BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Bosar Maligas
Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan ditemukan 46,3 pada kategori sedang, dengan persentase tertinggi yang diketahui responden adalah pengertian
posyandu yaitu sebanyak 60,2 responden. Uji statistik menunjukkan variabel pengetahuan berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai
balita. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang posyandu maka akan meningkat pemanfaatan
posyandu. Persentase ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas yang
mengetahui tentang pengertian posyandu sebesar 60,2, hal ini menunjukkan posyandu sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan balita serta sarana untuk mendeteksi secara dini gangguan kesehatan masyarakat belum diketahui secara menyeluruh oleh masyarakat, khususnya ibu yang
mempunyai balita. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang pengertian posyandu dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan tentang posyandu
serta membuat brosur atau leaflet tentang posyandu. Pengetahuan ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas tentang
manfaat posyandu, sasaran pelayanan posyandu, jenis kegiatan posyandu serta sistem pelayanan 5 meja di posyandu lebih banyak yang tidak mengetahui, dimana
Universitas Sumatera Utara
persentase tertinggi yang tidak diketahui adalah tentang sistem pelayanan 5 meja di posyandu yaitu 88,9, hal ini menunjukkan pemahaman ibu balita tentang
posyandu serta kegiatan yang dilakukan di posyandu masih rendah. Akibat rendahnya pengetahuan tersebut menyebabkan pemanfaatan posyandu juga rendah, yaitu 42,6
yang memanfaatkan dengan frekuensi 8-12 kali setahun. Pengetahuan responden kategori rendah sebesar 45,4, hal ini sesuai dengan
hasil survei pendahuluan bahwa sebagian besar tidak mengetahui pengertian posyandu dan manfaat balita ditimbang ke posyandu. Ibu balita juga menganggap
posyandu hanya sebagai tempat melakukan imunisasi, sehingga pada saat balitanya sudah mendapatkan imunisasi dasar tidak lagi dibawa ke posyandu.
Penyuluhan tentang posyandu dengan materi yang mencakup keseluruhan prosedur dan sistem pelayanan posyandu menjadi sangat penting dilakukan sebagai
upaya meningkatkan pemanfaatan posyandu. Metode penyuluhan yang digunakan juga harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat, sehingga apa yang menjadi
tujuan penyuluhan dapat tercapai, misalnya dengan visualisasi yang menampilkan gambar tentang balita yang mengalami gizi buruk akibat ibu balita tidak pernah
menimbang balita ke posyandu. Pengetahuan tentang posyandu sebagai faktor yang memengaruhi
pemanfaatan posyandu konsisten dengan penelitian Pamungkas 2009 menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu balita
dengan perilaku kunjungan ibu ke posyandu di Kelurahan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Pengetahuan ibu balita tentang posyandu meningkatkan tingkat
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan ibu balita terhadap posyandu sehingga meningkatkan perilaku kunjungan ibu ke posyandu.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifkan antara tingkat pengetahuan ibu tentang posyandu dengan perilaku
berkunjung ibu balita ke posyandu. Perilaku seseorang dilatarbelakangi oleh 3 faktor yang salah satunya adalah faktor predisposing yang memuat tentang pengetahuan.
Pada penelitian ini secara keseluruhan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik rata-rata mempunyai tingkat perilaku berkunjung ke posyandu yang baik, tapi ada
beberapa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tetapi mempunyai tingkat perilaku kunjungan yang kurang. Dari alasan yang dikemukakan
ibu balita kepada penulis diketahui penyebab kurangnya kuantitas kunjungan responden tersebut dikarenakan kesibukan ibu balita yang berlebih, dan setelah dikaji
lebih dalam diketahui bahwa responden mencari alternatif lain untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan balita dengan memeriksakan anak ke institusi kesehatan yang
lain diwaktu-waktu senggang. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Susanti 2006 jumlah
balita yang terdapat di dalam keluarga, memengaruhi kunjungan ibu ke posyandu, dimana keluarga yang memiliki jumlah balita sedikit maka ibu akan lebih sering
datang ke posyandu serta jarak dari rumah ke posyandu sangat memengaruhi kunjungan ibu ke posyandu. Perilaku keluarga yang membawa balitanya setiap bulan
juga berhubungan dengan pengetahuan keluarga, dimana keluarga yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan, tanda, dan gejala sehubungan dengan pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
anggota keluarganya, maka keluarga tersebut akan segera melakukan tindakan untuk meminimalkan dampak yang lebih buruk lagi terhadap kondisi anggota keluarganya.
Hal ini, sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Anggraeni 2006 tentang hubungan pengetahuan ibu dengan keteraturan menimbangkan balitanya ke
posyandu yang menunjukkan hasil signifikan dengan hubungan bersifat positif. Fungsi posyandu juga sebagai sarana melakukan deteksi dini kasus gizi buruk
pada balita melalui gambaran dari Kartu Menuju Sehat KMS yang dimiliki oleh setiap balita. Hal ini sesuai hasil kajian Puslitbang Gizi Bogor 2007 menyebutkan
ada enam tahap dalam konsep yang diujicobakan dalam membuat status gizi balita meningkat melalui sebuah penelitian di Kabupaten Pandeglang, Banten., yaitu
pengorganisasian masyarakat, pelatihan, penimbangan balita, penyuluhan gizi, pemberian makanan tambahan, dan penggalangan dana.
Hasil penelitian Puslitbang Gizi Bogor 2007 disimpulkan bahwa konsep ini bisa meningkatkan status gizi balita dengan tingkat keberhasilan 50 bahkan lebih.
Hal ini terbukti pada awal penelitian terdapat 90.6 anak dengan status gizi kurang dan 9.4 anak dengan status gizi buruk, dan pada akhir penelitian didapatkan hasil
yaitu tidak ada lagi anak balita dengan status gizi buruk, sedangkan balita dengan status gizi kurang turun menjadi 45.3. Penimbangan balita secara rutin dan
diimbangi dengan penyuluhan serta pemberian makanan tambahan pada setiap bulan penimbangan di posyandu dalam kurun waktu 3 bulan dapat menurunkan angka
kasus gizi buruk dan gizi kurang.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa keaktifan posyandu dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi faktor dari
dalam maupun dari luar posyandu. Faktor dari dalam posyandu berupa kader, dana dan sarana prasarana. Faktor dari luar posyandu berupa tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi masyarakat serta jumlah balita. Tingkat perkembangan posyandu sangat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat ibu balita, tokoh masyarakat atau
kepala desa serta aspek manajemen pengelolaan posyandu oleh petugas puskesmas. Keaktifan keluarga sangat berperan dalam memelihara dan mempertahankan
status gizi balita yang optimal. Hal ini sesuai dengan dasar perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamankan, keluarga memberikan
perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional perawatan kesehatan.
5.2 Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja