46
BAB III KONSEP GANTI RUGI TERHADAP TANAH YANG DI BELI OLEH
PEMERINTAH KOTA BINJAI DARI MASYARAKAT UNTUK PEMBANGUNAN KANTOR UNIT PELAYANAN TEKNIS DAERAH UPTD
BALAI BENIH IKAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KOTA BINJAI PADA TAHUN 2005
A. Tinjauan Umum Ganti Rugi
Pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum, tidak terlepas dari Ganti rugi yang dilakukan antara Pemerintah yang memerlukan tanah dan masyarakat yang
memiliki tanah, berdasarkan hal tersebut diatas, ganti rugi dapat ditinjau dari 2 dua sudut, yaitu ganti rugi menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan ganti rugi
pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
1. Ganti Rugi Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Menurut KUH Perdata tinjauan ganti rugi meliputi persoalan yang menyangkut apa yang dimaksud dengan ganti rugi, bilamana ganti rugi timbul dan apa ukuran dari
ganti rugi itu serta bagaimana Peraturannya dalam undang-undang.
54
a. Apa yang dimaksud dengan ganti rugi
Pengertian ganti kerugian dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata dapat dilihat dalam dalam pasal 1243 antara lain :
“ Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila siberhutang setelah dinyatakan lalai memenuhi
perikatannya, tetap melalaikannya atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
54
Syafruddin Kalo, opcit hal 79
46
Universitas Sumatera Utara
47
dibuatnya hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah ditentukan.”
Berdasarkan ketentuan tersebut bahwa ganti kerugian itu adalah karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila debitur setelah
dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya atau sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang
waktu yang telah dilampaukannya. Artinya ganti rugi itu adalah kerugian yang timbul karena debitur melakukan Wanprestasi, kerugian itu wajib diganti oleh Debitur
terhitung sejak ia dinyatakan lalai. Dalam Pasal 1244 KUH Perdata disebutkan :
“ Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya kerugian dan bunga, bila ia tidak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya Perikatan itu atau tidak
tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan suatu hal yang tidak diduga, tak dapat dipertanggungkan kepadanya, walaupun tidak ada itikad
buruk padanya. “
Penggantian rugi biaya dan bunga adalah perikatan yang lahir dikarenakan oleh adanya wanprestasi atau ingkar janji, wanprestasi dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan yang melanggar apa yang telah diperjanjikan, atau secara singkat yaitu : 1. Tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan;
2. Terlambat melaksanakan segala hal yang telah diperjanjikan, dan ; 3. Salah melaksanakan segala hal yang telah diperjanjikan.
Sehingga dalam hal ini, pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut ganti rugi, biaya, danatau bunga yang timbul akibat perbuatan wanprestasi dari salah
Universitas Sumatera Utara
48
satu pihak.
55
Dalam hal ini diatur dalam pasal 1249, 1250 dan 1251 KUH Perdata.
Pasal 1249 KUH Perdata : “Jika dalam suatu perikatan ditentukan bahwa pihak yang lalai memenuhinya,
sebagai ganti rugi harus membayar sejumlah uang tertentu, maka kepada pihak lain tidak boleh diberikan suatu jumlah yang lebih maupun yang kurang dari
jumlah tersebut.”
Pasal 1250 KUH Perdata : “Dalam tiap-tiap perikatan yang semata-mata berhubungan dengan pembayaran
sejumlah uang, pengganti biaya, rugi dan bunga sekedar disebabkan karena terlambatnya pelaksanaan, hanya terdiri atas bunga yang ditentukan oleh
Undang-undang dengan tidak mengurangi
perundang-undangan khusus.
