67
5. Pelaksanaan Pemberian Ganti Rugi. 6. Pelepasan, Penyerahan dan Permohonan hak atas tanah.
7. Pengurusan hak atas tanah 8. Pelaksanaan pembangunan fisik.
Pembebasan hak atas tanah wajib disertai dengan pemberian ganti kerugian dan harus berpedoman pada Peraturan yang berlaku serta dalam penentuan bentuk dan
besarnya ganti kerugian harus diusahakan dengan asas musyawarah antara pihak yang bersangkutan dengan mempertimbangkanmemperhatikan harga dasar setempat yang
ditetapkan secara berkala oleh Panitia.
79
1. PerencanaanPenetapan Lokasi Pembangunan.
Pada tahapan perencanaan pada pengadaan tanah dimulai dari penyusunan proposal yang disiapkan oleh Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah. dalam hal
ini ialah dinas peternakan dan perikanan kota Binjai pada Tahun 2005 yang sekarang sudah digabungkan menjadi satu dibawah dinas Pertanian. Tahapan perencanaan
sebagaimana dijelaskan dalam pasal 6 ayat 1 dari Peraturan Menteri Agraria, Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1 Tahun 1994 sebagai berikut :
“ Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan permohonan penetapan
lokasi pembangunan
untuk kepentingan
umum kepada
BupatiWalikotamadya melalui kepala kantor pertanahan KabupatenKotamadya setempat.”
79
Syafruddin Kalo,opcit, hal 34
Universitas Sumatera Utara
68
Menurut Iswan, “ Permohonan yang dibuat oleh dinas peternakan dan perikanan pada pengadaan tanah yang dilakukan oleh Pemerintah kota Binjai pada Tahun 2005
dibuat dengan mengajukan proposal yang langsung ditujukan kepada walikota Binjai melalui kepala Kantor pertanahan Kota Binjai. Diterima atau tidaknya permohonan
dari instansi yang memerlukan tanah merupakan hak dari pada walikota selaku kepala daerah.”
80
Proposal tersebut berisikan tentang lokasi tanah yang diperlukan, Luas dan gambar kasar tanah yang diperlukan, penggunaan tanah, dan uraian rencana proyek
yang akan dibangun disertai keterangan mengenai aspek pembiayaan, lamanya pelaksanaan pembangunan, sebagaimana yang dituangkan dalam pasal 6 ayat 3 dari
Peraturan Menteri Agraria, Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia nomor 1 Tahun 1994.
Didalam pasal 4 dari Peraturan Presiden nomor 55 Tahun 1993 disebutkan bahwa :
“ Pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah yang diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum hanya dapat dilakukan
apabila penetapan rencana pembangunan untuk kepentingan umum tersebut sesuai dengan dan berdasarkan pada rencana umum tata ruang yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.”
Pada proses penetapan lokasi, diawali dengan permohonan yang telah diterima oleh walikota, dengan mempertimbangkan lokasi yang dimohonkan oleh instansi
80
Wawancara langsung dengan Iswan, selaku penanggung jawab kegiatan belanja langsung, bagian tata pemerintahan secretariat daerah kota Binjai pada waktu itu dan perwakilan dari pemerintah
kota Binjai pada waktu itu, sekarang menjabat sebagai kepala Dinas Kependudukan dan catatan sipil, pada tanggal 10 Oktober 2011, pukul 10.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
69
Pemerintah yang membutuhkan tanah, walikota mengabulkan permohonan dengan mempertimbangkan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah RUTRW
yang telah ditetapkan, Lokasi pembangunan kantor Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Benih
Ikan sudah ditetapkan pada Rencana Umum Tata Ruang Wilayah RUTRW 1 Tahun sebelum pelaksanaan pengadaan tanah.
Lokasi pembangunan Balai Benih Ikan ialah kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai. Alasan Pemerintah kota Binjai menetapkan lokasi tersebut
masuk pada Rencana Umum Tata Ruang Wilayah RUTRW khusus pembuatan Balai Benih ikan ialah karena daerah tersebut berada jauh dari pemukiman penduduk
dan juga mempertimbangkan letak lokasi masih dekat dengan aliran sungai, sehingga tidak menyulitkan dinas Peternakan dan Pertanian untuk membudi dayakan ikan,
terlebih lokasi tersebut jarang dilalui oleh masyarakat, sehingga dengan adanya Kantor Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Benih Ikan Dinas Peternakan Dan
Perikanan Kota Binjai, daerah tersebut menjadi ramai. Buktinya sekarang daerah tersebut sudah banyak dibangun pemukiman warga, sehingga menjadi ramai.
81
Menurut Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Apabila tanah telah ditetapkan sebagai lokasi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
berdasarkan surat Keputusan penetapan lokasi yang ditetapkan oleh Bupatiwalikota atau Gubernur, maka bagi siapa saja yang ingin melakukan pembelian tanah diatas
tanah tersebut,
terlebih dahulu
harus mendapat
persetujuan tertulis
dari bupatiwalikota atau Gubernur sesuai kewenangannya.
82
Pada pasal 7 dari Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia nomor 1 Tahun 1994, menyebutkan :
81
Wawancara langsung dengan Edy Gunawan, Kepala Dinas Pertanian Kota Binjai, pada tanggal 02 November 2011, pukul 11.00 WIB.
82
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Pencabutan hak, pembebasan dan pengadaan tanah
, opcit, hal. 68.
Universitas Sumatera Utara
70
2. Setelah menerima permohonan BupatiWalikota Memerintahkan Kepada Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota untuk mengadakan koordinasi dengan ketua
Bappeda Tingkat II, Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Bidang Ketataprajaan dan instansi terkait untuk bersama-sama melakukan penelitian mengenai kesesuaian
peruntukan tanah dan dimohon dengan rencana tata ruang wilayah atau perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada”.
3. Apabila rencana penggunaan tanahnya sudah sesuai dengan dan berdasar Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW atau perencanaan ruang wilayah, BupatiWalikota
atau Gubernur memberikan persetujuan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, uang dipersiapkan oleh Kepala Kantor Pertanahn Propinsi
ataupun daerah.
Sedangkan menurut pasal 8 dari Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2007, berdasarkan rekomendasi walikota menerbitkan
Keputusan penetapan lokasi. Selanjutnya setelah diterimanya Keputusan penetapan lokasi, instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dalam waktu paling lama 14 hari
wajib mempublikasikan rencana pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum kepada masyarakat, dengan cara sosialisasi, baik secara langsung atau tidak langsung,
dengan menggunakan media cetak, media elektronik, atau media lainnya.
2. Tata Kerja Panitia Pengadaan tanah.