Tata Kerja Panitia Pengadaan tanah.

70 2. Setelah menerima permohonan BupatiWalikota Memerintahkan Kepada Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota untuk mengadakan koordinasi dengan ketua Bappeda Tingkat II, Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Bidang Ketataprajaan dan instansi terkait untuk bersama-sama melakukan penelitian mengenai kesesuaian peruntukan tanah dan dimohon dengan rencana tata ruang wilayah atau perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada”. 3. Apabila rencana penggunaan tanahnya sudah sesuai dengan dan berdasar Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW atau perencanaan ruang wilayah, BupatiWalikota atau Gubernur memberikan persetujuan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, uang dipersiapkan oleh Kepala Kantor Pertanahn Propinsi ataupun daerah. Sedangkan menurut pasal 8 dari Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2007, berdasarkan rekomendasi walikota menerbitkan Keputusan penetapan lokasi. Selanjutnya setelah diterimanya Keputusan penetapan lokasi, instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dalam waktu paling lama 14 hari wajib mempublikasikan rencana pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum kepada masyarakat, dengan cara sosialisasi, baik secara langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan media cetak, media elektronik, atau media lainnya.

2. Tata Kerja Panitia Pengadaan tanah.

Panitia Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum pada pembangunan Unit Pelayanan Teknis daerah balai benih ikan dinas Peternakan dan Pertanian dibentuk oleh oleh Walikota Binjai, sebagaimana disebutkan dalam surat Keputusan Walikota Binjai, nomor : 593-2037K2005 tertanggal 08 September 2005. Tentang pembentukan panitia pengadaan tanah untuk keperluan pembangunan kepentingan umum pada Tahun 2005 tersebut terdiri dari : 1. Ketua merangkap anggota : Walikota Binjai 2. Wakil Ketua merangkap anggota : Kepala Kantor Pertanahan Kota Binjai. Universitas Sumatera Utara 71 3. Anggota : Kepala Kantor Pelayanan PBB Binjai. 4. Anggota : Kepala Dinas Prasarana Wilayah Kota Binjai 5. Anggota : Kepala Kantor Pertanian tanaman pangan dan Holtikultura Kota Binjai. 6. Anggota : Camat Binjai Utara. 7. Anggota : Lurah Kebun Lada. 8. Sekretaris I Bukan Anggota : Asisten I Tata Praja Setda Kota Binjai. 9. Sekretaris II Bukan Anggota : Kepala Seksi HHT pada kantor Pertanahan Kota Binjai. Tugas dari pada Panitia Pengadaan tanah tersebut mengacu kepada Perpres Nomor 36 Tahun 2005 sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Walikota Binjai tersebut diatas antara lain bertugas : a. Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan ; b. Mengadakan Penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen yang mendukungnya. c. Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti rugi atas tanh yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan. d. Memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang terkena rencana pembangunan danatau pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi publik baik melalui tatap muka, media cetak maupun media eloktronik agar dapat diketahui oleh seluruh masyarakat yang terkena rencana pembangunan danatau pemegang hak atas tanah; e. Mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah dan instansi Pemerintah danatau Pemerintah daerah yang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk danatau besarnya ganti rugi; f. Menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti kerugian kepada para pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada diatasnya.\; g. Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. h. Mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas pengadaan tanah dan menyerahkan kepada pihak yang berkompeten. Salah satu tugas dari panita pengadaan tanah adalah melakukan suatu penelitian dan menginventarisasi atas tanah beserta apa saja yang terdapat didalam diatas tanah tersebut. Penelitian yang dilakukan panitia pengadaan tanah terhadap obyek tanah Universitas Sumatera Utara 72 antara lain dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat pemilik lahan yang telah ditetapkan lokasinya untuk pembangunan, penelitian dilakukan guna mendapatkan informasi tentang status hukum atas tanah, serta mendapatkan data tanah, bangunan, tanaman serta benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah dengan meninjau langsung ke lokasi tanah yang telah ditetapkan. Selanjutnya setelah selesai dilakukan inventarisasi, Panitia menaksir harga tanah dan mengusulkan kepada Pemerintah daerah, dan melakukan penjelasan serta penyuluhan dengan cara tatap muka langsung dengan masyarakat pemilik lahan tentang rencana dan tujuan Pemerintah daerah melakukan pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Selanjutnya diadakan musyawarah antara pemerintah kota Binjai, masyarakat pemilik lahan dan panitia pengadaan tanah. Musyawarah dilakukan panitia pengadaan tanah untuk mendapatkan bentuk dan besarnya ganti kerugian antara masyarakat pemilik lahan dengan Pemerintah Kota Binjai. Penyerahan ganti kerugian yang telah disepakati berupa uang sejumlah Rp. 22.480.- dua puluh dua ribu empat ratus delapan puluh meter persegi untuk setiap meter perseginya yang disaksikan oleh Panitia pengadaan tanah. Berita acara penyerahan di ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan disaksikan oleh Panitia pengadaan tanah tanpa terkecuali. Selanjutnya berkas tentang pengadaan tanah yang dilakukan oleh Pemerintah kota Binjai disimpan oleh panitia pengadaan tanah di bagian Tata Pemerintahan, hal tersebut dikarenakan bagian asset daerah belum terbentuk dan dinas yang terkait seperti dinas Universitas Sumatera Utara 73 peternakan dan perikanan sudah digabungkan ke dinas pertanian, sehingga berkas pengadaan tanah disimpan pada bagian Tata Pemerintahan. Dalam pasal 10 dari Peraturan Menteri Agraria, Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994, disebutkan : “ Panitia bersama-sama instansi Pemerintah yang memerlukan tanah memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang terkena lokasi pembangunan mengenai maksud dan tujuan pembangunan agar masyarakat memahami dan menerima pembangunan yang bersangkutan.” Pengadaan tanah yang terjadi pada Tahun 2005 untuk pembangunan Balai Benih Ikan dinas peternakan dan perikanan kota Binjai. Menurut Mulyono pada waktu itu, Penyuluhan dilakukan langsung oleh panitia kepada pemilik lahan, lokasi penyuluhan langsung ditujukan pada rumah pemilik lahan, hal tersebut dikarenakan pemilik lahan hanya 1 orang. 83 Dalam hal penyuluhan diterima oleh masyarakat, dilanjutkan dengan kegiatan pengadaan tanah, jika tidak diterima, panitia melakukan penyuluhan kembali dengan acuan : 1. Tetap tidak diterima oleh masyarakat, sedang lokasinya dapat dipindahkan, diajukan alternatif lokasi lain. 2. Tetap tidak diterima oleh masyarakat, sedang lokasinya tidak dapat dipindahkan kelokasi lain, maka Panitia Pengadaan tanah mengusulkan pada walikota untuk 83 Wawancara langsung dengan Mulyono, masyarakat pemilik lahan, pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum tahun 2005, pukul 15.15 WIB. Universitas Sumatera Utara 74 melakukan pencabutan hak atas tanah sesuai ketentuan Undang-undang nomor 20 Tahun 1961. 84 Setelah dilakukan penetapan lokasi, dilakukan pemasangan tanda batas lokasi oleh Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dibantu oleh Badan Pertanahan daerah Kota Binjai dan bersama-sama dengan panitia tanah yang lainnya, selanjutnya dilakukan kegiatan identifikasi dan Inventarisasi tanah yang meliputi : a. Pengukuran rincikan bidang tanah. Sebidang tanah yang akan diukur ditetapkan lebih dahulu letak, batas-batas dan penempatan tanda batas. Dalam penetapan batas bidang tanah diupayakan penataan batas berdasarkan kesepakatan para pihak yang berkepentingan, dengan penunjukan batas oleh pemegang hak yang bersangkutan dan sedapat mungkin disetujui oleh pemegang hak atas tanah yang berbatasan dengan ketentuan persetujuan tersebut dituangkan dalam suatu berita acara yang ditanda tangani oleh yang memberikan persetujuan. 85 Pada tahapan ini dilakukan oleh Petugas dari Badan Pertanahan daerah kota Binjai dengan menetapkan secara tegas batas-batas dan ukuran-ukuran dari tanah. selanjutnya ditetapkan tanda-tanda dari setiap sisi tanah yang akan menentukan tanda-tanda dari batas. dikarenakan tanah yang dipergunakan untuk balai benih ikan dinas peternakan dan perikanan berada di pinggiran sungai, batas tanah ditarik 20 meter dari pinggiran sungai, sehingga tidak terkena dari daerah aliran sungai DAS. 84 Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Pencabutan hak, pembebasan dan pengadaan tanah , opcit, hal. 70. 85 MHD. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran tanah, Opcit, hal 142. Universitas Sumatera Utara 75 b. Inventasrisasi dan Identifikasi data. Inventasrisasi dan Identifikasi data yang dilakukan pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui kejelasan dari data fisik dan data yuridis pemilik tanah yang terkena pengadaan tanah. Apakah terdapat silang sengketa atau tidak. Untuk mendapatkan informasi yang berhak diketahui oleh kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan terbuka bagi instansi Pemerintah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya. 86 c. Inventarisasi tanaman Inventarisasi tanaman dilakukan oleh Dinas Pertanian bentukan dari Panitia pengadaan tanah, yang bertugas menginventarisasi tanaman-tanaman apa saja yang ada di atas tanah tersebut. Sehingga membantu panitia untuk menetapkan harga dari tanah yang dibebaskan. Penilaian harga tanah yang terkena pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan oleh Lembaga penilai harga tanah. Apabila saat dilakukan pengadaan tanah di kabupatenKota atau disekitar kabupatenkota yang bersangkutan belum terdapat lembaga penilai harga tanah yang sudah mendapat Lisensi dari Badan Pertanahan Nasional, maka penilai harga tanah dilakukan oleh tim penilai harga tanah yang dibentuk oleh BupatiWalikota atau Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta. Pasal 1 huruf 12 Peraturan Presiden nomor 36 Tahun 2005 ditentukan bahwa lembagatim penilai harga tanah adalah lembagatim yang profesional dan independen untuk menentukan nilaiharga tanah yang akan digunakan sebagai dasar guna 86 MHD. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran tanah, ibid, hal 140. Universitas Sumatera Utara 76 mencapai kesepakatan atas jumlahbesarnya ganti rugi, kemudian pasal 15 ayat 2 diatur bahwa lembagatim penilai tersebut ditetapkan oleh bupatiwalikota atau gubernur bagi provinsi daerah khusus ibukota Jakarta dan pasal 25 ayat 2 Peratruan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 ditentukan lembagatim penilai harga tanah harus mendapat lisensi dari Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Berdasarkan Ketentuan pasal 12 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1994 diatur bahwa Panitia Pengadaan tanah menunjuk lembaga penilai harga untuk menginventarisasi dan menilai harga tanah. Penunjukan peniai harga tanah oleh panitia pengadaan tanah yang anggotanya terdiri dari : a. Unsur Instansi pemerintah yang membidangi bangunan yang meliputi Penginfentarisasian, pemilik, jenis, luas konstruksi dan kondisi bangunan yang melakukan pengukuran dan pendataan. b. Unsur Instansi pemerintah yang membidangi pertanian dan perkebunan yang meliputi penginfentarisasian pemilik, jenis, umur dan kondisi tanaman yang melakukan pendataan. c. Unsur Instansi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap benda-benda yang akan didata temasuk untuk mengetahui pemilik, jenis, ukuran dan kondisi benda- benda yang akan didata, yang terdapat diatas tanah tersebut. Pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Binjai untuk pembangunan Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Universitas Sumatera Utara 77 Benih Ikan Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Binjai Pada Tahun 2005 melalui Walikota Binjai, mengangkat dan memutuskan Panitia Pengadaan Tanah dengan Surat Keputusan Walikota Binjai Nomor 593-2037K2005, tertanggal 08 September 2005. Pada Surat Keputusan tersebut, disebutkan pada kata-kata memutuskan menetapkan bagian kedua huruf c, tugas dari Panitia pengadaan tanah ialah untuk menaksir dan mengusulkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan. Sebagaimana dituangkan dalam pasal 7 dari Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, artinya pada pengadaan tanah yang