Definisi Operasional Variabel METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Variabel

Variabel – variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah variabel kebijakan fiskal regional dari sisi pengeluaran yakni belanja pegawai BPG, belanja operasional BOP, belanja modalInvestasi BMO, dan dummy reformasi desentralisasi fiskal DRFO, sebagai variabel independen dan inflasi sebagai variabel dependen. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen, sedangkan variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Indriantoro, Supomo 1999. Dalam penelitian ini definisi operasional masing-masing variabel, sebagai berikut: a. Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum di KabupatenKota se NTT pada tahun 2001-2008. Dalam penelitian ini inflasi diukur dalam persen. b. Belanja pegawai BPG adalah pengeluaran konsumsi atau belanja langsung pemerintah daerah yang digunakan untuk membayar honorariumupah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah di KabupatenKota se NTT t-t-1 pada tahun 2001- 2008. Dalam penelitian ini diukur dalam satuan milyard Rupiah. c. Belanja operasional BOP adalah pengeluaran konsumsi atau belanja langsung pemerintah daerah yang digunakan untuk pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaat kurang dari 12 dua belas bulan danatau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah di KabupatenKota se NTT t-t-1 pada tahun 2001- 2008. Dalam penelitian ini diukur dalam satuan milyard Rupiah d. Belanja modalInvestasi BMO adalah pengeluaran investasi atau belanja langsung pemerintah daerah yang digunakan untuk pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 dua belas bulan, untuk digunakan dalam program dan kegiatan pemerintahan di KabupatenKota se NTT t-t-1 pada tahun 2001-2008. Dalam penelitian ini diukur dalam satuan milyard Rupiah. e. Reformasi desentralisasi fiskal DRFO adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam kerangka NKRI, terkait dengan perubahan atau reformasi UU No. 221999 menjadi UU. No.322004, tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 251999 menjadi UU No.332004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, perubahan terhadap kedua undang-undang otonomi daerah, dimana sebelum reformasi desentralisasi fiskal pengeluaran pemerintah daerah relatif rendah dibandingkan sesudah reformasi desentralisasi fiskal, artinya ada peningkatan aliran dana masuk ke daerah capital inflow menyebabkan peningkatan jumlah uang beredar JUB. Dalam penelitian ini diukur dengan dummy variabel 0 = sebelum reformasi desentralisasi fiskal 2001-2004; 1 = sesudah reformasi desentralisasi fiskal 2005-2008

3.2. Metode Pengumpulan Data