Jumlah Sarang Orangutan Kesimpulan

hingga ke area yang lebih tinggi 700- 1300 mdpl yang terdiri dari beberapa tipe hutan berdasarkan jenis pohon yang dominan hutan dipterokarpa, hutan ekaliptus, dll dan dapat juga disatu hutan dengan tipe habitat yang berbeda. Setiap tipe habitat memiliki perbedaan produktivitas pakan orangutan, artinya, kepadatan orangutan berbeda disetiap tipe habitat. Kepadatan populasi orangutan bervariasi di setiap lokasi dan ini berhubungan dengan tersedianya buah lunak berdaging dan kepadatan pohon rambung Djojosudharmo Schaik, 1992; Schaik et al., 1995; Buij et al., 2002; Wich et al., 2004. Terdapat sekitar 60 buah yang dimakan oleh orangutan di Sumatra dan Borneo Galdikas, 1978; Wich et al., 2006. Pohon buah juga mempunyai peran yang penting untuk bersosialisasi. Meskipun orangutan termasuk jenis yang semi-soliter Galdikas, 1978; Rijksen, 1978; Schaik, 1999, orangutan kadang kala berkumpul dan makan bersama di pohon buah yang besar, seperti pohon rambung yang besar Ficus spp, bergerak bersama, kadang sampai beberapa hari, terutama ketika buah melimpah Rijksen, 1978; Sugardjito et al., 1987; Utami et al., 1997.

4.2 Jumlah Sarang Orangutan

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing jarak sarang dari transek dalam masing-masing lokasi penelitian diperoleh jumlah sarang orangutan di Kawasan Marike dan Sikundur Kecil yang cukup bervariasi, seperti terlihat pada berikut: Tabel 4.2 Proporsi Jarak Sarang Orangutan Sumatera Pongo abelii dari Transek di Marike dan Sikundur Kecil Taman Nasional Gunung Leuser. No. Jarak Sarang dari Transek m Marike Sikundur Kecil 1 0-5 40 12 2 5-10 42 4 3 10-15 34 3 4 15-20 24 5 20-25 23 5 6 25-30 12 4 7 30-35 4 1 8 35-40 4 1 9 40-45 1 10 45-50 1 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan dari Tabel 4.2 dapat dilihat hasil yang lebih besar pada proporsi jarak sarang dari transek, yakni pada jarak 5-10 m, dimana di lokasi Marike di hasilkan sebanyak 42 sarang dan di Sikundur Kecil di hasilkan sebanyak 12 sarang pada jarak 0-5 m dari jalur transek. Sedangkan yang paling sedikit di hasilkan yakni pada jarak 40-45 m dan pada jarak 45-50 m, dimana di lokasi Marike di hasilkan sebanyak 1 sarang pada masing-masing jarak sarang dari transek dan di lokasi Sikundur Kecil tidak ada di hasilkan sarang Orangutan pada masing-masing jarak sarang dari transek. Lebar trail diterapkan atas dasar keyakinan bahwa jarak pandang mata masih dapat menjangkau sasaran target dengan baik untuk mendeteksi keberadaan sebuah sarang orangutan. Pengukuran terhadap lebar jalur jarak sarang dari trail tidak diperlukan apabila sarang diyakini masih kelihatan dari jalur transek dan dapat di ukur. Pada penelitian yang dilakukan pada masing-masing lokasi dihasilkan bahwa jarak antara jalur ke sarang orangutan lebih besar pada jarak 5-10 m di Marike, sedangkan di Sikundur Kecil jarak antara jalur ke sarang orangutan lebih besar pada jarak 0-5 m, seperti terlihat pada Tabel 4.2.

4.3 Aktivitas Bersarang Orangutan

Parameter yang diamati untuk aktivitas bersarang orangutan meliputi ketinggian sarang, posisi sarang, serta kelas sarang,. Aktivitas bersarang merupakan aktivitas yang jarang dilakukan oleh jenis primata lain, kecuali Gorilla dan Simpanse yang juga melakukan aktivitas bersarang secara regular Egenter, 1990.