Penggantian biaya, rugi dan bunga itu harus dibayar terhitung mulai dari yang ia minta dimuka pengadilan, kecuali dalam hal-hal dimana undang-undang
menetapkan bahwa ia berlaku demi hukum. “
Pasal 1251 KUH Perdata : “Bunga dari bunga pokok yang dapat ditagih dapat pula menghasilkan bunga
baik karena suatu permintaan dimuka pengadilan, maupun Karena persetujuan yang khusus asal saja permintaan atau persetujuan tersebut mengenai bunga
yang dibayar untuk satu Tahun.”
Terhadap kelalaian atau kealpaan seorang debitur dapat dituntut oleh siberpiutang dengan beberapa kemungkinan, antara lain :
1. Pertama, ia dapat meminta pelaksanaan Perjanjian, meskipun pelaksanaan ini sudah terlambat.
55
Http;www.legalopinion.web.id201010dasar hukum-penggantian rugi, biaya dan bunga, pada tanggal 10242011, 11:44 AM.
Universitas Sumatera Utara
49
2. Kedua, ia dapat meminta penggantian kerugian saja, kerugian yang dideritanya karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan, atau
dilaksanakan tetapi tidak sebagaimana mestinya. 3. Ketiga, ia dapat menuntut pelaksanaan perjanjian disertai dengan penggantian
kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat terlambatnya pelaksanaan perjanjian.
4. Keempat, dalam hal suatu perjanjian yang meletakkan kewajiban timbal balik, kelalaian satu pihak memberikan hak kepada pihak yang lain untuk meminta
pada hakim supaya perjanjian dibatalkan, disertai dengan permintaan penggantian kerugian.
56
b. Bilamana ganti rugi timbul
Menurut Yahya Harahap, kewajiban ganti rugi tidak dengan sendirinya timbul pada saat kelalaian. Ganti rugi baru efektif menjadi kemestian debitur, setelah debitur
dinyatakan lalai, harus ada pernyataan lalai dari kreditur.
57
Seorang debitur dikatakan lalai apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya atau memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah
diperjanjikan. Hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak si berhutang ini harus dinyatakan dahulu secara resmi, yaitu dengan memperingatkan si berhutang itu,
56
Subekti,POkok-pokok hukum Perdata, cetakan ke XXXI, PT. Intermasa, Jakarta 1985. hal. 147-148
57
M. Yahya Harahap, segi-segi hukum perjanjian, alumni, Bandung, 1986, hal 61.
Universitas Sumatera Utara
50
bahwa si berpiutang menghendaki pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek.
58
Pernyataan dalam keadaan lalai ditegaskan dalam pasal 1243 KUH Perdata yakni :
“ Penggantian biaya rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berhutang, setelah dinyatakan lalai
memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang
waktu yang telah dilampaukannya.”
Selanjutnya KUH Perdata menegaskan bahwa ganti rugi itu terdiri dari 3 unsur yaitu biaya, rugi dan bunga. Yang dimaksudkan kerugian yang dapat dimintakan
penggantian itu tidak hanya yang berupa biaya-biaya yang sungguh-sungguh telah dikeluarkan kosten atau kerugian yang sungguh-sungguh menimpa harta benda si
berpiutang Schaden tetapi juga yang merupakan kehilangan keuntungan interessen yaitu
keuntungan yang
akan didapat
seandainya siberhutang
tidak lalai
winstderving.
59
Kecuali wanprestasi itu dapat dibuktikan dengan karena adanya overmacht dan tidak ada itikad buruk dari debitur. Ganti rugi yang dapat dituntut penggantiannya
adalah atas rugi yang dideritanya dan keuntungan yang sedianya harus dinikmatinya. Sebagaimana dimaksudkan didalam Pasal 1244, 1245 dan 1246 Kuh Perdata yakni :
Pasal 1244 KUH Perdata : “ Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya kerugian dan bunga, bila ia
tidak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya Perikatan itu atau tidak
58
Subekti, opcit, hal. 147.
59
Ibid, hal. 148.
Universitas Sumatera Utara
51
tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan suatu hal yang tidak diduga, tak dapat dipertanggungkan kepadanya, walaupun tidak ada itikad
buruk padanya.
