104
Adalah kekuatan pengaruh banyaknya jumlah pengguna serta kedudukan mereka di masyarakat. Lebih banyak dan lebih penting
kedudukan pemilik bahasa tertentu, lebih besar vitalitas bahasa itu, sehingga lebih besar pula potensinya untuk distandarisasi, memiliki
otonomi dan historisitas. Vitalitas berkenaan dengan apakah bahasa itu mempunyai penutur yang menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari
secara aktif, atau tidak. BA ragam fusha H dan BA ragam amiyyah L masih dipergunakan oleh MKANP dalam berbagai segi kehidupan
mereka. Dapat dikatakan MKANP merupakan penutur jati bagi BA, dan merupakan keharusan bagi MKANP untuk tetap mempertahankan
warisan leluhur mereka termasuk BA dengan ragam gandanya. Hal ini terutama diyakini dan diaplikasikan oleh MKA habaib sebagai
kewajiban mereka untuk menjaga bahasa dan budaya datuk mereka Nabi Muhammad SAW.
5. Sejarah Masyarakat Keturunan Arab di Kota Pekalongan
“Among the Arabs are many merchants but they majority are priest. Their principal resort is Gresik the spot where
Mohametanism was first extensively planted on Java. They are seldom of genuine Arab birth, but mostly a mixed race,
between The Arabs and the natives of the Islands.
Rafles: 1817:75The History of Java volume one, oxford in ASIA Historica Reprints
Pada tahun 1258, kota Baghdad yang selama lima abad menjadi pusat kebudayaan Islam di bawah kekuasaan Trah Abbasiyah ditaklukan oleh
bangsa Tartar, Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Hal ini
105
mengakibatkan kepemimpinan Islam bergeser di tangan kaum sufi. Selanjutnya para saudagar Islam mengalihkan usahanya ke Asia Selatan,
Asia Timur dan Asia Tenggara. Pada abad ke-13 sampai 14 tlatah Gujarat di Hindia menjadi sangat ramai.
Secara garis besar dapat disebutkan bahwa dakwah Islam dari tlatah barat ke timur di seluruh nusantara pada lazimnya melalui jalur-jalur
perdagangan. Pada akhir abad 13, pesisir utara Jawa telah memiliki raja-raja Islam. Pada awal abad 14 bukti-bukti adanya jejak Islam telah ada di
Trengganu, Malaysia dan Jawa, Indonesia. Selain itu bukti penyebaran islam telah menyebar di Brunai, Kalimantan, dan Maluku.
Sejak abad ke -13, sudah terjadi hubungan politik dan dagang antara orang-orang di kepulauan nusantara dengan Arab, Persia, Hindia, dan Cina.
Hubungan dagang terjadi terutama melalui jalur laut yang melewati pelabuhan-pelabuhan besar. Pelabuhan penting di Sumatera yakni Lamuni,
Aceh, Barus, Bagan Siapi-api dan Palembang. Pelabuhan utama di Jawa yakni Pasundan Kelapa, Pekalongan, Semarang, Jepara, Tuban dan Gresik
telah tumbuh sejak awal abad masehi. Para buruh asing yang datang ke pelabuhan tersebut sambil menunggu datangnya musim yang baik bagi
pelayaran, mereka membentuk koloni. Sejak tahun 674M, di pesisir barat Sumatera sudah ada koloni-koloni saudagar yang berasal dari negeri Arab.
Pada abad ke-8 M di sepanjang pesisir barat dan timur Pulau Sumatera diduga sudah ada komunitas-komunitas muslim. Dengan demikian antara
penyebaran agama Islam di pulau Sumatera dengan pulau Jawa itu masih
106
ada hubungannya. Babad Demak, Sejarah Perkembangan Islam Di Tanah Jawa, hal 2-3, Penerbit Tunas Harapan, Jogjakarta, Januari 2005
No. I
Tentang Kota Pekalong’an Pakalung’an Dalam ABSTRACT of a general STATISTIC TABLE of the population of
the several Province and District under immediate Direction and management of the British Government in Jawa for the year 1812-13.
No. II
Table exhibiting the Population of Java and Madura according to a cencus taken by the British Government in the year 1815.
Bahwa Brebes, Tegal, Pemalang, Ulujami, Wiradesa, Pekalongan, Batang, Kendal Dan Kaliwungu Masuk Wilayah Kerajaan Mataram.
Hal 157 vol II, The History of Java By Thomas Stanford Raffles, Vol I and Vol II. 1817
Perkembangan bahasa Arab di Indonesia khususnya di kota Pekalongan tidak dapat dilepaskan dari proses sejarah masuknya agama
Islam di Indonesia. Bukti-bukti yang ada menyatakan bahwa bahasa Arab mula-mula digunakan oleh para pedagang Persia, Gujarat, Hadramaut untuk
transaksi dagang sekaligus menyebarkan agama Islam. Pelabuhan di daerah pesisir pantai utara Jawa merupakan tempat persinggahan utama para
penutur asli ini. Tuban, Gresik, Kudus, Jepara, Semarang, Pekalongan, Banten, Cirebon, Tanjung Priok merupakan tempat awal penyebaran dan
pengembangan bahasa Arab. Ketika mereka singgah ada yang menetap dan menikah dengan penduduk asli, sehingga terbentuk kelompok-kelompok
masyarakat campuran Arab dan penduduk lokal. Keturunan mereka inilah sekarang yang kita kenal dengan komunitas masyarakat keturunan Arab.
Untuk di daerah Pekalongan sendiri bukti nyata kedatangan bangsa Arab ada
107
pada lembar papan peresmian masjid Auliya’ di Sopuro, tertulis bahwa masjid Auliya’ kauman Sopuro didirikan pada tahun 1245 H atau sekitar
tahun 1824 M.. Bukti artefak ini menunjukkan bahwa pada awal 18 M di Pekalongan sudah ada kelompok masyarakat keturunan Arab. Komunitas
masyarakat keturunan Arab cukup banyak. Dan merupakan hal yang lumrah bagi mereka untuk tetap melestarikan budaya leluhur mereka termasuk
menggunakan ragam bahasa Arab baik fusha H maupun ad darij L di berbagai kesempatan. Dalam situasi resmi maupun tak resmi.
6. Diglosia dalam Bahasa Arab di Noyontaan, Kota Pekalongan