82
sebagaimana yang
dituangkan dalam
pasal 16
Peraturan Menteri
Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994 sebagai Peraturan
pelaksana dari Kepres Nomor 55 Tahun 1993 adalah seperti : 1. Lokasi tanah strategiskurang strategis
2. Jenis hak atas tanah 3. Status penguasaan tanah pemegang hak yang sah atau penggarap
4. Status hak atas tanah hak milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan lain-lain. 5. Kelengkapan sarana, prasarana
6. Keadaan penggunaan tanah terpelihara atau tidak 7. Kerugian sebagai akibatnya dipecahnya hak atas tanah seseorang
8. Biaya pindah tempat pekerjaan 9. Kerugian terhadap turunnya penghasilan si pemegang hak
Sehingga Panitia pengadaan tanah menetapkan secara obyektif dengan standar yang telah ditentukan dan dengan dicapainya musyawarah antara pemegang hak dengan
panitia pengadaan tanah, untuk harga ganti rugi sebesar Rp 22.480 .- dua puluh dua ribu empat ratus delapan puluh rupiah untuk setiap meter bujur sangkar
90
Dalam ganti rugi bangunan dibedakan antara bangunan permanen, yang masih baik, sedang dan kurang, bangunan semi permanent, yang baik, sedang dan kurang
dan bangunan darurat, kemudian juga menjadi perhitungan, legalitas bangunan, kelengkapan bangunan, penyusutan dan izin usaha. Atas tanaman diperhitungkan
tanaman lunak dan keras.
91
3. Pelaksanaan Musyawarah Dan Penetapan Bentuk Dan Besarnya Ganti Kerugian
Musyawarah harus dilangsungkan dengan prinsip musyawarah sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat 10 Perpres Nomor 36 Tahun 2005 yaitu saling mendengar,
saling memberi dan saling menerima pendapat serta keinginan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi atas dasar kesukarelaan dan
90
Wawancara dengan Elvi Kristina, Kepala Dinas Prasarana WilayahPU, anggota Panitia pengadaan tanah untuk kepentingan umum pada tahun 2005 sekarang menjabat Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kota Binjai pada Dinas Koperasi Kota Binjai pada tanggal 13 September 2011 pukul 11.25 WIB.
91
A.P. Parlindungan, op cit hal 43
Universitas Sumatera Utara
83
kesetaraan antara pihak yang mempunyai tanah dengan pihak yang memerlukan tanah. Hal ini untuk dapat tercapai suatu kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya
ganti rugi. Pada Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kota
Binjai untuk pembangunan gedung kantor unit pelayanan teknis daerah balai benih ikan dinas peternakan dan perikanan kota Binjai pada Tahun 2005 mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 dimana ganti rugi dilakukan antara Pemerintah Kota Binjai dalam hal ini instansi yang memerlukan tanah dengan
masyarakat pemilik lahan melalui Panitia Pengadaan tanah dengan cara musyawarah. Musyawarah diaksanakan pada kantor instansi pemerintah yang membutuhkan
tanah, yakni Dinas Peternakan dan pertanian. Musyawarah dilakukan dengan pemegang hak atas tanah yang didahului dengan menandatangani daftar hadir,
mendengarkan penjelasan dan diminta persetujuan untuk melepaskan hak atas tanahnya dengan harga ganti rugi yang akan ditetapkan. Musyawarah yang dilakukan
berdasarkan maksud pasal 9 Keputusan Presiden nomor 55 Tahun 1993 dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dan instansi
Pemerintah yang memerlukan tanah. Menurut Elvi Kristina juga mengatakan “ Musyawarah yang dilakukan pada
saat itu tidak ada kendala, dikarenakan penawaran dari pemerintah kota Binjai mengikuti harga pasar atau harga sebenarnya, sehingga Tuan Mulyono pemilik
lahan tidak keberatan tanahnya diambil alih oleh pemerintah kota Binjai untuk pembangunan kantor Balai Benih Ikan.
Musyawarah diawali dengan penyuluhan kepada masyarakat Pemilik lahan tentang maksud dan tujuan pengadaan tanah yang diadakan oleh Panitia
Pengadaan Tanah bersama dengan instansi Pemerintah yang memerlukan tanah
Universitas Sumatera Utara
84
dengan membuka keterlibatan tokoh masyarakat dan pimpinan informal setempat didalamnya.
92
Menyusul penyuluhan tersebut dilakukan inventarisasi terhadap
obyek pengadaan tanah oleh Panitia Pengadaan Tanah, instansi Pemerintah yang
memerlukan tanah dan instansi terkait. Pengumuman hasil inventarisasi ini memberi kesempatan kepada masyarakat pemilik lahan untuk mengajukan keberatan.
Selanjutnya dilakukan musyawarah untuk menetapkan bentuk dan besarnya ganti kerugian, musyawarah dilakukan langsung antara instansi Pemerintah yang
memerlukan tanah dengan masyarakat pemilik lahan. Oleh Panitia Pengadaan Tanah diberikan penjelasan tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam penetapan ganti
kerugian, yang meliputi : a. untuk tanah nilainya didasarkan pada nilai nyata dengan memperhatikan NJOP
Tahun terakhir. b. Sembilan faktor yang mempengaruhi harga tanah sebagaimana yang dituangkan
dalam pasal 16 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994 sebagai Peraturan pelaksana dari Kepres Nomor
55 Tahun 1993 yakni : 1 Lokasi tanah 2 Jenis Hak atas tanah 3 Status penguasaan tanah 4 Peruntukan tanah 5 Kesesuaian penggunaan tanah dengan
rencana tata ruang wilayah 6 Prasarana yang tersedia 7 Fasilitas dan untilitas 8 Lingkungan 9 lain-lain yang mempengaruhi harga tanah.
92
Wawancara dengan Elvi Kristina, Kepala Dinas Prasarana WilayahPU, anggota Panitia pengadaan tanah untuk kepentingan umum pada tahun 2005 sekarang menjabat Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kota Binjai pada Dinas Koperasi Kota Binjai pada tanggal 13 September 2011 pukul 10.30 WIB.
Universitas Sumatera Utara
85
c. Nilai taksiran bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang relevan. Selanjutnya masyarakat pemilik lahan menyampaikan keinginan tentang bentuk
dan besarnya ganti kerugian yang akan ditanggapi oleh Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Bila masyarakat pemilik lahan menolak tawaran instansi Pemerintah
dan setelah dimusyawarahkan tidak mencapai mufakat, pemegang hak dapat mengajukan keberatan terhadap putusan Panitia Pengadaan Tanah, apabila setelah
Keputusan diberitahukan secara tertulis selama tiga kali, ganti kerugian tidak diambil, maka Panitia Pengadaan Tanah mengeluarkan Surat Keputusan Penetapan ganti
kerugian. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 Bila masyarakat pemilik lahan tetap keberatan akan dilakukan pencabutan hak secara paksa dengan prosedur
yang sesuai. Hasil Keputusan musyawarah ditetapkan bentuk dan jumlah besarnya ganti
kerugian yang diberikan Pemerintah Kota Binjai dengan pemilik lahan adalah dalam bentuk uang tunai sebesar Rp. 22.480.M2 dua puluh dua ribu empat ratus delapan
puluh rupiah permeter perseginya sebagaimana jelas dituangkan dalam berita acara penetapan besarnya ganti rugi pada pembebasan Tanah untuk kepentingan umum
tertanggal 13 September 2005 yang ditandatangani Panitia Pengadaan tanah dengan masyarakat pemilik lahan.
Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 13 dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang bentuk ganti rugi berupa :
1. Uang 2. Tanah pengganti danatau
Universitas Sumatera Utara
86
3. Pemukiman kembali 4. Dalam hal pemegang hak atas tanah tidak menghendaki bentuk ganti rugi
sebagaimana dimaksud diatas, maka dapat diberikan kompensasi berupa penyertaan modal saham sesuai dengan perundang-undangan.
Selanjutnya dilakukan sidang panitia pengadaan tanah yang membicarakan tentang kerelaan masyarakat pemilik lahan untuk melepaskan haknya atas tanah
tersebut dengan biaya ganti rugi yang diberikan, setelah ketua panitia pembebasan tanah menganggap data-data dan keterangan-keterangan yang diperlukan sudah
cukup jelas, maka memerintahkan wakil ketua panitia pengadaan tanah sebagai kepala Kantor
Pertanahan Kota Binjai bekerjasama dengan Asisten I Tata Praja Setda Kota Binjai selaku Sekretaris I bukan anggota membuat surat undangan guna
melakukan sidang panitia. Setelah pada hari yang telah ditetapkan semua angota hadir, ketua panitia
pengadaan tanah membuka sidang. Dalam acara sidang tersebut membicarakan masalah penetapan besarnya ganti rugi yang akan dibayar kepada pemilik atau
pemegang hak atas tanah. Dengan berpedoman pada harga yang telah ditetapkan Walikota Binjai dan memperhatikan faktor-faktor yang turut mempengaruhi harga
tanah diantaranya nilai taksiran tanaman, bangunan dan benda-benda lain yang ada diatas obyek tanah sebagaimana diatur dalam Keppres Nomor 55 Tahun 1993 dan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005.
4. Keputusan Panitia Pengadaan Tanah.