dilakukan Pemerintah Kota Binjai sudah mengacu kepada Peraturan Presiden nomor 36 Tahun 2005. Setelah dikeluarkannya pengumuman hasil inventarisasi sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 13 dari Peraturan menteri negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1 Tahun 1994, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap obyek tanah yakni berupa tanah seluas 4.474,75 M2 empat ribu empat ratus tujuh puluh empat koma tujuh puluh lima meter persegi yang dipergunakan Pemerintah kota Binjai untuk pembangunan unit pelayanan tekhnis daerah UPTD balai benih ikan yang dilakukan oleh tim penilai harga tanah yang telah dibentuk oleh walikota Binjai. Dalam pasal 16 dari Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1994 penilaian harga tanah dilakukan dengan memperhatikan : Universitas Sumatera Utara 78 b. Nilai tanah berdasarkan nilai nyata atau sebenarnya dengan memperhatikan nilai jual obyek bumi dan bangunan NJOP Tahun terakhir untuk tanah yang bersangkutan. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah : 1. Lokasi tanah. 2. jenis hak atas tanah. 3. status penguasaan tanah. 4. peruntukan tanah. 5. kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah. 6. Prasarana yang tersedia. 7. fasilitas dan untulitas. 8. Lingkungan. 9. lain-lain yang mempengaruhi harga tanah. Taksiran nilai tanah menurut jenis hak atas tanah dan status penguasaan tanah dijelaskan pada pasal 17 dari Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994 pada angka 1 adalah sebagai berikut : Hak milik ; a. Yang sudah bersertifikat dinilai 100 . b. Yang belum bersertifikat dinilai 95 . Berkaitan dengan obyek pengadaan tanah yang dilakukan Pemerintah kota Binjai pada Tahun 2005 ialah tanah yang belum bersertifikat, sehingga penilaian Universitas Sumatera Utara 79 terhadap tanah tersebut dihitung sebesar 95 untuk tanah seluas 4.475,75 M2 empat ribu empat ratus tujuh puluh empat koma tujuh puluh lima meter persegi kepunyaan pemilik tanah langsung yakni tuan Mulyono dinilai dengan harga Rp. 22.480,- dua puluh dua ribu empat ratus delapan puluh rupiah permeter perseginya atau sebesar Rp. 100.592.380,- seratus juta lima ratus sembilan puluh dua ribu tiga ratus delapan puluh rupiah untuk total keseluruhan luas tanah, yang sebelumnya diadakan musyawarah untuk mufakat antara pemerintah Kota Binjai dengan pemilik lahan beserta Panitia Pengadaan Tanah. Penetapan harga ganti rugi tersebut dituangkan dalam Surat Keputusan Walikota Binjai, Nomor : 593-2129K2005, tentang Penetapan Harga Ganti Rugi Tanah Untuk Keperluan Pembangunan Gedung Balai Benih Ikan dan Kolam Pembibitan Ikan Pemerintah Kota Binjai di Kelurahan Kebun Lada Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai, tertanggal 16 September 2005. Nilai taksiran taksiran bangunan, tanaman, benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah. Panitia pengadaan tanah untuk pembangunan yang dibentuk oleh walikota Binjai pada Tahun 2005 juga mempunyai tugas sebagai penilai dengan melakukan penaksiran dan mengusulkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan, sebagaimana jelas tertera pada bagian kedua huruf c dari Keputusan walikota Binjai Nomor 593-2037K2005 tertanggal 08 September 2005. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 11 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, ganti Rugi adalah penggantian kerugian baik besifat fisik danatau non fisik sebagai akibat Universitas Sumatera Utara 80 pengadan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman danatau benda- benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah. Untuk melaksanakan ganti rugi maka diadakan musyawarah untuk menentukan bentuk dan besarnya ganti kerugian. Sebelum melakukan ganti rugi kepada pemegang hak ada hal yang harus diperhatikan yaitu nilai tanah. Wawancara peneliti dengan Martal, mantan anggota Panitia Pengadaan Tanah untuk pembangunan pada Tahun 2005 yang sekarang menjabat sekretaris pada Dinas Koperasi, beliau mengatakan “ Penilaian yang dilakukan panitia pengadaan tanah terhadap obyek tanah didasarkan pada nilai nyata atau sebenarnya dengan memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak NJOP yang mempengaruhi harga tanah pada saat itu, sehingga ganti rugi diupayakan dalam bentuk yang tidak menyebabkan perubahan terhadap pola hidup masyarakat pemilik lahan dengan mempertimbangkan kemungkinan dilaksanakannya alih pemukiman ke lokasi yang sesuai, dalam hal ini kebetulan masyarakat pemilik lahan memiliki aset tanah yang lain, sehingga Pemerintah tidak bersusah payah untuk mencarikan lokasi pemukiman yang baru, uang ganti kerugian digunakan pemilik lahan untuk membenahi pemukimannya yang sudah ada yang sekarang ditempati sebagai rumah tempat tinggal. 