4.3.1 Tinggi Sarang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan jumlah sarang berdasarkan ketinggian sarang orangutan pada setiap tingkat ketinggian cukup bervariasi, seperti terlihat pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Proporsi Tinggi Sarang Orangutan Sumatera Pongo abelii dari Tanah di Marike dan Sikundur Kecil Taman Nasional Gunung Leuser. No. Ketinggian m Marike Sikundur Kecil 1 0-5 2 5-10 11 3 10-15 58 6 4 15-20 55 10 5 20-25 29 10 6 25-30 19 4 7 30-35 13 Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, terlihat bahwa pemilihan sarang berdasarkan ketinggian yang paling banyak ditemukan adalah sarang pada ketinggian 10-15 m yakni 58 sarang di ikuti pada ketinggian 15-20 m yakni 55 sarang di lokasi Marike dan sarang pada ketinggian 15-20 m dan 20-25 m yakni 10 sarang di ikuti pada ketinggian 10-15 m yakni 6 sarang di lokasi Sikundur Kecil. Ketinggian 10 sampai k`urang dari 25 meter dari permukaan tanah, sangat ideal bagi Orangutan dalam menghadapi kemungkinan buruk. Posisi ini lebih disukai letaknya dan sering berada di dalam rimbunan daun pohon tempat Orangutan bersarang yang dapat melindunginya dari predator dan cuaca buruk Rijksen, 1978. Predator Orangutan terdidri dari Harimau dan Macan Dahan yang dapat memanjat pohon dan memangsa Orangutan. Sarang-sarang yang dibuat pada ketinggian yang rendah menyebabkan predator dengan mudah menangkap Orangutan Mac Kinnon, 1974. Selanjutnya menurut Rijksen 1978, orangutan dalam membangun sarang, posisi dan lokasi sarang sangat menentukan. Banyak sarang dibangun di posisi dan lokasi yang menguntungkan baik dari segi keamanan maupun kenyamanan. Ketinggian juga memiliki jangkauan pandangan yang luas serta tidak terhalang untuk menjangkau sebagian besar penjuru hutan. Universitas Sumatera Utara

