhi kepuasaan masyarakat
ketika memnfaatkan fasiliatas pelayanan kesehatan Puskesmas Aek Torop.
5.2.4 Faktor kebutuhan tindakan
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor kebutuhan dapat dilihat pada
tabel 5.2, bahwa responden mengatakan tidak baik 50,2 dan baik 49,8.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.
Disamping fasilitas juga diperlukan faktor dukungan support dari pihak lain
Notoatmodjo, 2007.
Sebagaimana diungkapkan oleh Bennet dalam Trimurthy 2008 bahwa pendidikan berkaitan dengan kebutuhan pencarian pelayanan kesehatan yang
terkait dengan persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan dan hubungan antara pasien dengan petugas unit pelayanan kesehatan.
Hal ini senada dengan penelitian Trimurthy 2008, tingkat pendidikan responden yang sebagian besar berpendidikan menengah keatas, sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku responden tentang harapan dan kepuasannya terhadap pelayanan rawat jalan di Puskesmas Pandanaran Kota
Semarang. Pekerjaan mempengaruhi responden dalam mempersepsikan harapan dan kepuasan responden akan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Pandanaran
Kota Semarang, dimana seorang pasien yang bekerja dengan tingkat pendidikan menengah, berpengaruh terhadap wawasan dan pola pemanfaatan pelayanan
kesehatan dan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku responden terhadap kesehatan dan kebutuhan serta keinginan akan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Menurut penelitian Purba 2009 mengatakan bahwa tindakan masyarakat dalam memanfaatkan Puskesmas sebesar 13 dari seluruh responden.
Masyarakat lebih memanfaatkan fasilitas kesehatan yang diberikan Bidan karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal serupa juga diungkapkan Hasibuan
2008 dalam Hasil Survei Kesehatan Daerah Kabupaten Labuhanbatu 2006
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa Puskesmas hanya menjadi pilihan ketiga bagi anggota rumah tangga mencari pengobatan dalam mengatasi keluhan penyakit. Pilihan utama
masyarakat menurut survei ini adalah praktek dokter dan pilihan kedua adalah praktek tenaga kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti berasumsi faktor kebutuhan responden berada pada kategori tidak baik 50,2. Ini artinya masyarakat lebih
memilih berobat ke dokter ketika sakit 84, dan seringnya responden membeli obat di apotik ketika sakit 80. Hal ini dapat dipicu oleh pendidikan responden
mayoritas SLTA, tingkat penghasilan responden Rp.1600.000bulan 53. Pendidikan tinggi akan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan yang
mempunyai fasilitas yang lebih baik. Hal ini menunjukkan masyarakat tidak mau berobat ke Puskesmas karena menganggap biaya yang murah akan mempengaruhi
mutu pelayanan. 5.2.5 Hasil wawancara tentang apa yang membuat masyarakat tidak
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas Aek Torop
Dalam penelitian ini pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara terhadap responden yang berdomisili diwilayah kerja Puskesmas Aek Torop.
Hasil wawancara digunakan sebagai pelengkap dari data yang dikumpulkan dengan kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan maupun pernyataan. Hasil
wawancara menunjukkan bahwasanya pelayanan petugas belum maksimal dari segi keramahan, pelayanan Dokter juga sama, jam kerja belum tepat waktu,
Puskesmas buka jam 10 dan tutup jam 2, petugas kesehatan juga melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
tugas seadanya, tidak menarik perhatian masyarakat untuk berobat, serta kurangnya promosi kesehatan terhadap masyarakat.
Hal ini berdasarkan pengalaman responden ketika akan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Saat itu responden akan mencabut gigi, tetapi petugas
kesehatan mengatakan dokternya belum datang dan menyuruh esok lagi untuk datang ke Puskesmas. Keesokkan harinya responden datang dan dokternya juga
tidak ada. Lalu petugas kesehatan menganjurkan untuk membawa ke rumah sakit atau praktek dokter saja. Tentu saja responden kecewa dan malas untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Aek Torop. Selain itu responden juga mengatakan fasilitas pelayanan Puskesmas yang
tidak lengkap. Padahal fasilitas yang tersedia di Puskesmas Aek Torop cukup memadai seperti poli umum, poli KIA dan KB, poli gigi, apotik dan pemeriksaan
laboratorium. Fasilitaspelayanan yang didapatkan responden tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga pemanfaatannya masih rendah. Responden juga mengatakan
tarifbiaya pelayanan kesehatan ke Puskesmas terjangkau 100 yakni sekitar Rp.10.000. Tetapi hal ini juga tidak membuat responden untuk memanfaatkan
Puskesmas. Responden mengatakan lebih memilih praktek dokter 84 walaupun biaya mahal tetapi puas dengan pelayanan yang diberikan. Penghasilan
responden yang mayoritas Rp. 1600.000 53 serta pekerjaan responden mayoritas petani kelapa sawit 41 juga mempengaruhi untuk tidak
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas. Penghasilan yang tinggi serta pekerjaan yang mapan tentu membuat responden lebih memilih kualitas
pelayanan yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN