83
pula teknik rekam dengan tape recorder dan teknik catat dengan menggunakan catatan lapangan. Di samping itu, untuk melengkapi data,
digunakan pula metode cakap atau percakapan antara peneliti dengan penutur selaku informan. Dalam praktiknya, metode cakap ini diwujudkan
dengan teknik pancing, yakni dengan memancing informan agar berbicara melalui percakapan langsung atau cakap semuka Sudaryanto 1993:137.
Penggunaan metode cakap ini dibantu dengan alat bantu rekam dengan tape recorder teknik rekam disertai dengan teknik catat Sudaryanto
1993:139. Penggunaan teknik rekam dan teknik catat ini sama seperti yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan metode simak. Kedua teknik itu
diakhiri dengan klasifikasi atau pengelompokan kartu data. Seluruh hasil pengumpulan data yang bersumber dari perekaman
dan catatan lapangan ditranskripsikan, diklasifikasikan, dan dilakukan penafsiran sementara Milroy, 1989: Strauss et.al. 1990. Untuk menjaga
keabsahan data di atas dilakukan 1 perpanjangan keikutsertaan, 2 ketekunan pengamatan, 3 trianggulasi, baik trianggulasi sumber data
data hasil perekaman dan catatan lapangan maupun trianggulasi metode wawancara dan pengamatan, 4 pemeriksaan teman sejawat melalui
diskusi serta konsultasi ahli, dalam hal ini adalah dosen pembimbing .
F. Analisis Data
Dalam analisis data, dibuat klasifikasi bentuk ragam bahasa menurut tingkatan-tingkatan dalam analisis kebahasaan. Dengan teknik
opadan referensial dan translasional, ciri-ciri bentuk linguistik itu menghasilkan kategorisasi ungkapan yang menempati fungsi dalam klausa
atau kalimat dan menandai unsur-unsur-unsur yang membentuk tema peristiwa tutur. Untuk penentuan makna menggunakan metode kontekstual,
84
yaitu mengacu konteks situasi dan beberapa faktor non-linguistik yang terdapat di sekitar peristiwa tutur dan pada saat pengujaran tuturan.
Untuk menganalisis data penelitian ini dilakukan melalui dua prosedur, yaitu 1 analisis selama proses pengumpulan data, dan 2
analisis setelah pengumpulan data Miles dan Huberman 1984:21-25; Muhadjir 1996:105. Prosedur pertama dilakukan dan langkah: i reduksi
data data reduction, yaitu melakukan identifikasi keragaman pemilihan bahasa, baik berhubungan dengan ranah sosial berlangsungnya peristiwa
tutur maupun komponen tutur; ii sajian data data display dengan pola gambar matriks; dan iii pengambilan simpulanverifikasi yang sifatnya
tentatif untuk diverifikasikan, baik dengan trianggulasi data maupun dengan trianggulasi teknik pengambilan data. Langkah proses analisis
tersebut disebut analisis model interaktif interaktive model oleh Miles dan Huberman 1984:21-25.
Prosedur kedua dilakukan dengan langkah: i transkripsi data hasil rekaman; ii pengelompokkan atau kategorisasi data yang berasal dari
perekaman dan catatan lapangan berdasarkan ranah sosial terjadinya peristiwa tutur, iii penafsiran pola pemakaian kode bahasa dalam
masyarakat tutur Arab di Noyontaan, Kota Pekalongan; dan iv penyimpulan atau perampatan tentang pemakaian kode bahasa pada
masyarakat tutur Arab di Noyontaan, Kota Pekalongan. Untuk menjaga kredibilitas hasil penafsiran ini ditempuh langkah: a diskusi dengan
kolega profesi, b pengecekan ulang pada responden; dan cerita konsultasi ahli, dalam hal ini dosen pembimbing.
G. Penyajian Hasil Analisis Data
85
Hasil analisis data dalam penelitian ini diisajikan dengan menggunakan metode penyajian formal dan informal. Metode formal
digunakan pada pemaparan hasil analisis data yang berupa kaidah-kaidah atau lambang-lambang formal dalam bidang linguistik. Metode informal
digunakan pada pemaparan hasil analisis data yang berupa kata-kata atau uraian biasa tanpa lambang-lambang formal yang sifatnya teknis.
86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah
1. Kondisi Geografis
Kota Pekalongan memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Batang
Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang
Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan
2. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2008 adalah 267.575 jiwa, terdiri dari 132.217 laki-laki 49,41 dan 135.357 perempuan 50.59
. Sedangkan banyaknya rumah tangga adalah 66.556 BPS Pemda Tingkat II Pekalongan tahun 2008.
3. Sejarah Kota Pekalongan dan Desa Noyontaan
Dari berbagai sumber yang ditemukan penulis ada beberapa pendapat mengenai asal muasal kota Pekalongan:
1. Nama kota ‘Pekalongan” berasal dari bahasa Cina “Pai ka lung an”
yang berarti “ramai”. Sejak abad ke-15 diyakini kota Pekalongan menjadi tempat transit para pedagang dan imigran Cina. Pada saat itu
tempat transit para pedagang Cina itu menjadi tempat yang ramai dan