4.3.2 Posisi Sarang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jumlah dari sarang orangutan berdasarkan posisi sarang dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut Tabel 4.4 Proporsi Posisi Sarang Orangutan Sumatera Pongo abelii di Marike dan Sikundur Kecil Taman Nasional Gunung Leuser. No. Posisi Sarang Marike Sikundur Kecil 1 I 44 6 2 II 81 16 3 III 44 5 4 IV 16 3 Keterangan : Posisi I : posisi sarang yang terletak dekat batang utama Posisi II : sarang berada di pertengahan atau di pinggir percabangan tanpa menggunakan pohon atau percabangan dari pohon lainnya. Posisi III : posisi sarang terdapat di puncak pohon Posisi IV : posisi sarang yang terletak diantara dua pohon yang berbeda Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, posisi II banyak ditemukan pada lokasi Marike 81 sarang dan Sikundur Kecil 16 sarang, di ikuti pada posisi I dan III yang ditemukan di lokasi Marike 44 sarang dan Sikundur Kecil di ikuti pada posisi I yang di temukan sebanyak 6 sarang Gambar 4.3. Hal ini disebabkan oleh kerapatan vegetasi hutan pada tiap lokasi yang berbeda dan berdasarkan kenyamanan bagi tiap orangutan yang membuat sarangnya. Pada saat membuat sarang orangutan memilih pohon yang sesuai dengan seleranya, umumnya pada pohon yang rimbun daunnya. Namun demikian kebanyakan disesuaikan dengan strategi dan pohon pakan terakhir yang dikunjunginya. Sarang dibuat dari ranting yang daunnya masih segar, dengan ketinggian 5 sampai lebih 35 meter dari permukaan tanah. Strategi membuat sarang pada orangutan di stasiun penelitian Ketambe memiliki perbedaan antara orangutan jantan dewasa dan betina dewasa tanpa anak dengan orangutan remaja adolescent dan betina dewasa dengan anak kecil dalam hal pemilihan tempat bersarang. Universitas Sumatera Utara Orangutan jantan dewasa kadang memilih membuat sarang dekat dengan pohon pakan atau bahkan dipohon pakan yang terakhir dikunjunginya dan sarang biasanya agak rendah bisa mencapai 5 meter di atas permukaan tanah, sedangkan orangutan remaja dan betina dengan anak kecil lebih banyak membuat sarang pada pohon lain dan agak jauh dari pohon pakan terakhir. Hal ini merupakan strategi orangutan untuk menghindari dari predator atau hewan-hewan lain yang memakan buah yang sama pada malam hari yang dapat mengganggu tidur orangutan, serta tingginnya bisa mencapai lebih dari 35 meter di atas permukaan tanah Nuzuar., 2004. Menurut Schaik Idrusman 1996, dalam suatu pohon ada beberapa posisi sarang yang biasa digunakan oleh orangutan, yaitu posisi sarang yang terletak di dekat batang utama, posisi sarang yang terletak di tengah atau pinggir cabang utama, dan posisi sarang yang terletak di puncak pohon atau di antara dua tepi pohon atau lebih yang saling bersinggungan yang dijalin menjadi satu. Menurut Mac Kinnon 1974, orangutan lebih sering membangun sarangnya di dekat batang utama dari pada di posisi lain. Namun, pemilihan posisi sarang ini sepertinya juga ditentukan oleh banyak faktor, seperti keuntungan dari tidak terhalangnya pandangan mata yang dapat menjangkau sebagian besar dari penjuru hutan. Posisi sarang yang biasanya digunakan Orangutan pada suatu pohon antara lain : posisi sarang yang terletak di dekat batang utama, posisi sarang yang terletak di tengah atau dipinggir cabang utama dan posisi sarang yang terletak di puncak pohon atau diantara dua tepi pohon atau lebih yang saling bersinggungan yang dijalin menjadi satu. Kadang-kadang orangutan lebih sering membangun sarangnya didekat batang utama dari pada posisi lain. Namun pemilihan posisi sarang ini sepertinya juga ditentukan oleh banyak faktor, seperti keuntungan dari tidak terhalangnya pandangan mata yang dapat menjangkau sebagian besar dari penjuru hutan. Sarang orangutan sifatnya tidak permanen , orangutan seringkali membuat sarang baru di lokasi yang berbeda atau dengan memperbaiki sebuah sarang lama serta dipakai untuk dua malam. Sedangkan ketahanan sarang orangutan dapat bervariasi dari dua minggu sampai lebih dari tiga bulan Nuzuar, 2004. Universitas Sumatera Utara 4.3.3 Kelas Sarang Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, jumlah dari sarang orangutan berdasarkan kelas sarang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Proporsi Kelas Sarang Orangutan Sumatera Pongo abelii dari Transek di Marike dan Sikundur Kecil Taman Nasional Gunung Leuser. No. Kelas Marike Sikundur Kecil 1 A 53 3 2 B 30 2 3 C 32 11 4 D 70 14 Keterangan : Kelas A : Sarang baru dan masih hijau Kelas B : Sarang masih utuh, tapi warna berubah coklat Kelas C : Sarang berwarna coklat dan sudah terdapat lubang Kelas D : Sarang sudah tinggal kerangka Berdasarkan dari data pada Tabel 4.5 di atas, Kelas D lebih banyak ditemukan pada masing-masing lokasi, yakni 70 sarang di lokasi Marike dan 14 sarang di lokasi Sikundur Kecil, kemudian di ikuti dengan Kelas A di lokasi Marike, yakni 53 sarang, sedangkan di lokasi Sikundur Kecil di ikuti dengan Kelas C yakni 11 sarang. Pada masing-masing lokasi yang paling sedikit di temukan pada Kelas B, yakni 30 sarang di lokasi Marike dan 2 sarang di lokasi Sikundur Kecil. Hancur dan hilangnya sarang orangutan ditentukan oleh faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut dpl, tipe hutanhabitat, begitu juga faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya seperti temperatur. Selama penelitian ada beberapa sarang teramati yang bertahan lama pada kelas 3 dan kelas 4 selama 3 bulan, dimana posisi letak sarang tersebut terlindung dengan dedaunan dari tetesan air hujan serta terhindar dari gangguan orangutan lainnya Schaik et al., 1994. Menurut Nuzuar 2008, lamanya ketahanan sarang setiap kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : a. Pengaruh dari alam seperti angin, hujan dan kelembaban Universitas Sumatera Utara b. Kerusakan yang ditimbulkan oleh Orangutan seperti mencari serangga dan lainnya, sehingga menyebabkan sarang menjadi rusak c. Kualitas pohon sarang, karena ada pohon yang mempunyai tipe pohon keras dan tipe pohon mudah lapuk. Salah satu komponen penting dalam memperkirakan populasi orangutan dengan metode penghitungan sarang orangutan dalam transek adalah diketahuinya berapa lama sebuah sarang orangutan hancur dengan pengikuti penurunan kelas sarang. Marshall, 2002 menyatakan lamanya sebuah sarang hancur ditentukan oleh beberapa faktor antara lain; jenis pohon sarang, temperatur, kelembaban, keasaman pH tanah, ketinggian dari permukaan laut dll. Menurut Schaik et al., 1994, hancur dan hilangnya sarang Orangutan ditentukan oleh faktor ketinggian tempat diatas permukaan laut dpl, tipe hutanhabitat, begitu juga faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya seperti temperatur. Selama penelitian ada beberapa sarang teramati yang bertahan lama pada kelas 3 dan kelas 4 selama 3 bulan, dimana posisi letak sarang tersebut terlindung dengan dedaunan dari tetesan air hujan serta terhindar dari gangguan Orangutan lainnya. 4.4 Pemilihan Pohon Sarang 4.4.1 Pemilihan Pohon Sarang Orangutan di Lokasi Marike Hasil penelitian ini diketahui bahwa orangutan umumnya memilih jenis pohon sebagai tempat bersarang pada 18 famili yang berbeda yaitu Anacardiaceae, Annonaceae, Araliaceae, Bombacaceae, Burceraceae, Dipterocarpaceae, Ebenaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae, Gnetaceae, Lauraceae, Leguminosae, Meliaceae, Moraceae, Myristiceae, Myrsinaceae, Myrtaceae, Sterculiaceae. Dari keseluruhan famili juga dapat dilihat bahwa famili Lauraceae 17 diikuti dengan famili Dipterocarpaceae 14 dan Fagaceae 14 merupakan pohon yang persentasenya tertinggi yang dipilih orangutan untuk bersarang, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5. Universitas Sumatera Utara Jumlah sarang orangutan pada beberapa jenis tumbuhan memiliki beberapa perbedaan proporsi disetiap tipe habitatnya;dimana jenis tumbuhan yang mendominasi jumlah sarang di hutan dataran rendah ialah: Dipterocarpus confertus dan Eusideroxylon zwageri, di hutan rawa didominasi oleh jenis Dipterocarpus confertus , Eusideroxylon zwageri dan Bouea oppositifolia, sedangkan Dipterocarpus confertus mendominasi jenis pohon sarang di hutan dataran tinggi. Secara keseluruhan pohon- pohon yang menjadi tempat membuat sarang di hutan dataran rendah,hutan rawa, dan di hutan dataran tinggi memiliki tinggi rata-rata 11-40 meter Ela et al., 2001. 4 7 5 1 4 14 1 8 1 17 1 6 3 8 1 6 14 1 A nac ardiac eae A nnonac eae A raliac eae B ombac ac eae B urs erac eae Dipteroc arpac eae E benac eae E uphorbiac eae F agac eae G netac eae L aurac eae L eguminos ae Meliac eae Morac eae Myris tic ac eae Myrs inac eae Myrtac eae S terc uliac eae Gambar 4.5 Diagram Perbandingan Persentase Pemilihan Pohon Sarang di Lokasi Marike Aktivitas harian yang dilakukan orangutan dimulai dari meninggalkan sarang tidur pada pagi hari dan diakhiri dengan membuat sarang kembali dan tidur pada sore hari Galdikas, 1986. Keberadaan pohon sarang juga menjadi kebutuhan yang penting bagi orangutan, di beberapa tempat penelitian diketahui terdapat preferensi pohon sarang pada orangutan Widjaja et. al, 2007. Tumbuhan yang ada di Taman Nasional Sebangau tercatat sekitar 10 taksa yang dimanfaatkan orangutan untuk bersarang. Taksa tersebut diantaranya seperti Camnosperma, Shorea, Lithocarpus, Eugenia, Palaquium, Elaeocarpus, Chrysobalanaceae, Nephelium, Diospyros dan Garcinia Ancrenaz, 2007. Universitas Sumatera Utara

