BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orangutan merupakan salah satu satwa liar yang paling dikenal dan membuat kagum hampir semua orang di dunia, termasuk di Indonesia. Morfologi dan perilaku yang
mirip dengan manusia merupakan daya tarik pemerhati primata maupun turis lokal dan internasional
Satwa liar merupakan salah satu komponen lingkungan yang ikut menjaga keseimbangan hutan, terutama ekosistem hutan tropika. Hutan sebagai habitat satwa
menyediakan makanan, tempat berlindung, tempat beristirahat dan bermain serta tempat melakukan aktivitas perkembangbiakan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup generasinya. Perubahan komponen lingkungan dalam habitat akan menimbulkan efek terhadap proses kehidupannya Everett,1979 dalam Bismark,
1984.
Sejak tahun 1980-an, fragmentasi habitat, perburuan dan pembantaian satwa liar, serta penyebaran penyakit telah menimbulkan penurunan drastis dalam populasi
kera-kera besar di seluruh Afrika. Oleh sebab itu, para ilmuwan yang khawatir mencoba untuk memperkirakan ukuran berbagai populasi serta memantau perubahan-
perubahan dalam jumlah dan persebarannya Kuhl et.al, 2009.
Menurut International Union Concervation of Nature IUCN 2007 sekitar 80 habitat orangutan telah hilang atau musnah, yang disebabkan karena terganggu,
rusak dan berkurangnya kawasan hutan sebagai habitatnya. Bila keadaan ini dibiarkan, maka dalam 10–20 tahun ke depan orangután akan punah. Sehingga IUCN
Universitas Sumatera Utara
mengkategorikan orangután sebagai critically endangered species atau sebagai satwa yang terancam punah.
Untuk menghitung kepadatan populasi, banyak peneliti yang telah mencoba mengestimasikan kepadatan orangutan melalui perhitungan sarang sepanjang transek
tertentu, karena semua kera besar membuat sarang, salah satu fungsi sarang adalah sebagai tempat beristirahat setelah seharian melakukan aktivitas hariannya Rijksen,
1978. Selain itu sarang juga berfungsi sebagai tempat berlindung dari cuaca yang ekstrim. Perilaku sarang ini ditemukan pada kera besar karena kera besar memiliki
perkembangan otak yang lebih baik. Sehingga kera besar dapat berfikir bahwa ada cara yang paling nyaman untuk beristirahat. Untuk Orangutan sendiri, sarang adalah
sangat mutlak yang dilakukan setiap harinya di akhir aktivitas jelajahnya Meijaard et al, 2001.
Hal ini dimungkinkan karena semua jenis kera besar termasuk orangutan, umumnya membangun sarang ketika akan beristirahat pada siang dan terutama malam
hari. Sarang lebih mudah dihitung dibanding hewannya sendiri dan dapat terlihat dalam jangka waktu yang cukup lama, serta kurang berfluktuasi pada suatu lokasi
tertentu. Setelah melalui proses yang cukup panjang, metode ini semakin memungkinkan untuk diterapkan dengan hasil yang cukup akurat Van Schaik et
al.,1994. Berkaitan dengan uraian di atas maka dilakukanlah penelitian dengan judul ”Estimasi Kepadatan Populasi Orangutan Sumatera Pongo Abelii Berdasarkan
Jumlah Sarang Di Marike Dan Sikundur Kecil Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara”
1.2 Permasalahan