87 Ganti kerugian sebagai suatu upaya mewujudkan penghormatan kepada hak- hak dan kepentingan perseorangan yang telah dikorbankan untuk kepentingan umum, dapat disebut adil, apabila hal tersebut tidak membuat seseorang menjadi lebih kaya, atau sebaliknya, menjadi miskin daripada keadaan semula. 88 87 Wawancara langsung dengan Martal, Camat Binjai Utara, anggota Panitia pengadaan tanah untuk kepentingan umum pada tahun 2005 sekarang menjabat Sekretaris pada Dinas Koperasi Kota Binjai pada tanggal 10 September 2011 pukul 10.15 WIB. 88 Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi, opcit hal 194. Universitas Sumatera Utara 81 Penilaian obyek tanah tidak terlepas dari perhitungan ganti kerugian, menurut pasal 15 ayat 1 Perpres Nomor 36 Tahun 2005 menyebutkan bahwa perhitungan ganti kerugian didasari oleh : a. Nilai Jual Obyek Pajak atau nilai nyatasebenarnya dengan memperhatikan nilai jual obyek pajak Tahun berjalan berdasarkan penetapan Lembagatim penilai harga tanah yang ditunjuk oleh panitia. b. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab dibidang bangunan. c. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab dibidang pertanian Merupakan suatu langkah maju dan dapat diterima sebagai sesuatu yang adil, apabila untuk pengenaan pajak dan langkah awal penentuan besarnya ganti kerugian digunakan standar yang sama, yakni NJOP Bumi dan bangunan Tahun berjalan yang akurasi penetapannya merupakan faktor yang sangat menentukan, disamping untuk tanah, bangunan dan tanaman, dasar perhitungan ganti kerugiannya adalah nilai jual bangunan dan tanaman yang ditaksir oleh instansi yang berwenang dibidang tersebut. 89 Wawancara peneliti dengan Ibu Elvi Kristina, mantan anggota Panitia Pengadaan Tanah untuk pembangunan pada Tahun 2005 yang sekarang menjabat Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Binjai, menurut beliau “ pengadaan tanah pada Tahun 2005 bila dibandingkan antara perhitungan ganti kerugian antara tanah, bangunan dan tanaman yang ada diatas tanah, maka perhitungan tanah yang lebih merumitkan, karena ada berbagai faktor yang mempengaruhi harga tanah, disamping Nilai Jual Objek Pajak NJOP Bumi dan bangunan Tahun berjalan 89 Ibid hal, 82 Universitas Sumatera Utara 82 sebagaimana yang dituangkan dalam pasal 16 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994 sebagai Peraturan pelaksana dari Kepres Nomor 55 Tahun 1993 adalah seperti : 1. Lokasi tanah strategiskurang strategis 2. Jenis hak atas tanah 3. Status penguasaan tanah pemegang hak yang sah atau penggarap 4. Status hak atas tanah hak milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan lain-lain. 5. Kelengkapan sarana, prasarana 6. Keadaan penggunaan tanah terpelihara atau tidak 7. Kerugian sebagai akibatnya dipecahnya hak atas tanah seseorang 8. Biaya pindah tempat pekerjaan 9. Kerugian terhadap turunnya penghasilan si pemegang hak Sehingga Panitia pengadaan tanah menetapkan secara obyektif dengan standar yang telah ditentukan dan dengan dicapainya musyawarah antara pemegang hak dengan panitia pengadaan tanah, untuk harga ganti rugi sebesar Rp 22.480 .- dua puluh dua ribu empat ratus delapan puluh rupiah untuk setiap meter bujur sangkar 90 Dalam ganti rugi bangunan dibedakan antara bangunan permanen, yang masih baik, sedang dan kurang, bangunan semi permanent, yang baik, sedang dan kurang dan bangunan darurat, kemudian juga menjadi perhitungan, legalitas bangunan, kelengkapan bangunan, penyusutan dan izin usaha. Atas tanaman diperhitungkan tanaman lunak dan keras. 91

3. Pelaksanaan Musyawarah Dan Penetapan Bentuk Dan Besarnya Ganti Kerugian