Pasal 1245 KUH Perdata : “ Tak ada Penggantian biaya, Kerugian dan bunga, bila karena keadaan
memaksa atau karena hal yang yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan atau melakukan suatu
perbuatan terlarang baginya.”
Dan Pasal 1246 KUH Perdata : “ Biaya, ganti rugi dan bunga yang boleh dituntut kreditur terdiri atas kerugian
yang telah dideritanya dan keuntungan yang sedianya dapat diperolehnya tanpa mengurangi pengecualian.”
60
c. Bentuk dan ukuran dari ganti kerugian
JIka wanprestasi benar-benar menimbulkan kerugian kepada kreditur, maka debitur wajib mengganti kerugian yang timbul, akan tetapi untuk itu harus ada
hubungan sebab-akibat atau kausal verband antara wanprestasi dengan kerugian.
61
Didalam pasal 1246 dari KUH Perdata disebutkan bahwa tentang jenis kerugian apa saja yang dapat dituntut berupa penggantian perongkosan, kerugian dan bunga
terdiri dari : kerugian yang dideritadialami dan keuntungan yang akan diperoleh jika persetujuan dilaksanakan kepada kreditur.
Biaya, rugi dan bunga dalam bahasa Belanda disebut konsten, Schaden en intresten
, yang disebut dengan biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh satu pihak. Rugi atau kerugian adalah
60
R. Surbekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta 2004, hal. 324-325
61
M. Yahya Harahap, opcit hal. 65.
Universitas Sumatera Utara
52
kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan Kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian Debitur atau wanprestasi. Sedangkan yang dimaksudkan dengan bunga
interesten adalah rugi yang berupa kehilangan keuntungan winstderving yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh Kreditur.
62
Dalam rumusan singkat, jenis ganti kerugian ini ialah ongkos, kerugian dan bunga kosten, schaden en intressen dan semua kerugian ini harus kerugian yang
diakibatkan langsung oleh wanprestasi sebagaimana hal itu ditentukan dalam pasal 1248 yang menyatakan, kendati perjanjian tidak dipenuhi oleh tipu daya debitur, ganti
rugi, ongkos dan keuntungan yang dapat diminta tidak lebih dari kerugian yang menjadi akibat langsung dari wanprestasi.
63
Sanksi-sanksi bagi yang melakukan wanprestasi sebagaimana yang disebutkan dalam Hukum Perjanjian menurut KUH Perdata, terdiri dari sebagai berikut : Ganti
Rugi yang diperinci dalam 3 unsur yaitu biaya, rugi, dan bunga. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu
pihak. Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan salah satu pihak yang diakibatkan oleh kelalaian pihak lain. Bunga adalah kerugian yang berupa
kehilangan keuntungan, yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh pihak yang dirugikan. Dalam soal penuntutan ganti rugi, oleh KUH Perdata diberikan ketentuan-
ketentuan tentang apa yang dapat dimasukkan dalam ganti rugi tersebut.
62
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, PT. Intermasa,1984. hal 47.
63
M. Yahya Harahap, Opcit, hal. 67.
Universitas Sumatera Utara
53
Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan pembatasan dari apa yang boleh dituntut sebagai ganti rugi. Dalam Pasal 1247 KUH Perdata menentukan:
Berutang hanya diwajibkan mengganti biaya rugi dan bunga yang nyata telah atau sedianya harus dapat diduga sewaktu perjanjian dilahirkan, kecuali jika hal
tidak dipenuhinya perjanjian itu disebabkan karena sesuatu tipu daya yang diakukannya olehnya.
Jadi, ganti rugi itu dibatasi, hanya meliputi kerugian yang dapat diduga dan yang merupakan akibat langsung dari wanprestasi. Dari hal tersebut diatas, dapat
diketahui bahwa ada dua pembatasan kerugian antara lain : 1. Kerugian yang dapat diduga ketika membuat perikatan.