4.4.2 Pemilihan Pohon Sarang Orangutan di Lokasi Sikundur Kecil

Hasil penelitian ini diketahui bahwa orangutan umumnya memilih jenis pohon sebagai tempat bersarang pada 13 famili yang berbeda yaitu Anacardiaceae, Annonaceae, Apocynaceae, Clusiaceae, Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae, Meliaceae, Moraceae, Myristicaceae, Myrtaceae, Sapindaceae, dan Sapotaceae. Dari keseluruhan famili juga dapat dilihat bahwa famili Dipterocarpaceae, Fagaceae dan Meliaceae merupakan pohon yang persentasenya tertinggi yang dipilih orangutan untuk bersarang yakni 16.67, seperti terlihat pada Gambar 4.6. 3 7 3 17 17 13 18 3 3 7 3 3 3 A nac ardiac eae A nnonac eae A poc ynac eae C lus iac eae Dipteroc arpac eae E uphorbiac eae F agac eae Meliac eae Morac eae Myris tic ac eae Myrtac eae S apindac eae S apotac eae Gambar 4.6 Diagram Perbandingan Persentase Pemilihan Pohon Sarang di Lokasi Sikundur Kecil Dipterocarpaceae kemungkinan merupakan kelompok tumbuhan yang paling tepat digunakan sebagai pohon sarang orangutan karena pohon ini sangat keras dan kemungkinan patah sangat kecil. Dipterocarpaceae merupakan salah satu famili kayu keras yang banyak terdapat di hutan hujan tropis. Pohon berukuran besar dengan ketinggian dapat mencapai 50 m, tinggi bebas cabang sampai 30 dengan diameter sekitar 100 cm, mempunyai banir mencapai 3,5 m. Pohon meranti Shorea faguetiana tertinggi yang pernah ditemukan terdapat di Sabah, dengan ketinggian 88,1 m. Kelompok Dipterocarpaceae tergolong tanaman berbunga. Waktu berbunga tidak tetap dan terjadi dalam interval waktu 3-10 tahun. Sering kali terjadi di suatu kawasan hutan Universitas Sumatera Utara tropis, hampir semua dipterocarps dari berbagai spesies berbunga secara bersamaan Yayasan Ekosistem Leuser, 2009. Orangutan terutama hidup dan tersebar pada hutan-hutan primer dataran rendah namun juga dijumpai pada hutan dataran tinggi atau pegunungan yang banyak ditumbuhi tanaman dari famili Dipterocarpaceae MacKinnon, 1971 dalam Rijksen, 1978. Dari hasil penelitiannya, Rijksen 1978 menyatakan struktur hutan yang dihuni orangutan terdiri atas pohon-pohon tinggi berkisar 35-50 meter dengan tidak adanya dominasi jenis vegetasi dan lantai hutan ditumbuhi oleh herba. Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1 Kepadatan populasi Orangutan di Kawasan Marike lebih besar di bandingkan dengan kepadatan populasi orangutan di Kawasan Sikundur Kecil berdasarkan jumlah sarang adalah 2.32 individukm² di Kawasan Marike dengan jumlah rata- rata sarang sebanyak 100.83 sarang, sedangkan di Kawasan Sikundur Kecil adalah 0.56 individukm² dengan jumlah rata-rata sarang adalah 24.33 sarang. 2 Perbandingan proporsi tinggi sarang berdasarkan ketinggian yang paling banyak ditemukan adalah sarang pada ketinggian 10-15 m yakni 58 sarang di ikuti pada ketinggian 15-20 m yakni 55 sarang di lokasi Marike dan sarang pada ketinggian 15-20 m dan 20-25 m yakni 10 sarang di ikuti pada ketinggian 10-15 m yakni 6 sarang di lokasi Sikundur Kecil. 3 Perbandingan proporsi posisi sarang orangutan yang ditemukan di lokasi Marike dan Sikundur Kecil yakni: pada posisi II banyak ditemukan di lokasi Marike 81 sarang dan Sikundur Kecil 16 sarang, di ikuti pada posisi I dan III yang ditemukan di lokasi Marike 44 sarang dan Sikundur Kecil di ikuti pada posisi I yang di temukan sebanyak 6 sarang. 4 Perbandingan Proporsi Kelas Sarang Orangutan yang ditemukan di lokasi Marike dan Sikundur Kecil yakni: Kelas D lebih banyak ditemukan pada masing-masing lokasi yakni 70 sarang di lokasi Marike dan 14 sarang di lokasi Sikundur Kecil, kemudian di ikuti dengan Kelas A di lokasi Marike yakni 53 sarang, sedangkan di lokasi Sikundur Kecil di ikuti dengan Kelas C yakni 11 sarang. Pada masing- masing lokasi yang paling sedikit di temukan pada Kelas B, yakni 30 sarang di lokasi Marike dan 2 sarang di lokasi Sikundur Kecil. Universitas Sumatera Utara 5 Pemilihan sarang berdasarkan jenis pohon ditemukan sebanyak 18 famili di lokasi Marike dan 13 family di lokasi Sikundur Kecil. Lokasi Marike didominasi oleh famili Lauraceae sebesar 16,76 yang lebih besar dari family Dipterocarpaceae dan Lauraceae masing-masing sebesar 13,51. Lokasi Sikundur Kecil di dominasi oleh family Dipterocarpaceae, Lauraceae, dan Meliaceae masing-masing sebesar 16,67.

5.2 Saran