Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa keaktifan posyandu dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi faktor dari
dalam maupun dari luar posyandu. Faktor dari dalam posyandu berupa kader, dana dan sarana prasarana. Faktor dari luar posyandu berupa tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi masyarakat serta jumlah balita. Tingkat perkembangan posyandu sangat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat ibu balita, tokoh masyarakat atau
kepala desa serta aspek manajemen pengelolaan posyandu oleh petugas puskesmas. Keaktifan keluarga sangat berperan dalam memelihara dan mempertahankan
status gizi balita yang optimal. Hal ini sesuai dengan dasar perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamankan, keluarga memberikan
perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional perawatan kesehatan.
5.2 Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Bosar Maligas
Hasil penelitian tentang variabel sikap ditemukan 45,4 pada kategori rendah, dengan persentase tertinggi tentang sikap ditanggapi baik oleh responden
adalah manfaat posyandu yaitu sebanyak 66,7 responden. Uji statistik menunjukkan variabel sikap berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu oleh ibu yang
mempunyai balita. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik
Universitas Sumatera Utara
tanggapan ibu yang mempunyai balita tentang posyandu maka akan meningkat pemanfaatan posyandu.
Alasan yang disampaikan responden pada saat penelitian didapatkan bahwa penyebab rendahnya tingkat sikap ibu balita terhadap posyandu adalah perbedaan
tingkat pendidikan yang menunjukkan bahwa secara garis besar responden dengan pendidikan tinggi mempunyai tingkat sikap rendah dan cenderung memilih untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan dilakukan di rumah sakit atau dokter praktek untuk imunisasi balita. Hal ini dikarenakan ibu balita mengetahui bahwa tingkat
pendidikan, ilmu dan ketrampilan dari bidan dan kader dari posyandu masih kurang dibandingkan dengan instansi yang lain.
Spesifikasi Sumber Daya Manusia SDM posyandu yang rendah dan kurangnya fasilitas yang berada di posyandu menyebabkan kurangnya kepercayaan
ibu balita, sehingga ibu balita cenderung memilih proses yang cepat dan tepat yang mana proses tersebut terdapat di unit kerja yang lain seperti rumah sakit, balai
pengobatan, atau puskesmas. Pendapat yang lain dari sebagian responden didapatkan informasi tingkat kepercayaan kurang dikarenakan sistem perekrutan kader posyandu
yang kurang tepat sehingga kader yang memiliki tingkat pendidikan kurang, berakibat kurang tepatnya proses penyampaian informasi kesehatan ke masyarakat.
Sikap ibu balita tentang posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas tidak terlepas dari tingkat pengetahuannya tentang posyandu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sikap ibu balita dominan pada kategori rendah yaitu 45,4, hal
Universitas Sumatera Utara
ini terkait dengan pengetahuannya juga pada kategori sedang 46,3 dan kategori rendah 45,5.
Persentase pengetahuan ibu balita tentang posyandu yang telah diuraikan sebelumnya, sikap terhadap posyandu yang paling rendah juga tentang sistem
pelayanan 5 meja pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pelayanan kesehatan di posyandu yaitu 92,6 yang tanggapannya tidak baik. Ibu balita yang
mempunyai tanggapan tidak baik tentang sistem pelayanan 5 meja di posyandu menyebabkan pada saat ibu balita berkunjung ke posyandu tidak memanfaatkan
seluruh pelayanan yang ada di posyandu, seperti pada meja 4 untuk penyuluhan hanya 61,1 yang mengikuti kegiatan penyuluhan serta 39,8 yang mendapatkan
makanan tambahan dan imunisasi. Pemanfaatan pelayanan posyandu pada meja 4 dan meja 5 yang rendah juga
terkait dengan berkembangnya pandangan yang keliru tentang posyandu di tengah masyarakat, bahwa posyandu dianggap sebagai tempat pemberian imunisasi sehingga
pada saat balita sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap cenderung tidak pernah membawa balitanya ke posyandu. Pandangan seperti ini harus diubah karena fungsi
posyandu sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah adalah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan serta menanggulangi dan mendeteksi gangguan kesehatan. Sejalan
dengan fungsi posyandu tersebut maka setiap balita sebaiknya dibawa ke posyandu untuk dilakukan penimbangan berat badan minimal sampai balita berumur 5 tahun.
Pandangan ibu balita tentang posyandu dapat dirubah dengan melibatkan seluruh komponen atau pihak yang terkait dengan program posyandu. Peningkatan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan saja belum tentu dapat merubah sikap atau pandangan ibu balita tentang posyandu, oleh karena itu harus dirumuskan suatu metode pendekatan yang lebih
baik, misalnya dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama maupun tokoh adat untuk mensosialisasikan program posyandu.
Sikap tentang posyandu sebagai faktor yang memengaruhi pemanfaatan posyandu konsisten dengan penelitian Pamungkas 2009 bahwa dari responden yang
mempunyai sikap terhadap posyandu baik memiliki peluang 4,800 kali untuk berkunjung ke posyandu bandingkan dengan responden yang mempunyai tingkat
sikap kurang. Pada hasil hubungan yang telah didapat frekuensi yang paling banyak adalah tingkat sikap responden yang kurang dan kuantitas kunjungan ke posyandu
kurang. Kurangnya sikap dari ibu balita ke posyandu dikarenakan oleh karena kurangnya antusiasme responden mengikuti rangkaian kegiatan posyandu yang secara
klasik dikarenakan tingkat aktivitas yang berlebih.
5.3 Pengaruh Peran Bidan Desa terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah