Bahasa Arab Ekologi Kebahasaan di Noyontaan, Kota Pekalongan

128 ragam fusha H banyak memakai kosakata jenis mudzakkar laki- laki meskipun mitra tutur berasal dari kaum perempuan. C. Wujud Variasi Kode Komunikatif dalam Interaksi Sosial Masyarakat Tutur di Noyontaan, Kota Pekalongan Variasi kode komunikatif dalam interaksi sosial masyarakat tutur di Noyontaan, Kota Pekalongan dalam berbagai ranah pemilihan bahasa mencakup tiga kategori, yakni 1 variasi tunggal kode; 2 variasi alih kode; dan 3 variasi campur kode. Berikut dipaparkan ketiga wujud variasi tersebut.

a. Variasi Tunggal Bahasa

Variasi tunggal bahasa yang dipilih dalam interaksi sosial masyarakat tutur di Noyontaan, Kota pekalongan secara garis besar meliputi tiga variasi kode, yakni 1 variasi bahasa Arab, dan 2 variasi bahasa Jawa; dan 3 variasi bahasa Indonesia. Berikut dipaparkan ketiga variasi tersebut.

1. Bahasa Arab

Variasi bahasa Arab yang dominan dipakai dalam interaksi sosial masyarakat tutur di Noyontaan, Kota Pekalongan adalah BA dialek Pekalongan. Sebagai alat komunikasi di kalangan MKANP bahasa Arab dialek Pekalongan merupakan salah salah satu dialek BAS H. Dengan kedudukannya adalah sebagai subordinat BAS H. Cirinya yang khas disebabkan oleh faktor regional. Dalam kaitan dengan ini secara linguistis bahasa Arab dialek Pekalongan memiliki kedudukan yang sama dengan BA ragam ammiyah yang 129 berkembang di berbagai negara daerah yang mempergunakan BA ammiyah L. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini bahasa Arab dialek Pekalongan L sebagai subordinat BAS H menyandang beberapa fungsi. Adapun fungsi itu adalah: 1 sebagai alat komunikasi intern Arab di wilayah Noyontaan, Kota Pekalongan, 2 sebagai lambang identitas daerah, dan 3 sebagai alat komunikasi dalam situasi informal. Sebagai alat komunikasi intern bahasa Arab dialek Pekalongan merupakan alat komunikasi umum di wilayah ini. Berbagai lapisan masyarakat bahasa terutama yang masih setia kepada bahasa Arab dialek Pekalongan tetap menggunakannya di dalam komunikasi mereka. Sebagai alat komunikasi dalam situasi informal dialek ini digunakan dalam ranah keluarga, ranah agama, dan ranah transaksional. Berikut contoh peristiwa tutur BA pada ranah tersebut diatas : Ranah : Keluarga Topik : Percakapan antara kakak dan adik tentang tempat makan A : Kakak MKANP B :Adik MKANP A : Keif, ente kul ein? B : hena, khol ma fi nas A : henak? B :hena 130 Terjemah A : Bagaimana, kamu makan dimana? B :disini, sepi tidak ada orang A : disana? B : disini Dari cuplikan percakapan itu dapat dilihat bahwa antara penutur A dan mitra tutur B menggunakan kode BA. A dan B memilih menggunakan BA karena mereka berasal dari MKANP dan menguasai BA. Dialog terjadi di lingkungan keluarga MKANP. Ditilik dari latar belakang keluarga A dan B berasal dari kalangan habaib. Sehingga mereka Adan B termasuk MKANP yang mampu dan terampil berbahasa Arab. Kemampuan dan pemakaian BA dalam lingkungan keluaraga menunjukkan status sosial dan prestise A dan B yang berasal dari kalangan habaibningrat. Ranah : Agama rauhah dialog keagamaan Topik : Cinta tanah air A : Habib Umar Bin Hafidz B : Para Habaib di Noyontaan Kota Pekalongan A : hayya bina, nabnii wa nahfidzu biladana Andunisii biistiroki ummah. Udkur anna hubbul wathon minal iman. Naam. Lana masuliyyah liadai hadzihi ahwal. Walakin bi iitihadi ummat insya allah satujidu ma nuriid.hakadza “mari kita,membangun dan menjaga negara Indonesia dengan cara mempersatukan ummat. Ingat cinta tanah air itu sebagian dari iman. Kita mempunai tanggung jawab untuk menjalankan keadaan ini. Dengan bersatunya ummat insya allah akan terwujud apa yang kita inginkan.Begitu. 131 B : insya allah. Amin..aminn Insya allah. Semoga..semoga. Dari percakapan diatas dapat dilihat bahwa penutur A dan mitra tutur B mempergunakan BA. Terutama A memakai BAS. Mereka A dan B memilih menggunakan BA karena mereka berasal dari masyarakat keturunan Arab dan menguasai BA. A adalah salah seorang habib yang berasal dari klan keluarga ulama da’i, sehingga A menguasai BAS. Pertuturan tersebut terjadi pada waktu diadakan rauhah dialog keagamaan di kalangan MKANP. Dan merupakan kelaziman bagi MKANP ketika menggelar rauhah mereka seyogyanya menggunakan BA sebagai alat komunikasi. Ranah : Jual beli Topik : Menawar A : Pembeli non-Arab B : Penjual MKANP A : kam ? Berapa ? B : asroh sepuluh A : sab’,jaiz Tujuh,boleh? B : zid tsamin Tambah delapan A : aiwah ya Dari penggalan percakapan tersebut dapat diurai bahwa pembeli A dan penjual B memakai bahasa Arab. A dan B memilih 132 menggunakan bahasa Arab karena mereka menguasai BA.Meskipun A masyarakat non-Arab Jawa tetapi A mampu menggunakan BA pada saat berkomunikasi dengan MKANP. Hal ini disebabkan A sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan MKANP. A menggunakan BA untuk menunjukkan rasa hormat ketika berbicara dengan mitra tuturnya B. Sedangkan B memilih BA ketika bertutur dengan A karena A dianggap mempunyai hubungan dekat dan akrab.

2. Bahasa Jawa