Ganti rugi Pada Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.

55 tersebut baru dihitung sejak dituntutnya ke pengadilan atau sejak dimasukkannya surat gugatan. Seorang debitur yang lalai, yang melakukan wanprestasi dapat digugat didepan hakim dan hakim akan menjatuhkan putusan yang merugikan pada tergugat. 68 Bertolak dari pengertian ganti rugi yang diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ganti rugi menurut hukum perdata adalah dikaitkan dengan adanya wanprestasi, sehingga yang wanprestasi akan dihukum untuk membayar ganti rugi, berupa biaya kosten, rugi schaden dan bunga interesten berupa kehilangan keuntungan yang dapat diharapkan winstderving 69 .

2. Ganti rugi Pada Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.

Didalam Pasal 13 dari Keppres Nomor 55 Tahun 1993, ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk hak atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah. Bentuk ganti rugi dapat berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, kombinasi dari tiga bentuk kompensasi diatas atau bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Sehingga dalam pasal 1 angka 7 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 dijelaskan tentang ganti rugi yakni penggantian atas nilai tanah berikut bangunan, tanaman dan atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. 68 R. Surbekti, opcit, hal. 146. 69 Syafruddin Kalo, opcit hal. 85. Universitas Sumatera Utara 56 Akibat dari pengadaan tanah ialah ganti rugi, yang menjadi subyek hukum dalam ganti kerugian tanah adalah instansi Pemerintah yang membutuhkan tanah dan pemilik tanah yaitu individu dan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pasal 2 Keputusan Presiden nomor 55 Tahun 1993 yang menyatakan : 1. Ketentuan tentang pengadaan tanah dalam Keputusan Presiden semata-mata hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. 2. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah yang didefinisikan : Kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar musyawarah. 3. Pengadaan tanah selain untuk pelaksanaan pembangunan juga untuk kepentingan umum oleh Pemerintah dilaksanakan dengan cara jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak yang bersangkutan. 70 Jika diperjelas dapat dikatakan bahwa ganti kerugian adalah imbalan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah sebagai pengganti dari nilai tanah, termasuk yang diatasnya yang telah dilepaskan atau diserahkan. Oleh karena itu imbalan yang dimaksudkan dalam pemberian ganti kerugian pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah imbalan atas nilai tanah yang berstatus tanah hak sebagaimana diatur dalam UUPA maupun tanah-tanah dari masyarakat Hukum Adat, termasuk benda- benda yang ada diatasnya yang menjadi hak seseorang atau badan hukum. 71 70 Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam pengadaan tanah untuk pembangunan , Sinar Grafika, tanpa tahun hal. 157-158. 71 Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Yogyakarta : Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, 2004 hal 30. Universitas Sumatera Utara 57 Menurut Irene Eka Sihombing berkaitan dengan imbalan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : 1. Bentuk dan besarnya imbalan tidak boleh mengakibatkan pihak yang melepaskanmenyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah mengalami kemunduran sosial ekonomi. 2. Imbalan dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk : a. Imbalan terhadap faktor non fisik meliputi kehilangan atas hak atas tanah, tanah wakaf, bangunan, tanaman, benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah b. Imbalan terhadap faktor non fisik meliputi kehilangan Pekerjaan, sumber penghasilan dan sumber pendapatan lain yang sebelumnya diperoleh masyarakat yang melepaskan hak atas tanahnya. 72 Pada pasal 1 angka 11 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 ditentukan bahwa pengertian ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik ataupun non fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman danatau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah. Bentuk ganti kerugian pada pasal 12 dari Peraturan Presiden nomor 36 Tahun 2005 jo Peraturan Presiden nomor 65 Tahun 2006 diatur bahwa ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk : a. Hak atas tanah; b. Bangunan. c. Tanaman d. Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah. 72 Irene Eka Sihombing, Segi-segi hukum Tanah Nasional dalam Pengadaan Tanah untuk Pembangunan , Universitas Trisakti, Jakarta, 2005, hal. 119-120 Universitas Sumatera Utara 58 Dalam pasal 13 dari Peraturan Presiden nomor 36 Tahun 2005 yaitu dapat berupa; a. Uang ; danatau b. Tanah pengganti danatau c. Pemukiman kembali Dalam hal pemegang hak atas tanah tidak menghendaki bentuk ganti rugi sebagaimana dimaksud diatas, maka dapat diberikan kompensasi berupa penyertaan modal saham sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan. Berbeda dengan bentuk ganti rugi pada Peraturan Presiden nomor 65 Tahun 2006 dalam pasal 13 yakni berupa : a. uang ; danatau b. tanah pengganti; danatau c. pemukiman kembali; danatau d. gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c. e. bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Penggantian terhadap bidang tanah yang dikuasai dengan hak ulayat menurut Peraturan Presiden nomor 36 Tahun 2005 jo Peraturan Presiden nomor 65 Tahun 2006 diberikan dalam bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat bagi masyarakat setempat. Dasar perhitungan ganti rugi pada Peraturan Presiden nomor 36 Tahun 2005 yang mendasar pada nilai jual obyek pajak, perlu dicermati karena dapat dianggap Universitas Sumatera Utara 59 bahwa dasar perhitungan besarnya ganti rugi yang utama adalah nilai jual obyek pajak, padahal seharusnya besarnya ganti rugi adalah nilai nyatasebenarnya dengan memperhatikan bahwa kondisi sosial ekonomi pemegang hak tidak boleh menjadi buruk. Besarnya ganti rugi yang diberikan haruslah didasarkan pada kesepakatan antara pihak pemegang hak atas tanah dengan pihak yang memerlukan tanah. Sehingga bisa saja terjadi nilai yang disepakati tersebut justru diatas nilai jual obyek pajak. Pada Peraturan Presiden nomor 65 Tahun 2006 dasar perhitungan besarnya ganti rugi ialah : 1. Nilai jual obyek Pajak atau nilai nyatasebenarnya dengan memperhatikan nilai jual obyek pajak Tahun berjalan berdasarkan penilaian lembagatim penilai harga tanah yang ditunjuk oleh panitia. 2. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab dibidang bangunan. 3. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian. Pemberian ganti rugi diserahkan langsung kepada pemegang hak atas tanah atau yang berhak sesuai dengan Peraturan perundang-undangan atau nadzir bagi tanah wakaf. Dalam hal tanah,bangunan, tanaman atau benda-benda yang berkaitan dengan tanah dimiliki bersama-sama oleh beberapa orang, sedangkan satu atau beberapa orang pemegang hak atas tanah tidak dapat ditemukan, maka ganti rugi yang menjadi Universitas Sumatera Utara 60 hak orang yang tidak dapat ditemukan tersebut dititipkan di pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan. Menurut Muhammad Yamin lubis dan Abdul rahim lubis, menyimak pada pengertian ganti rugi pada pasal 1 angka II tersebut, maka ada beberapa unsur yang harus diperhatikan yakni : 1. Obyek yang diganti rugi berupa tanah, bangunan, tanaman danatau benda- benda lain. 2. Ganti kerugian bersifat fisik danatau non fisik. 3. Dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah. 73 Dalam Pasal 12 dari Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 disebutkan bahwa objek yang diganti rugikan dalam rangka pengadaan tanah ialah : 1 Hak atas tanah 2 Bangunan 3 Tanaman dan 4 benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah. Hal tersebut juga dituangkan dalam pasal yang sama yakni pasal 12 dari Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 dalam hal obyek yang diganti rugi. Pada asasnya bentuk ganti rugi yang lazim yang dipergunakan adalah uang. Oleh karena menurut para ahli hukum Perdata maupun Yurisprudensi, uang merupakan alat yang paling praktis, yang paling sedikit menimbulkan masalah dalam menyelesaikan suatu sengketa, selain uang masih ada bentuk-bentuk lain yang diperlukan sebagai bentuk ganti rugi, yaitu pemulihan keadaan semula in natura 73 Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Pencabutan Hak, Pembebasan dan Pengadaan Tanah, Mandar Madju Bandung, 2011, hal. 81. Universitas Sumatera Utara 61 dan larangan untuk mengulangi. Keduanya ini kalau tidak ditepati dapat diperkuat dengan uang paksa. 74 Menurut Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, terhadap bentuk ganti rugi tersebut dapat bersifat fisik danatau non fisik, Namum Khusus yang bersifat non fisik tentunya harus dirumuskan tolak ukurnya, terhadap bentuk ganti rugi yang bersifat fisik diuraikan sebagai berikut : a Pada Keppres Nomor 55 Tahun 1993 dalam pasal 13 merinci bentuk-bentuk ganti rugi dapat berupa : 1. Uang 2. Tanah pengganti 3. pemukiman kembali 4. gabungan dari dua dan lebih untuk ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c 5. bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan. b Dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 bentuk ganti rugi berupa : 1. Uang danatau 2. Tanah pengganti danatau 3. Pemukiman kembali 4. Dalam hal pemegang hak atas tanah tidak menghendaki bentuk ganti rugi sebagaimana dimaksud diatas, maka dapat diberikan Kompensasiberupa penyertaan modal saham sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- Undangan. c Dalam Peraturan Presiden nomor 65 Tahun 2006 bentuk ganti rugi berupa : 1. Uang; danatau 2. tanah pengganti danatau 3. Pemukiman kembali danatau 4. Gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti rugi diatas dan : 5. Bentuk lain yang yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan. 75 74 Mariam Darus Badrulzaman, opcit hal. 23. 