Belanja Pengawai BPG Belanja Operasional BOP

5.1.3. Pengujian Hipotesis

Nilai t-hitung untuk variabel belanja pegawai BPG sebesar 2,8225 dengan probabilitas kesalahan sig sebesar 0,0059. Oleh karena nilai t-hitung t-tabel yaitu 2,8225 1,671 maka hipotesis H ditolak dan menerima Ha artinya variabel belanja pegawai BPG berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel inflasi. Nilai t-hitung untuk variabel belanja operasional BOP sebesar 2.7147 dengan probabilitas kesalahan sig sebesar 0,0079. Oleh karena nilai t-hitung t-tabel yaitu 2,7147 1,671 maka hipotesis H ditolak dan menerima Ha yang berarti variabel belanja operasional BOP berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel inflasi. Nilai t-hitung untuk variabel belanja modal BMO sebesar 4,0659 dengan probabilitas kesalahan sig sebesar 0,0001. Oleh karena nilai t-hitung t-tabel yaitu 4,0659 1,671 maka hipotesis H ditolak dan menerima Ha artinya variabel belanja modal BMO berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel inflasi. Nilai t-hitung untuk variabel dummy reformasi desentralisasi fiskal DRFO sebesar 10.7260 dengan probabilitas kesalahan sig sebesar 0,0000. Oleh karena nilai t-hitung t- tabel yaitu 10.7260 1,671 maka hipotesis H ditolak dan menerima Ha yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari variabel dummy reformasi desentralisasi fiskal DRFO terhadap variabel inflasi.

5.2 Pembahasan

5.2.1. Belanja Pengawai BPG

Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien kemiringan dari belanja pegawai sebesar 0.026427 artinya bahwa adanya kenaikan 1 satu milyard Rupiah belanja pegawai akan menyebabkan kenaikan inflasi daerah sebesar 0.026427 persen. Belanja pegawai digunakan untuk pengeluaran honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Program dan kegiatan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan output dan kualitas pelayanan masyarakat, sebagai salah satu upaya menjaga stabilitas harga sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Belanja pegawai naik berarti jumlah uang beredar naik menyebabkan harga naik karena permintaan naik, sebaliknya belanja pegawai turun berarti jumlah uang beredar turun menyebabkan harga turun karena permintaan turun. Belanja pegawai merupakan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah atau digunakan oleh aparatur pemerintah bukan untuk kepentingan publik. Belanja pegawai dapat dilakukan efisiensi melalui pengurangan jumlah pegawai dan lebih di prioritaskan kepada peningkatan output berupa barang dan jasa. Harga dapat stabil jika jumlah barang di tawarkan sama atau melebihi permintaan.

5.2.2. Belanja Operasional BOP

Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien kemiringan dari belanja operasional sebesar 0.029631 artinya bahwa adanya kenaikan 1 satu milyard Rupiah belanja operasional akan menyebabkan kenaikan inflasi daerah sebesar 0.029631 persen. Belanja operasional digunakan untuk pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaat kurang dari 12 dua belas bulan danatau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Tujuan belanja operasional adalah untuk mendukung kegiatan dan program pemerintahan. Belanja operasional naik berarti jumlah uang beredar naik menyebabkan harga naik karena permintaan naik, sebaliknya belanja operasional turun berarti jumlah uang beredar turun menyebabkan harga turun karena permintaan turun. Belanja operasional merupakan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah bukan untuk kepentingan publik. Belanja operasional dapat dilakukan efisiensi dan lebih diprioritaskan kepada peningkatan output berupa barang dan jasa. Harga dapat stabil jika jumlah barang ditawarkan sama atau melebihi permintaan.

5.2.3. Belanja Modal BMO