tahun terjadi penurunan ambang pendengaran 0,5 dBA setiap tahun, 20 dari populasi umum dengan usia 50 - 59 tahun mengalami kehilangan pendengaran tanpa mendapat
pajanan bising indutri.
Karakteristik berdasarkan masa kerja hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada kelompok dengan interval 1 – 10 tahun sebanyak 36,8
berjumlah 42 orang. Sedangkan kelompok responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval 20 – 30 tahun berjumlah 10 orang 8,8 . Hal ini menyatakan bahwa 10
orang dalam rentang waktu yang lama bekerja di kilang padi diatas 20 -30 tahun. Menurut Alberti 2000, pajanan bising 90 dBA dalam 8 jam kerja dan 5 hari minggu, maka 15 dari
populasi terpajan beresiko menderita ketulian secara bermakna setelah terpajan selama 10 tahun. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa karyawan kilang padi di Desa Sidoarjo II
Ramunia bekerja dengan 8 jam dalam sehari. NIOSH dan Departemen Tenaga Kerja RI 1998, menetapkan 85 dBA sebagai nilai batas ambang. Menurut NIOSH, untuk 85 dBA
waktu yang diperkenankan untuk bekerja sebesar 8 jam, untuk 95 dBA hanya 47 menit, 100 dBA hanya 15 menit, 105 hanya 4 menit, 110 dBA hanya 1 menit. Sedangkan Depkes RI
1999, intensitas dan waktu paparan bising yang diperkenankan untuk 85 dBA bekerja selama 8 jam, 90 dBA selama 4 jam, 95 dBA selama 2 jam dan untuk 100 dBA hanya 1 jam.
Tingkat pendidikan berdasarkan hasil penelitian maka paling banyak karyawan bekerja setelah selesai dari SMASMK dengan proporsi 30 42,3, dan yang dengan proporsi sedikit
tingkat pendidikan sekolah dasar 15 21,1 . Hal ini untuk menentukan tingkat pengetahuan karyawan tentang gunanya pencegahan pada paparan bising oleh telinga yang disebut Alat
Pelindung Telinga APT. Alat pelindung telinga, sebagian kilang padi menyediakan tetapi 81,1 tenaga kerja tidak memakai. Tampaknya APT tidak diberikan kepada semua tenaga
kerja yang bekerja di tempat bising. Dan sebagian besar tenaga kerja kurang memperdulikan kesehatan pendengaran.
Tempat kerja, menurut Tana Lusianawaty 2002, lingkungan kerja dengan intensitas bising 85 dBA dapat menimbulkan gangguan pendengaran akibat bising. Faktor-faktor lain
yang dapat menambah pajanan bising telah disingkirkan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut maka gangguan pendengaran akibat bising terjadi
kemungkinan berhubungan dengan pekerjaan. Tetapi dari riwayat pekerjaan diperoleh keterangan 95 tenaga kerja tidak pernah bekerja diperusahaan lain. Walaupun rata-rata
umur responden relatif muda diatas 20 sudah mulai bekerja mencari nafkah sebagai karyawan kilang padi dengan mean dari hasil penelitian 2,11. Jadi usia responden pada saat pada saat
mulai bekerja antara 20-25 tahun yaitu setelah selesai sekolah, sehingga kemungkinan ambang pendengaran baik.
5.2.2. Pengaruh Bising dengan Gangguan Pendengaran
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian analitik yang bertujuan untuk mencari tahu adakah pengaruh bising dengan gangguan pendengaran pada karyawan kilang padi , yang
Universitas Sumatera Utara
merupakan populasi target generalisasi dari data sampel penelitian ini, yaitu karyawan kilang padi yang terpapar bising di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kota Lubuk Pakam. Penelitian ini
dilakukan karena sampai saat ini, belum ada data penelitian sejenis yang dilaksanakan pada kilang padi di Indonesia. Data penelitian yang ada saat ini kebanyakan hanya
menggambarkan pola hubungan gangguan pendengaran akibat bising pada pabrik, padahal kilang padi juga mempunyai potensi dengan intensitas bising dari hasil sound level meter
didapati 88 – 100 dBA. Dengan sifat bising yang terus yang terus menerus impulsif maka intensitas bising rata-rata antara 90 – 95 dBA bising tinggi di kilang padi A dan B
sedangkan rata-rata 95 -100 dBA bising sangat tinggi di kilang C. Dari hasil pemeriksaan dengan tes berbisik maka proporsi terbanyak berada pada
jarak ≤ 6 meter baru bisa mendengar berjumlah 40 orang 56,3 , sedangkan proporsi yang
paling sedikit 31 43,7 yang normal mendengar dengan jarak 6 meter. Dengan hasil uji statistic dari chi square diperoleh p = 0,332. Hal ini berarti dengan tingkat kemaknaan 95
dan nilai pearson chi square p 0,05. Dari tes ini dapat diketahui Ho diterima, tidak ada perbedaan pengaruh bising dengan gangguan pendengaran pada karyawan kilang padi. Hasil
tes pendengaran dapat dinilai secara kuantitatif tajam pendengaran.
Tabel 5.15. Hasil Tes Kuantitatif
Fungsi Pendengaran Suara Bisik
Normal 6 m
Tuli Ringan 4m - 6 m
Tuli Sedang 1 m - 4 m
Tuli Berat 1 m
Tuli Total Bila berteriak didepan telinga, penderita
tetap tidak mendengar Sumber : Sri Rukmini,2000
Frekuensi garpu tala :
16….32….64….128….256……..512….1024….….2048…….4096….8192 bas huruf lunak
discant huruf desis mutlak untuk
percakapan sehari-hari
Universitas Sumatera Utara
Pada hasil pemeriksaan dengan Garpu Tala 512 Hz didapati hasil tes rinne positif 65 orang 91,5 dan negative 6 orang 8,5. Pada tes Schwabach dengan garpu tala 512 Hz
didapati hasil dalam pemeriksaan yaitu, dengan hasil yang memendek 45 orang 63,4 ,memanjang 6 orang 8,5 dan yang sama dengan pemeriksa 20 orang28,2 . Pada tes
weber dengan ukuran garpu tala yang berbeda memiliki hasil yang yang sama 512 Hz yang mendapati lateralisasi telinga sehat 38 orang 53,5 dan lateralisasi telinga sakit 6 orang
8,5 juga yang mengalami negatif lateralisasi 27 orang 38 . Dan dengan hail uji analisis chi square diketahui p = 0,252 berarti p 0,05 Ho
diterima pada tes rinne.Hal ini disebabkan terkadang terjadi false rinne pseudo positif atau pseudo negatif terjadi bila stimulus bunyi ditangkap oleh telinga yang tidak dites, hal ini
dapat terjadi bila telinga yang tidak dites pendengarannya jauh lebih baik dari pada yang dites. Adapun kesalahan lain, garpu tala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid atau
miring, terkena rambut, jaringan lemak tebal sehingga penderita tidak mendengar atau getaran terhenti karena kaki garpu tala tersentuh aurikulum. Dan juga bisa disebabkan
penderita terlambat member isyarat waktu garpu tala sudah tidak terdengar lagi, sehingga waktu dipindahkan di depan MAE Meatus Akustikus Eksternus getaran garpu tala sudah
berhenti. Pada tes weber juga diketahui hasil p = 0,047 ini berarti p 0,05 Ho ditolak. Hal ini
menyatakan ada perbedaan pengaruh bising terhadap gangguan pendengaran. Beberapa hal bisa dikarenakan oleh adanya ketulian sehingga penderita tidak mendengar telinga mana yang
mengalami bunyi garpu tala lebih keras. Tes schwabach dengan bising pada hasil uji analisis dihasilkan p = 0.444 ini berarti p
0,05 menyatakan Ho diterima. Hal ini bisa disebabkan oleh kesalahan garpu tala yang tidak diletakkan dengan benar, kakinya tersentuh hingga bunyi menghilang.
Universitas Sumatera Utara
Hasil perhitungan tingkat kebisingan
Gambar 5.1 Tingkat Bising Kilang Padi
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh bising dengan gangguan pendengaran pada tes weber, sedangkan pada tes rinne, schwabach dan bisik tidak ada
perbedaan antara pengaruh bising terhadap gangguan pendengaran pada karyawan kilang padi.
2. Rata-rata pengaruh bising dalam penelitian ini adalah 90-95dBA dikategorikan bising tinggi dan 95-100 dBA dikategorikan bising sangat tinggi. Intensitas bising yang
dihasilkan 90-100 dBA dengan lama kerja 8 jam per hai. 3. Rata-rata gangguan pendengaran dalam penelitian ini adalah 40 56,3.
6.2. Saran
Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Melihat tingginya angka kejadian gangguan pendengaran pada karyawan kilang padi
dengan intensitas bising yang tinggi perlu dipertimbangkan penangan yang bersifat menyeluruh seperti penggunaan Alat Pelindung Telinga APT.
2. Perlu dilakukan prevensi gangguan pendengaran pada karyawan kilang padi seperti, penyuluhan secara teratur mengenai bising dan pencegahannya serta kegunaan APT.
3. Pemeriksaan Audiometri secara rutin setiap tahun dilakukan terhadap tenaga kerja yang bekerja ditempat bising dan memberitahukan hasilnya, agar tenaga kerja dapat
mengetahui keadaan pendengarannya. 4. Penelitian yang melibatkan gangguan pendengaran sebagai salah satu variabelnya
hendaknya dilaksanakan perbandingan pemeriksaan antara garpu tala dengan audiometri agar diperoleh data yang lebih akurat, sehingga dapat meningkatkan
akurasi hasil penelitian. 5. Perlu dilaksanakan lebih banyak penelitian yang memperdalam lebih jauh topik-topik
tentang gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan kilang padi dengan cakupan jumlah responden dan lokasi penelitian yang lebih besar lagi.
Universitas Sumatera Utara