132
menggunakan bahasa Arab karena mereka menguasai BA.Meskipun A masyarakat non-Arab Jawa tetapi A mampu menggunakan BA
pada saat berkomunikasi dengan MKANP. Hal ini disebabkan A sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan MKANP. A
menggunakan BA untuk menunjukkan rasa hormat ketika berbicara dengan mitra tuturnya B. Sedangkan B memilih BA ketika bertutur
dengan A karena A dianggap mempunyai hubungan dekat dan akrab.
2. Bahasa Jawa
Kode yang berwujud bahasa Jawa merupakan kode bahasa daerah yang dominan digunakan dalam interaksi sosial intern MKA
dan antara MKA dengan masyarakat non-Arab Jawa. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena di wilayah Noyontaan terdapat
masyarakat non-Arab Jawa. Di kalangan penutur jati bahasa Jawa di wilayah Noyontaan,
kota Pekalongan, BJ berfungsi sebagai sarana komunikasi intern di kalangan masyarakat mereka. Apabila mereka berkomunikasi
dengan penutur BA di wilayah Noyontaan, mereka pada umumnya menggunakan kode bahasa Jawa dan bahasa Arab. Berikut contoh
tuturan BJ Ranah :
keluarga Topik
: menanyakan kabar saudara A
: Habib Lutfi MKANP-Bapak B
: Zainab MKANP-Anak
133
A : Piye kabare Husen?
Bagaimana kabarnya Husen B
: Sae, sehat bah Baik, sehat Pak
A : Kapan budal?
Kapan berangkat B
: Mbenjing dalu Besok malam
A : Mugo-mugo slamet
Semoga selamat B
: Amin, enggih bah Amiin, iya Pak
Dari cuplikan dialog diatas A dan B memakai BJ. A dan B memilih menggunakan BJ karena mereka menguasai BJ. A menggunakan BJ
Ngoko sedangkan B menggunakan BJ Kromo. Karena mereka sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan suku Jawa mereka mammpu
memilih ragam bahasa Jawa ketika bertutur. A memakai BJ Kromo ketika bertutur dengan B. Pemilihan BJ Kromo disebabkan A adalah
anak B dan ingin menghormati B sebagai orang tua. Sedangkan A memakai BJ Ngoko ketika bercakap dengan A karena ingin
menciptakan hubungan dekat dengan A. Meskipun A dan B sama- sama MKANP tetapi mereka juga menghargai nilai-nilai “undho-
usuk” dari bahasa Jawa. Ranah : Agama Waktu mau ngaji kliwonan
Topik : Menanyakan barang dagangan A :
MKA B :
non-Arab Jawa-Pedagang
134
A : Assalamu’alaikum
B : Wa’alaikum salam
A : piye kabare kang, slamet yo
Bagaimana kabar kakak, selamat ya B :
heeh, alhamdulillah slamet pandongane Ya, alhamdulilah selamat berkat doanya
A : sehat kabeh to
Sehat semua B :
alhamdulillah sehat waras Alhamdulillah sehat
A : dagangane piye kang?
Dagangan kakak bagaimana B :
apik lancar wingi bathi akeh tak nggo mangkat ngaji Baik lancar kemarin untung banyak bisa untuk berangkat
mengaji Dari cuplikan dialog tersebut penutur A dan mitra tutur B
menggunakan BJ. Mereka memilih BJ karena mereka menguasai BJ. A dan B sama-sama menggunakan BJ Ngoko. B berasal dari suku
Jawa sedangkan A dari MKA. A mampu menggunakan BJ karena A sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan suku Jawa. Ragam BJ
ini menyiratkan relasi kedekatan, saling mengenal antara A dan B. Sebutan “kang” singkatan dari kata “kakang” merujuk pada referent
seorang laki-laki yang lebih tua umurnya. “Kang” dituturkan oleh pewicara kepada mitra wicara dalam relasi keakraban dan santai.
Ranah : Agama Topik : Bersyukur atas nikmat Tuhan
A : MKA
B : hadirin yang terdiri dari MKAdan non-Arab
135
A : Mugi-mugi kulo lan panjenengan sedoyo kalebet tiyang
ingkang saget bersyukur, ngaweruhi nikmat saking Allah SWT.Monggo sedoyo sami-sami ngathah-ngathahaken
dzikir tuwin mboten lirwo nyebut asmanipun Gusti Allah.Enggih nopo enggih
Semoga semua termasuk orang yang bisa bersyukur, mengetahui nikmat dari Allah SWT. Mari semuanya
memperbanyak dzikir dan tidak lupa menyebut nama Allah. Iya apa iya
B : Enggih
Iya Dari percakapan diatas dapat dilihat bahwa penutur A dan
mitra tutur B mempergunakan BJ.. Mereka A dan B memilih menggunakan BJ karena mereka menguasai BJ. A memakai BJ
ketika bertutur dengan B karena B merupakan masyarakat campuran yang terdiri dari MKA dan non-Arab Jawa. Penggunaan BJ oleh A
bertujuan untuk menghormati B.Pertuturan tersebut terjadi pada waktu diadakan pengajian yang dihadiri oleh MKANP dan
masyarakat non Arab di kalangan MKANP. Ranah : Jual-Beli
Topik : Menawar henna pacar kuku A
: Bu Titik Pembeli-non Arab B
: Syarifah Inayah Pedagang-MKANP A :
Assalamu’alaikum B :
Wa’alaikum salam A :
pinten niki, pah? Berapa ini, syarifah?
B : wolu niku, sae lo nembe dugi keng Jakarta
136
Delapan, bagus lo baru datang dari Jakarta A :
Gangsal nggih, kulo mendet papat Lima ya, saya mengambil empat
B : mboten ah,pitu pas bu
Tidak boleh, tujuh pas bu Dari cuplikan dialog tersebut penutur A dan mitra tutur B
menggunakan BJ. Mereka memilih BJ karena mereka menguasai BJ. A dan B sama-sama menggunakan BJ Ngoko. B berasal dari MKA
sedangkan A suku Jawa. B mampu menggunakan BJ karena B sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan suku Jawa.Terlebih profesi B
sebagai pedagang membuatnya harus bisa menyesuaikan pilihan bahasa yang dipakai oleh konsumen. Sebutan “pah” berasal dari kata
“syarifah” merujuk pada referent seorang perempuan dari MKA.. “Pah” dituturkan oleh pewicara kepada mitra wicara sebagai bentuk
penghormatan.
3. Bahasa Indonesia