Kerangka Pemikiran Teoritis TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Teoritis Kebijakan Fiskal Regional Pengeluaran Belanja Langsung Pemerintah Daerah INFLASI Dummy Reformasi Desentralisasi Fiskal DRFO Rerormasiperubahan UU. No. 221999 menjadi UU. No. 322004 tentang Pemerintah Daerah, dan Reformasi UU. No.251999 menjadi UU. No. 332004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah Belanja Operasional BOP BelanjaModal Investasi BMO Belanja Pegawai BPG Riset ini mengacu pada ketidak stabilan harga yang menimbulkan inflasi. Penelitian ini terkendala oleh data, informasi, dan obyek penelitian, maka variabel kebijakan fiskal regional, sebagai variabel yang mempengaruhi inflasi di Provinsi NTT. Kebijakan moneter tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena obyek penelitian adalah regional. Inflasi karena tarikan permintaan demand pull inflation yang disebabkan oleh pengeluaran pemerintah daerah, maka model yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah model teori produksi dan model teori kuantitas uang. Teori produksi berkisar pada fungsi produksi yang menghubungkan antara faktor produksi sebagai masukan inputs dan hasil produksinya atau produk ouputs. Teori kuantitas uang yang mempengaruhi perekonomian dalam jangka panjang. Teori kuantitas uang quantity theory of money dikaitkan dengan pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap harga. Perubahan pengeluaran pemerintah, menyebabkan perubahan pendapatan, besarnya perubahan pendapatan dilihat dari pengganda pengeluaran pemerintah government multiplier ∆Y∆G = 11-b. Perubahan pengeluaran pemerintah mempengaruhi jumlah uang beredar JUB, pendapatan dan harga karena perubahan permintaan. Dampak perubahan pengeluaran pemerintah daerah terlihat pada PDRB dan pendapatan perkapita selanjutnya menpengaruhi harga akibat perubahan permintaan. Dalam jangka panjang, perubahan PDRB akibat perubahan pengeluaran pemerintah daerah yakni sebesar ∆Y∆G = 11-b. Pengeluaran pemerintah daerah naik mendorong PDRB naik sehingga jumlah uang beredar naik, mempengaruhi pendapatan naik menyebabkan harga naik karena permintaan naik, sebaliknya pengeluaran pemerintah turun berdampak PDRB turun sehingga jumlah uang beredar turun, mempengaruhi pendapatan turun menyebabkan harga turun karena permintaan turun. Jangka pendek perubahan pengeluaran pemerintah daerah, langsung mempengaruhi pendapatan dan harga karena perubahan permintaan. Pengeluaran pemerintah naik, mempengaruhi pendapatan naik berdampak pada harga naik, karena permintaan naik, dan sebaliknya pengeluaran pemerintah turun, menyebabkan pendapatan turun dan mempengaruhi turunnya harga karena permintaan turun. Penelitian ini memasukkan variabel dummy reformasi desentralisasi fiskal, yakni Sebelum reformasi desentralisasi fiskal pengeluaran pemerintah daerah relatif rendah dibandingkan sesudah reformasi desentralisasi fiskal, artinya ada peningkatan aliran dana masuk ke daerah capital inflow menyebabkan peningkatan jumlah uang beredar JUB yang berpotensi inflasi.

2.4. Hipotesis