e. Sarang Kelas Lima biasanya sudah tinggal kerangka, namun masih kelihatan
bentuk sarangnya. Pohon yang ditemukan sarang orangutan, dicatat jenisnya jika
memungkinkan. Pohon yang tidak dapat diidentifikasi langsung, diambil bagian daun serta alat generatifnya seperti bunga dan buah untuk diidentifikasi di laboratorium.
3.6 Analisis Data
Untuk menghitung kepadatan orangutan di Kawasan Marike dan Sikundur Kecil, digunakan rumus yang diberikan oleh Van Schaik et al., 1994, yang khusus
dimodifikasi untuk menghitung kepadatan orangutan dalam suatu areal berdasarkan perhitungan sarang. Rumus tersebut adalah :
D = N 2µLp x r x t
keterangan: D = kepadatan populasi orang utan individukm²
L = panjang jalurtransect km µ = rata-rata jarak antara sarang dengan transect m
P = proporsi jumlah sarang yang dibangun dalam populasi r = tingkat produksi sarang
t = ketahanan sarang N = jumlah sarang yang tercatat ditemukan di sepanjang jalur transect
Nilai yang digunakan pada penelitian ini, bagi semua perhitungan dengan menggunakan rumus diatas adalah :
- panjang transek L = 4 km - proporsi jumlah sarang yang dibangun dalam populasi p = 0,9
- tingkat produksi sarang r = 1,7 - nilai ketahanan sarang t = 180 hari
- rata-rata jarak antara sarang dengan transek µ = 0.1576 Stephanie et al., 2010
.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perkiraan Kepadatan Populasi Orangutan Berdasarkan Jumlah Sarang
Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh perkiraan kepadatan populasi orangutan berdasarkan jumlah sarang orangutan yang ditemukan di Kawasan Marike
dan Sikundur Kecil, seperti terlihat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Estimasi Kepadatan Populasi Orangutan Berdasarkan Jumlah Sarang
orangutan di Marike dan Sikundur Kecil Taman Nasional Gunung Leuser.
Monitoring Jumlah
Sarang Marike
Kepadatan Orangutan
Marike km² Jumlah Sarang
Sikundur Kecil
Kepadatan Orangutan
Sikundur Kecil km²
1 100
2,30 22
0,50 2
118 2,71
25 0,57
3 103
2,37 26
0,59 4
87 2
24 0,55
5 99
2,28 23
0,52 6
98 2,25
26 0,59
Rata-rata 100,83
2,32 24,33
0,56 Berdasarkan dari Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa jumlah sarang dan nilai kepadatan
Orangutan di Marike jauh lebih banyak dibandingkan dengan lokasi di Sikundur Kecil, baik dilihat dari jumlah sarang maupun jumlah estimasi kepadatan populasinya.
Dimana jumlah sarang di Marike sebanyak 100,83 sarang, dengan estimasi kepadatan orangutan sebanyak 2,32 individukm
2
, sedangkan jumlah sarang di Sikundur Kecil sebanyak 24,33 sarang, dengan estimasi kepadatan orangutan sebanyak 0,56
individukm
2
. Berdasarkan dari jumlah sarang di Marike dan Sikundur Kecil yang terdapat di
Tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah sarang dan kepadatan Orangutan jauh berbeda, ini di
sebabkan adanya perbedaan antara lokasi Hutan Marike dan Hutan Sikundur Kecil.
Universitas Sumatera Utara
Hutan Marike masih tergolong hutan primer, sedangkan Hutan Sikundur Kecil tergolong hutan sekunder dikarenakan hutan ini merupakan bekas area Hak Pemilikan
Hutan PT. Raja Garuda Mas HPH PT. RGM yang sudah lama di tinggalkan. Sehingga jumlah populasi orangutan liar pada masing-masing lokasi berbeda.
Rendahnya jumlah kepadatan orangutan yang didapatkan di Sikundur Kecil di sebabkan oleh berbagai faktor pendukung bagi kelangsungan hidup orangutan maupun
kehadiran orangutan, seperti sumber pakan, kondisi lingkungan hingga kenyamanan dari ancaman. Keadaan ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Asfi Z pada tahun 2000, di Agusan yang hanya mendapatkan 0,0086 individu km
2
, populasi orangutan di Sikundur Kecil ini masih tergolong cukup banyak 0,56 individukm
2
. Departemen Kehutanan, 2007 menyatakan bahwa jumlah populasi
orangutan liar telah menurun secara terus menerus dalam beberapa dekade terakhir akibat hilangnya hutan dataran rendah, namun beberapa tahun terakhir kecepatan
penurunan populasi orangutan terus meningkat. Hasil lokakarya Pengkajian Status Populasi dan Habitat Population and Habitat Viability AnalysisPHVA yang
dilaksanakan pada Januari 2004 memberikan gambaran terkini tentang sebaran dan status populasi orangutan di Sumatera dan Kalimantan. Perkiraan populasi orangutan
di Sumatera saat ini berkisar 6,667 individu. Menurut Faust et al.1994 disitasi oleh Syukur 2000 bahwa kepadatan
orangutan dipengaruhi oleh faktor kebutuhan dasar yaitu air, tempat beristirahat, pakan cukup tersedia, maka daya dukung ditentukan oleh ketersediaan dan juga
dipengaruhi oleh faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut dpl, tipe hutan yang disukai orangutan merupakan tipe hutan dataran rendah 0-1000m dpl
berdasarkan ketinggian tempatnya serta hutan rawa gambut berdasarkan keadaan tanahnya. Dimana ketinggian di daerah Bukit Lawang adalah 100-350 m dpl.
Menurut Rijksen 1978, jumlahbanyaknya dan distribusi populasi orangutan normalnyabiasanya diukur secara sistematik melalui sensus sarang. Melaksanakan
sensus sarang secara tepat adalah hal yang kompleks karena sebaran orangutan tidak sama di setiap hutan. Mereka lebih memilih tinggal di habitat tertentu, terutama di
dataran rendah 500 mdpl disepanjang sungai dan rawa. Mereka juga menjelajah
Universitas Sumatera Utara
hingga ke area yang lebih tinggi 700- 1300 mdpl yang terdiri dari beberapa tipe hutan berdasarkan jenis pohon yang dominan hutan dipterokarpa, hutan ekaliptus, dll
dan dapat juga disatu hutan dengan tipe habitat yang berbeda. Setiap tipe habitat memiliki perbedaan produktivitas pakan orangutan, artinya, kepadatan orangutan
berbeda disetiap tipe habitat. Kepadatan populasi orangutan bervariasi di setiap lokasi dan ini berhubungan
dengan tersedianya buah lunak berdaging dan kepadatan pohon rambung Djojosudharmo Schaik, 1992; Schaik et al., 1995; Buij et al., 2002; Wich et al.,
2004. Terdapat sekitar 60 buah yang dimakan oleh orangutan di Sumatra dan Borneo Galdikas, 1978; Wich et al., 2006. Pohon buah juga mempunyai peran yang
penting untuk bersosialisasi. Meskipun orangutan termasuk jenis yang semi-soliter Galdikas, 1978; Rijksen, 1978; Schaik, 1999, orangutan kadang kala berkumpul dan
makan bersama di pohon buah yang besar, seperti pohon rambung yang besar Ficus spp, bergerak bersama, kadang sampai beberapa hari, terutama ketika buah melimpah
Rijksen, 1978; Sugardjito et al., 1987; Utami et al., 1997.
4.2 Jumlah Sarang Orangutan