2. Kerugian sebagai akibat langsung dari wanprestasi lalai. Dua macam kerugian inilah yang harus dibayar oleh debitur kepada Kreditur
sebagai akibat dari wanprestasi. Jadi ganti rugi hanya dapat diwajibkan terhadap kerugian nyata yang dapat diduga atau diperkirakan pada saat perikatan itu diadakan
yang timbul akibat ingkar janjiwanprestasi. Jumlahnya ditentukan dengan suatu perbandingan
diantara keadaan
kekayaan seandainya
tidak terjadi
ingkar janjiwanprestasi sebelumnya atau yang dapat diduga ketika perikatan dilahirkan dan
apa yang merupakan akibat langsung dari wanprestasiingkar janji. Pada umumnya debitur hanya memberikan ganti rugi kalau ganti rugi berhubungan langsung dengan
ingkar janji.
64
Persyaratan “dapat diduga” tidak hanya ditujukan kepada kemungkinan timbulnya kerugian saja, melainkan juga meliputi besarnya jumlah kerugian. Jika
64
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan dalam rangka memasuki purna bhakti usia 70 tahun”
Bandung: Citra Aditya Bakti 2001 hal-21-22.
Universitas Sumatera Utara
54
jumlah kerugian itu melampaui batas yang dapat diduga, maka kelebihan yang melampaui batas itu tidak boleh dibebankan kepada debitur, kecuali jika debitur
ternyata telah melakukan tipu daya.
65
d. Peraturan Ganti rugi dalam undang-undang.
Pembatasan kerugian dalam perjanjian yang prestasinya berupa pembayaran sejumlah uang, diatur dalam pasal 1250 KUH Perdata yang merumuskan :
1. Dalam perikatan yang hanya berhubungan dengan sejumlah uang pengganti biaya, kerugian dan bunga yang timbul karena keterlambatan pelaksanaannya
hanya terdiri atas bunga yang ditentukan atas undang-undang tanpa mengurangi berlakunya undang-undang khusus.
2. Penggantian biaya, kerugian dan bunga itu tanpa perlu dibuktikan oleh adanya suatu kerugian oleh kreditur.
3. Penggantian biaya, kerugian dan bunga itu baru wajib dibayar sejak diminta dimuka pengadilan, kecuali jika undang-undang menetapkan bahwa hal itu
berlaku demi hukum.
66
Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 1243 KUH Perdata, salah satu jenis ganti rugi yang dapat dituntut kreditur terhadap debitur ialah ganti rugi bunga yang disebut
juga interese, ini terutama dalam perjanjian yang berisi pembayaran sejumlah uang tertentu.
67
Menurut pasal 1250 KUH perdata, bunga yang dapat dituntut tidak boleh melebihi persentase yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut, kecuali jika
dalam perjanjian telah ditentukan cara perhitungan atau besarnya bunga itu, maka yang diberlakukan adalah apa yang telah diperjanjikan. Juga ditentukan bahwa bunga
65
Syafruddin Kalo, opcit. Hal 82.
66
R. Surbekti dan Tjitrosudibio, op.cit hal 49.
67
M. Yahya Harahap, Opcit, hal. 71.
Universitas Sumatera Utara
55
tersebut baru dihitung sejak dituntutnya ke pengadilan atau sejak dimasukkannya surat gugatan.
Seorang debitur yang lalai, yang melakukan wanprestasi dapat digugat didepan hakim dan hakim akan menjatuhkan putusan yang merugikan pada tergugat.
68
Bertolak dari pengertian ganti rugi yang diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ganti rugi menurut hukum perdata adalah dikaitkan dengan
adanya wanprestasi, sehingga yang wanprestasi akan dihukum untuk membayar ganti rugi, berupa biaya kosten, rugi schaden dan bunga interesten berupa kehilangan
keuntungan yang dapat diharapkan winstderving
69
.
2. Ganti rugi Pada Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.