75 Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Pencabutan Hak, Pembebasan dan Pengadaan Tanah op cit, hal. 82. Universitas Sumatera Utara 62 B. Konsep ganti rugi yang dilakukan Pemerintah kota Binjai pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Landasan hukum pembebasan tanah untuk keperluan pembangunan unit pelaksanaan teknis daerah UPTD balai benih ikan dinas peternakan dan perikanan kota Binjai dilakukan Pemerintah Kota Binjai pada Tahun 2005, Peraturan yang terkait ialah Peraturan Presiden nomor 36 Tahun 2005. Hal tersebut sebagaimana yang disebutkan didalam Konsidren dari Surat Keputusan Walikota Binjai Nomor : 593-2037K2005 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Untuk Keperluan Pembangunan Gedung Balai Benih Ikan Dan Kolam Pembibitan Ikan Pemerintah kota Binjai di Kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai, pada bagian mengingat, angka 6. Didalam konsidren tersebut juga disebutkan undang-undang serta Peraturan- Peraturan yang terkait didalam pengadaan tanah yang dilakukan oleh Pemerintah kota Binjai antara lain : a. Undang-undang Nomor 5 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kota-kota kecil di Lingkungan Propinsi Sumatera Utara. b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria c. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 1988 tentang koordinasi kegiatan Instansi Vertikal di daerah e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Menurut Edy Gunawan, “ proses pelakasanaan pengadaan tanah yang dilakukan pada saat itu sudah sesuai dengan prosedur pengadaan tanah yang disebutkan didalam Peraturan kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1 Tahun 1994 yang merupakan ketentuan pelaksanaan Peraturan Presiden nomor 55 Tahun 1993 tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Pelaksanaan yang dilakukan pada saat itu dimulai pada perencanaan, dengan Universitas Sumatera Utara 63 mengajukan proposal, yang ditujukan kepada walikota Binjai oleh instansi yang membutuhkan tanah hingga tahap penyelesaian yaitu pengerjaan pembangunan hingga sampai penyerahan kepada instansi yang membutuhkan.” 76 Pengadaan tanah yang dilakukan oleh Pemerintah kota Binjai termasuk kepada pengadaan tanah skala kecil, karena pada pengadaan tanah tersebut tanah yang dipergunakan tidak lebih dari 1 Hektar. Sebagaimana yang dituangkan didalam pasal 41 dari Peraturan kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1 Tahun 1994 yakni pasal 41 ; “Apabila tanah yang diperlukan luasnya tidak lebih dari 1 hektar, setelah menerima persetujuan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 30, instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dapat melaksanakan pengadaan tanah tersebut secara langsung dengan pemegang hak atas tanah dan pemilik bangunan, tanaman danatau benda-benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan atas dasar kesepakatan.” Namun demikian pelaksanaan pengadaan tanah yang dilakukan oleh Pemerintah kota Binjai pada tahun 2005 tetap menggunakan panitia pengadaan tanah, sebagaimana yang dituangkan dalam surat Keputusan walikota Binjai, nomor 593-2037K2005, tentang pembentukan panitia pengadaan tanah untuk keperluan pembangunan gedung balai benih ikan dan kolam pembibitan ikan Pemerintah kota binjai di kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, kota Binjai. 76 Wawancara langsung dengan Edy Gunawan, Kepala Dinas Pertanian Kota Binjai, pada tanggal 21 Oktober 2011, pukul 10.00 WIB. Universitas Sumatera Utara 64 Pembentukan Panitia Pengadaan tanah yang dilakukan oleh Walikota Binjai pada Tahun 2005 dimaksudkan agar terciptanya kelancaran pada pelaksanaan pengadaan untuk keperluan pembangunan gedung balai benih ikan, dan agar terciptanya keadilan diantara kedua belah pihak yakni pihak masyarakat pemilik lahan dengan Pemerintah kota Binjai, dalam hal ini ialah dinas Peternakan dan Perikanan pada waktu itu yang sekarang sudah digabungkan dan dibawah dinas Pertanian. 77 Tanah yang dimiliki masyarakat pemilik lahan berupa tanah yang belum bersertifikat, alas hak atas tanah yang diganti rugikan tidak menggunakan akta Jual Beli, tetapi langsung dilakukan antara masyarakat pemilik lahan dengan pemerintah Kota Binjai, sebagaimana yang dibuktikan dengan Surat Pernyataan Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang ditanda tangani oleh masyarakat pemilik lahan dengan pemerintah Kota Binjai dalam hal ini diwakili oleh penanggung jawab kegiatan belanja langsung Bagian Tata pemerintahan Sekretariat Daerah Kota Binjai dan disaksikan oleh Panitia Pengadaan Tanah bentukan Walikota pada waktu itu. Setelah disepakatinya bentuk dan jumlah dari ganti kerugian yakni dalam bentuk uang tunai, yang diserahkan secara langsung kepada masyarakat pemilik lahan. Besarnya uang tunai yang telah ditetapkan sebesar Rp. 22.480,- dua puluh dua ribu empat ratus delapan puluh rupiah untuk setiap meter perseginya dan untuk total tanah keseluruhan seluas 4.474,75 M2 empat ribu empat ratus tujuh puluh empat 77 Wawancara langsung dengan Edy Gunawan, Kepala Dinas Pertanian Kota Binjai, pada tanggal 21 Oktober 2011, pukul 10.30 WIB. Universitas Sumatera Utara 65 koma tujuh puluh lima meter persegi jumlah uang tunainya sejumlah Rp. 100.592.380,- seratus juta lima ratus sembilan puluh dua ribu tiga ratus delapan puluh rupiah sebagaimana yang dituangkan dalam Surat Keputusan Walikota Binjai nomor 593-2129K2005 tertanggal 16 September 2005. Setelah terjadi ganti rugi dan tanah sudah diserahkan kepada Instansi yang membutuhkan tanah, selanjutnya alas bukti hak atas tanah selanjutnya disertifikatkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan untuk dan atas nama Pemerintah Kota Binjai. 78 78 Wawancara langsung dengan Edy Gunawan, Kepala Dinas Pertanian Kota Binjai, pada tanggal 21 Oktober 2011, pukul 11.00 WIB. Universitas Sumatera Utara 66

BAB IV PENETAPAN HARGA DALAM PELAKSANAAN GANTI RUGI PADA

PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH KOTA BINJAI Berdasarkan hasil penelitian, Pembebasan tanah untuk kepentingan umum pembangunan Kantor Unit Pelayanan Teknis Daerah UPTD Balai Benih Ikan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Binjai pada Tahun 2005, maka upaya Penetapan harga dalam pelaksanaan ganti rugi tanah untuk kepentingan umum dilakukan melalui musyawarah Panitia Pengadaan Tanah dengan masyarakat pemilik Lahan.

A. Proses Penetapan harga dalam Pelaksanaan Ganti Rugi Pada Pengadaan

Tanah Untuk Kepentingan Umum. Dalam hal penetapan harga tidak terlepas dari proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dilakukan dengan prosedur pengadaan tanah sebagaimana yang terjadi pada pengadaan tanah untuk pembangunan Unit Pelayanan Teknis Daerah UPTD Balai Benih Ikan Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Binjai pada tahun 2005 yang mengacu pada peraturan menteri agraria kepala badan pertanahan nasional republik Indonesia Nomor 1 tahun 1994 yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. PerencanaanPenetapan Lokasi Pembangunan. 2. Tata Kerja Panitia Pengadaan Tanah. 3. Pelaksanaan musyawarah dan penetapan bentuk dan besarnya ganti kerugian. 4. Keputusan Panitia Pengadaan Tanah. 66 Universitas Sumatera Utara 67 5. Pelaksanaan Pemberian Ganti Rugi. 6. Pelepasan, Penyerahan dan Permohonan hak atas tanah. 7. Pengurusan hak atas tanah 8. Pelaksanaan pembangunan fisik. Pembebasan hak atas tanah wajib disertai dengan pemberian ganti kerugian dan harus berpedoman pada Peraturan yang berlaku serta dalam penentuan bentuk dan besarnya ganti kerugian harus diusahakan dengan asas musyawarah antara pihak yang bersangkutan dengan mempertimbangkanmemperhatikan harga dasar setempat yang ditetapkan secara berkala oleh Panitia. 79

1. PerencanaanPenetapan Lokasi Pembangunan.