pengetahuan saja belum tentu dapat merubah sikap atau pandangan ibu balita tentang posyandu, oleh karena itu harus dirumuskan suatu metode pendekatan yang lebih
baik, misalnya dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama maupun tokoh adat untuk mensosialisasikan program posyandu.
Sikap tentang posyandu sebagai faktor yang memengaruhi pemanfaatan posyandu konsisten dengan penelitian Pamungkas 2009 bahwa dari responden yang
mempunyai sikap terhadap posyandu baik memiliki peluang 4,800 kali untuk berkunjung ke posyandu bandingkan dengan responden yang mempunyai tingkat
sikap kurang. Pada hasil hubungan yang telah didapat frekuensi yang paling banyak adalah tingkat sikap responden yang kurang dan kuantitas kunjungan ke posyandu
kurang. Kurangnya sikap dari ibu balita ke posyandu dikarenakan oleh karena kurangnya antusiasme responden mengikuti rangkaian kegiatan posyandu yang secara
klasik dikarenakan tingkat aktivitas yang berlebih.
5.3 Pengaruh Peran Bidan Desa terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Bosar Maligas
Hasil penelitian tentang variabel peran bidan desa ditemukan 52,8 pada kategori sedang, dengan persentase tertinggi tentang peran bidan desa dalam
mengajak ibu yang mempunyai balita untuk datang ke posyandu dinyatakan sebanyak 61,1 responden. Uji analisis statistik menunjukkan variabel peran bidan
desa berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin berperan bidan
Universitas Sumatera Utara
desa dalam pelaksanaan kegiatan posyandu maka akan meningkat pemanfaatan posyandu.
Bidan desa yang bertugas di setiap desa pada wilayah kerja puskesmas merupakan tenaga kesehatan yang berperan dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat di desa tempatnya bertugas, serta secara hierarki bertanggung jawab kepada pimpinan puskesmas. Dengan demikian peran bidan desa dalam pengelolaan
posyandu menunjukkan peran puskesmas sebagai institusi. Bidan desa berperan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu menurut ibu balita
di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas belum mampu meningkatkan kemauan ibu balita untuk memanfatkan posyandu karena dominan pada kategori sedang yaitu
52,8. Dari indikator peran bidan desa yang ditanyakan kepada ibu balita ditemukan persentase terendah dalam hal melakukan pendekatan kepada pemerintahan
desakelurahan untuk berperan mendukung pelaksanaan kegiatan di posyandu hanya 9,3.
Persentase peran desa pada kategori rendah sebesar 44,4 menunjukkan pelaksanaan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas belum optimal
karena bidan desa kurang termotivasi dalam bekerja serta kurang memiliki kompetensi atau kemampuan melaksanakan tugasnya sebagai pengelola posyandu.
Bidan desa perlu diberikan memberikan insentif dan penghargaan sehingga termotivasi dan berperan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, serta meningkatkan
keterampilan dengan memberikan pelatihan tentang posyandu sehingga bidan desa memiliki kompetensi untuk melakukan tugasnya mengelola posyandu.
Universitas Sumatera Utara
Konsep posyandu sesuai dengan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat UKBM sehingga dalam pelaksanannya harus bersumber dari, oleh dan untuk
masyarakat. Oleh karena itu peran bidan desa sebagai petugas kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat desa hendaknya mengembangkan pelayanan posyandu
melalui pendekatan kepada pemerintahan desakelurahan tempat bidan desa tersebut bertugas. Bidan desa juga harus berperan serta secara aktif dalam mengajak ibu yang
mempunyai balita untuk datang ke posyandu serta menjelaskan kepada ibu-ibu tentang pengertian, kegiatan serta manfaat posyandu bagi balita.
Kegiatan posyandu sangat ditentukan oleh keberadaan kader posyandu, oleh karena itu bidan desa harus melatih kader posyandu serta pihak lain yang terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu. Dalam proses pelatihan kader posyandu diupayakan melibatkan pihak yang terkait dengan pelayanan posyandu di
desakelurahan, yaitu Kelompok Kerja Pokja IV PKK DesaKelurahan. Bidan desa juga perlu memerhatikan kader yang dipilih untuk mengelola posyandu, yaitu kader
yang mampu dan mempunyai waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya sebagai kader posyandu. Dengan demikian diharapkan program posyandu dapat
dilaksanakan dengan optimal dan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
Kader merupakan orang-orang yang berasal dari masyarakat yang dengan sukarela bersedia ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan menuju kepeningkatan
kesehatan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak posyandu yang kinerjanya menurun, yang disebabkan antara lain karena faktor kader yang kurang
Universitas Sumatera Utara
berfungsi. Banyak faktor yang memengaruhi peran serta kader dalam kegiatan posyandu, diantaranya faktor tingkat pengetahuan kader dan tingkat ekonomi
keluarga kader. Rendahnya pengetahuan kader sehingga berpengaruh terhadap penurunan kinerja posyandu karena rendahnya peran sertanya dalam kegiatan
posyandu. Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam bidang primary health care
dan primary care. Sebagai badan primary health care, puskesmas melindungi masyarakat dengan cara mengidentifikasi masalah yang menjadi ancaman bersama
dan menjadikan masyarakat sebagai program prioritas. Demi kepentingan bersama itu, puskesmas merupakan alat kebijakan yang memberikan proteksi kepada
masyarakat agar tidak terjangkit penyakit dan mengalami gangguan kesehatan. Puskesmas sebagai fungsi primary care berperan mendeteksi penyakit yang
membutuhkan penanganan lanjutan. Puskesmas berusaha menjangkau masyarakat yang tidak memiliki masalah kesehatan dan karena itu tidak datang mencari
pertolongan. Puskesmas mendukung pelayanan yang diberikan oleh kader melalui staf yang ditunjuk ke posyandu. Kader bisa melaksanakan penimbangan tetapi ketika
terjadi masalah yang memerlukan tindak lanjut, kapasitas kader sangat terbatas. Tindak lanjut biasanya diserahkan kepada keluarga agar melakukan kunjungan ke
puskesmas. Puskesmas idealnya membantu seluruh posyandu. Tetapi jika hal itu dilakukan, bisa juga terjadi ketidakadilan.
