Peran Bidan Desa dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan : 1 Menerima receiving. Menerima diartikan bahwa orang subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. 2 Merespon responding. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3 Menghargai valuing. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4 Bertanggung jawab responsible. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

2.6 Peran Bidan Desa dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

Konsep peran serta diperkenalkan French et al dalam Cholid 2009, bahwa peran menunjukkan proses antara dua atau lebih pihak yang memengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan. Peran serta lahir dari desakan kebutuhan psikologis pada setiap individu. Keinginan untuk Universitas Sumatera Utara berperan didorong kebutuhan akan kekuasaan, ingin memperoleh pengakuan, dan hasrat untuk bergantung pada orang lain, tetapi juga sebaliknya tempat orang bergantung. Pengertian peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, 2005 adalah perangkat tingkah laku yang dimiliki seseorang sesuai dengan kedudukannya di masyarakat. Selanjutnya Cholid 2009, menyatakan peran menunjuk pada tindakan dalam suatu tipe hubungan interaksi khusus. Dua dimensi peran adalah: kewajiban dan hak, dimana tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan oleh seseorang merupakan kewajiban suatu peran; tindakan atau respon orang lain merupakan hak. Konsep peran dihubungkan dengan konsep status, sehingga peran status adalah satuan struktural yang paling mendasar sebagai syarat fungsional yang harus dipenuhi. Menurut Meilani et al 2009, peran bidan dalam pelayanan kebidanan komunitas yang diimplementasikan dalam program posyandu meliputi: a sebagai motivator, yaitu menggerakkan dan membina peran serta masyarakat, b sebagai fasilitator, yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat seperti: imunisasi kepada balita, c edukator, yaitu membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader posyandu dan masyarakat, d sebagai advokator, yaitu: membina kerjasama lintas program dan lintas sektoral dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. Menurut Depkes RI 2002, bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Universitas Sumatera Utara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat sesuai dengan tanggung jawabnya dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai dengan tanggung jawabnya. Bidan desa mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Implementasi tugas dan fungsi bidan di desa, selain bekerja sama dengan tenaga non medis seperti dukun, bidan desa juga bekerja sama dengan masyarakat yang secara sukarela membantu dan melaksanakan posyandu. Biasanya masyarakat tersebut telah mendapat pelatihan dalam menjalankan tugasnya tersebut sebagai kader. Tugas dan fungsi utama bidan desa adalah memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Penempatan bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan anak serta KB dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta kelahiran. Universitas Sumatera Utara Bidan desa diharapkan kehadirannya mampu memperluas jangkauan pelayanan yang telah ada sekaligus dapat meningkatkan cakupan program pelayanan posyandu dalam pencegahan penyakit pada bayi melalui kegiatan penimbangan balita, imunisasi maupun pemberian makanan tambahan Depkes RI, 2002. Prinsip pelayanan kebidanan di desa adalah : a pelayanan di komunitas desa sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat, kedokteran, sosial, psikologi, komunikasi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung peran bidan di komunitas, b dalam memberikan pelayanan di desa bidan tetap berpedoman pada standar dan etika profesi yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, c dalam memberikan pelayanan bidan senantiasa memerhatikan dan memberi penghargaan terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sepanjang tidak merugikan dan tidak bertentangan dengan prinsip kesehatan, d bidan di desa juga membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan diserahkan kepada bidan koordinator pada saat bidan di desa melaksanakan tugasnya ke puskesmas Widyastuti, 2007. 2.7 Landasan Teori Perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi individu predisposing factors, faktor pendukung enabling factors dan faktor kebutuhan need factors, secara skematis digambarkan pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Sumber: A Behavioral Model of Families Use of Health Services Andersen, 1974 Berdasarkan teori perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan, apabila faktor predisposisi dalam diri ibu yang mempunyai balita dan faktor enabling mendukung untuk memanfaatkan pelayanan posyandu, serta adanya kebutuhan berdasarkan persepsi perceived need dan kondisi bayi dan balita yang membutuhkan pelayanan posyandu akan menentukan memanfaatkan atau tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu. Pada konteks pemanfaatan posyandu, faktor yang berperan pada ibu yang mempunyai balita adalah pengetahuan dan sikap terhadap posyandu sebagai sarana pelayanan kesehatan, hal ini terkait dengan aspek health belief pada faktor predisposing sebagaimana dikemukakan Anderson 1974, sedangkan bidan desa Predisposing Enabling Need Demografic Age, Sex Social Structure Etnicity, Education, Occupation of Head Family Health Belief Family Resources Income, Health Assurance Community Resources Health facility and personal Perceived Symptoms diagnose Evaluated Symptons diagnose Health Services Universitas Sumatera Utara sebagai tenaga kesehatan yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu terkait dengan aspek community resources pada faktor enabling sebagaimana dikemukakan Anderson 1974. 2.8 Kerangka Konsep Penelitian Pemanfaatan pelayanan posyandu balita dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu balita dan sikap ibu balita tentang posyandu serta sejauhmana peran Bidan Desa dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu. Hal tersebut menjadi kajian dalam penelitian ini dengan melihat variabel-variabel yang diuraikan pada kerangka konsep penelitian. Variabel Independen Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan Ibu Balita X 1 Pemanfaatan Posyandu Balita Y Peran Bidan Desa X 3 Sikap Ibu Balita X 2 Variabel Dependen Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah explanatory research penelitian penjelasan yang dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan dan sikap ibu balita serta peran bidan desa terhadap pemanfaatan Posyandu di Puskesmas Bosar Maligas. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Puskesmas Bosar Maligas. Adapun alasan pengambilan lokasi ini adalah karena pemanfaatan Posyandu Balita di wilayah kerja puskesmas tersebut paling rendah dari seluruh Puskesmas di Kabupaten Simalungun.

3.2.2 Waktu Penelitian

Pra penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2011, kemudian penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita yang berumur 12-59 bulan dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas, yaitu sebanyak 2.459 orang Profil Puskesmas Bosar Maligas, 2010. Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus penentuan sampel untuk penelitian survei oleh Slovin 1992, sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG KEGIATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI PENIMBANGAN BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRATON YOGYAKARTA

0 2 47

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

7 35 101

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

2 12 10

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

0 4 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU DENGAN KEAKTIFAN DALAM KEGIATAN POSYANDU Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Posyandu Dengan Keaktifan Dalam Kegiatan Posyandu Desa Walikukun Wilayah Kerja Puskesmas Widodaren Kabupaten Ngawi.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Posyandu Dengan Keaktifan Dalam Kegiatan Posyandu Desa Walikukun Wilayah Kerja Puskesmas Widodaren Kabupaten Ngawi.

0 1 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU DENGAN KEAKTIFAN DALAM KEGIATAN POSYANDU Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Posyandu Dengan Keaktifan Dalam Kegiatan Posyandu Desa Walikukun Wilayah Kerja Puskesmas Widodaren Kabupaten Ngawi.

0 1 17

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN PARTISIPASI IBU DALAM MEMBAWA BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIJUNJUN.

0 1 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN KADER TENTANG POSYANDU DAN MOTIVASI KADER POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS WERA KABUPATEN BIMA

0 1 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU MEMERIKSAKAN BALITA KE POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGAK KABUPATEN MALANG

0 0 9