kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
g. Bantuan keuangan; digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat
umum atau khusus dari provinsi kepada kabupatenkota, kepada pemerintah desa, dan pemerintah kabupatenkota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya
dalam rangka pemerataan danatau peningkatan kemampuan keuangan. h.
Belanja tidak terduga; digunakan untuk menganggarkan untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang, seperti penanggulangan bencana alam dan
bencana social yang tidak diperkirakan sebelumnya.
2.1.4. Kebijakan Fiskal
Menurut Rahardja, Manurung 2008; Mankiw 2007; Nanga 2001; Nopirin 2000, kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Menurut Rahardja, Manurung 2008, perbandingan nilai penerimaan T dan pengeluaran G, politik anggaran dapat dibedakan menjadi anggaran tidak berimbangan dan
anggaran berimbang. Hasil yang dicapai dari kebijakan fiskal merupakan interaksi dari dampak pajak dan pengeluaran pemerintah terhadap output keseimbangan. Pengaruh
perubahan pengeluaran pemerintah terhadap perubahan pendapatan keseimbangan. ∆Y =
∆G1-b. sedangkan pengaruh pajak terhadap pendapatan, ∆Y = b∆T1-b. a.
Anggaran defisit deficit budget Anggaran tidak berimbang dapat dibedakan lagi menjadi anggaran defisit dan anggaran
surplus. Anggaran defisit adalah anggaran yang direncankan untuk defisit , sebab pengeluaran yang direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah T G atau G T,
politik anggaran defisit, ditempuh bila pemerintah ingin mengstimulir pertumbuhan ekonomi. Hal ini dilakukan bila perekonomian berada dalam kondisi resesi. Dengan asumsi kondisi
awal anggaran pemerintah adalah anggaran berimbang G=T, bila pemerintah menempuh anggaran defisit, maka
∆G ∆T, dimana ∆G dan ∆T 0. Karena ∆G 0 dan ∆G ∆T, maka jika pemerintah menempuh politik anggaran defisit, pemerintah dianggap memiliki
kebijakan fiskal ekspasif. b.
Anggaran surplus surplus budget Kebalikan dari anggaran defisit, dalam anggaran surplus pemerintah merencanakan
penerimaan lebih besar dari pengeluaran T G atau G T. Atau dapat juga dikatakan pemerintahan menempuh politik anggaran surplus bila
∆C ∆T, dimana ∆G dan ∆T 0. Karena itu juga, politik anggaran surplus sering diidentikan dengan kebijakan fiskal
kontraksi. Politik anggaran surplus dilakukan bila perekonomian sedang dalam tahap ekspansif dan terus memanas overheating. Melalui anggaran surplus pemerintah mengerem
pengeluarannya untuk menurunkan tekanan permintaan atau mengurangi daya beli dengan menaikan pajak. Pengaruh anggran surplus terhadap output keseimbangan adalah kebalikan
dari pengaruh anggaran defisit. c.
Anggaran berimbang balanced budget Pemerintah dikatakan menempuh politik anggaran berimbang bila pengeluaran
direncanakan akan dengan penerimaan G = T dan atau ∆G = ∆T. tidak ada ketentuan pokok
dalam kondisi ekonomi seperti apa politik anggaran berimbang ditempuh. Namun bila pemerintah memiliki politik anggaran berimabang, dua hal yang ingin dicapai adalah
peningkatan disiplin dan kepastian anggaran.
2.1.5. Teori Produksi