Posyandu dengan kader desa yang kuat sudah bisa mandiri dan memerlukan bantuan sedikit dari puskesmas. Sebaliknya posyandu dengan kemampuan yang
Universitas Sumatera Utara
lemah justru sangat memerlukan bantuan. Puskesmas dalam hal ini dapat memprioritaskan daerah dengan posyandu yang lemah dibandingkan yang mampu.
Hasil penelitian Ridwan et al 2007 mengungkapkan bahwa revitalisasi posyandu bahwa program imunisasi bayi dan anak balita merupakan salah satu
pendorong ibu yang mempunyai bayi dan anak balita untuk datang ke posyandu. Gerakan serentak penimbangan balita dengan pemberian imunisasi merupakan istilah
yang dibuat oleh kepala puskesmas yang bertujuan untuk mendorong ibu-ibu yang mempunyai balita agar berkunjung ke posyandu menimbang berat badan anaknya.
Gerakan tersebut cukup efektif meningkatkan angka kunjungan ke posyandu. Pengguna posyandu mengharapkan layanan lain yaitu layanan mendapatkan
Pemberian Makanan Tambahan PMT untuk balita. Peran petugas kesehatan dianggap penting oleh kader karena kehadiran petugas sangat memengaruhi tingkat
kunjungan ibu-ibu ke posyandu. Petugas kesehatan di posyandu bertugas sebagai juru imunisasi dan penyuluh kesehatan. Faktor-faktor yang menyebabkan keengganan
kelompok sasaran posyandu untuk berkunjung ke posyandu karena program imunisasi sudah selesai, mereka tidak mempunyai uang untuk membayar PMT di
posyandu dan faktor petugas kesehatan yang tidak datang ke posyandu. Kelompok sasaran balita hanya akan berkunjung ke posyandu sampai usia anak 9 bulan. Hal ini
mengingat paket immunisasi lengkap yang disubsidi pemerintah pada anak balita selesai pada usia 9 bulan. Faktor lain yang menyebabkan masyarakat tidak
berkunjung ke posyandu karena musim panen atau turun sawah bagi petani.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pengelolaan posyandu saat ini dapat dikembangkan dengan mengadopsi teknologi informasi dalam bentuk Sistem Informasi Posyandu SIP, hal
ini sesuai penelitian Khoiri 2008 yang menyimpulkan bahwa hambatan informasi yang dapat ditanggulangi melalui SIP elektronik dalam mendukung surveilans
kesehatan ibu dan anak adalah : arsip manual SIP belum dikelola dengan baik sehingga sulit diakses kembali, masih ada laporan yang tidak terisi secara lengkap,
penulisan data sasaran yang sama dilakukan secara berulang-ulang pada format SIP yang berbeda, belum tersedia isian data tentang tinggi atau panjang badan anak, dan
pembuatan grafik hasil kegiatan posyandu belum dapat memberikan informasi secara jelas.
Posyandu berperan sebagai sarana untuk mendeteksi gangguan kesehatan masyarakat, khususnya gangguan kesehatan yang terkait dengan masalah gizi kurang
dan gizi buruk terkait dengan aspek epidemiologi gizi. Sesuai dengan fungsinya posyandu sangat berperan untuk mengetahui terjadinya gangguan pertumbuhan pada
anak belita berdasarkan hasil penimbangan setiap bulan yang dicatat pada Kartu Menuju Sehat KMS.
Berdasarkan buku panduan penggunaan KMS bagi petugas kesehatan yang di terbitkan oleh Departemen Kesehatan disebutkan bahwa grafik pertumbuhan KMS
dibuat berdasarkan pedoman baku dari WHONCHS yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Kurva garis merah dibentuk dengan menghubungkan angka-
angka 70 median, grafik berwarna kuning di atas merah pada batas 75-80 median, daerah hijau muda adalah 85–90 median daerah hijau tua 95–100
median. Pada saat hasil penimbangan balita di posyandu berada pada garis merah
Universitas Sumatera Utara
maka balita tersebut berisiko mengalami kurang gizi sehingga perlu dilakukan upaya penanganan lebih lanjut di puskesmas.
Epidemiologi gizi berperan dalam menangani kasus gizi kurang atau gizi buruk yang terdeteksi di posyandu dengan melakukan penyelidikan epidemiologi
surveilance epidemiology melalui tahapan: a mengetahui besarnya masalah gizi yang terjadi pada balita dengan menghitung berapa baanyak balita yang mengalami
gizi kurang atau gizi buruk, b mencari penyebab terjadinya masalah gizi dan menjelaskan hubungan kausal sebab akibat dari faktor-faktor yang dideteksi sebagai
penyebab kasus gizi kurang atau gizi buruk, c menyusun rencana intervensi penanggulangan gizi kurang atau gizi buruk dan membuat program pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN