memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden tidak menganjurkan anggota keluarga yang sakit untuk
berobat ke Puskesmas Aek Torop 77.
5.2.2 Faktor pendukung penghasilan, asuransi kesehatan, fasilitas
kesehatan dan biaya
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor pendukung dapat dilihat pada
tabel 5.2, bahwa responden mengatakan tidak baik 38,3 dan baik 61,7.
Menurut penelitian Rifai 2005, menyatakan bahwa hasil penelitian uji statistik dengan menggunakan uji korelasi menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh biaya
berobat terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan di Puskesmas Binjai kota dengan taraf signifikansi 0,106 p 0,05. Dilihat dari uji korelasi didapat R =
16,3 yang berarti pengaruh biaya berobat terhadap pemanfaatan pelayanan
pengobatan dipengaruhi oleh faktor lain.
Ini berarti masyarakat sadar bahwa keikutsertaan dalam membiayai jasa pelayanan kesehatan adalah sudah menjadi kewajiban bagi setiap warga, namun
sebagian masyarakat dapat memaklumi bahwa biaya pelayanan kesehatan dimasyarakat memang murah, terjangkau dan tidak memberatkan namun
adakalanya mereka tidak memilih Puskesmas untuk sarana berobat karena adanya anggapan Puskesmas murah karena Puskesmas hanya untuk berobat penyakit-
penyakit pusing, batuk, pilek, sakit perut dan ringan lainnya. Menurut pendapat Anderson dan Muzaham 1995 dalam Rifai 2005
bahwa faktor pendukung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan yaitu ketersediaan fasilitas, tenaga pelayanan kesehatan, lamanya memperoleh
Universitas Sumatera Utara
pelayanan serta lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti berasumsi faktor pendukung responden berada pada kategori baik 61,7. Hal ini dapat dilihat dari semua
responden mengatakan biaya yang dikeluarkan untuk berobat ke Puskesmas terjangkau 100, penghasilan responden mayoritas Rp.1600.000 bulan
53, dari jenis pekerjaan mayoritas petani 41. Dengan pekerjaan responden yang mapan tentu mempengaruhi penghasilan keluarga. Dengan penghasilan yang
tinggi responden dapat memilih pelayanan kesehatan yang bermutuberkualitas. Selain itu juga responden mengatakan lokasi Puskesmas mudah dijangkau
dari segi transportasi 56, responden mengatakan bahwa Puskesmas Aek torop tidak membantu untuk mendapatkan pertolongan pertama jika ada anggota
keluarga yang sakit 69. Ini artinya lokasi Puskesmas Aek torop yang mudah dijangkau dari segi transportasi tidak membuat masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan Puskesmas yang dilihat dari jumlah angka kunjungan sebesar 5,4. Masyarakat lebih memilih praktek dokter ketika sakit, karena masyarakat
mampu membayar mahal asalkan terpenuhi kebutuhannya. Responden juga mengatakan fasilitaspelayanan kesehatan Puskesmas Aek
Torop tidak lengkap 76, responden setuju fasilitaspelayanan kesehatan, sarana dan prasarana perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan 97, serta tarifbiaya pelayanan kesehatan Puskesmas Aek Torop perlu dinaikkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang sesuai dengan
permintaan masyarakat. Pengahasilan keluarga Rp. 1600.000 bulan membuat
Universitas Sumatera Utara
masyarakat menginginkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa saranaprasarana yang ada di Puskesmas Aek Torop belum
memadai dan tarifbiaya perlu dinaikkan untuk meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat ke Puskesmas Aek Torop.
5.2.3 Faktor pendorong sikap dan perilaku petugas kesehatan