67
mengeluhkan kebersihan. Di sisi lain, pedagang kaki lima dan pengelola 95 telah menganggap bahwa persoalan kebersihan dianggap telah
teratasi dan dianggap sebagai daya tarik berwisata. Kenyamanan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
berwisata dan akan menjadi daya tarik bagi masyarakat lainnya untuk berkunjung. Sebanyak 65 responden wisatawa merasa nyaman dan
hanya 5 yang tidak. Ditinjau dari segi melimpahnya wisatawan, maka secara ekonomi
hal ini akan menguntungkan. Terbukti, lebih dari 90 responden baik pedagang kaki lima maupun pengelola, menyukai hal ini. Hal ini juga
berimbas pada responden wisatawan 40 yang berpikiran sama. Di sisi lain, sebanyak 60 wisatawan menyukai ketenangan ketika berwisata.
Akses lokasi wisata dianggap mudah oleh sebagian wisatawan 50, hanya 10 responden wisatawan dan 5 responden pengelola
yang merasa kesulitan. Kemudahan akses akan menguntungkan bagi pengembangan obyek wisata. Namun bagi pedagang kaki lima dan
pengelola yang hampir sebagian besar adalah warga setempat, aksesibilitas bukan menjadi persoalan dan merupakan daya tariknya untuk
beraktivitas di TWA.
4.2.3. Pelayanan dan Kondisi Sarana dan Prasarana Wisata Alam
Persepsi dapat menjadi salah unsur kognisi yang akan menentukan kepuasan berwisata. Kondisi sarana dan prasana wisata
serta pelayaan yang diberikan pengelola akan menberikan kesan pengalaman berwisata. Bahkan bagi pengelola, hal ini dapat menjadi
cermin dalam menilai hasil pekerjaannya baik antara pengelola itu sendiri maupun dengan pedagang kaki lima. Sebagai contoh kondisi sarana
fasilitas makan dan minum yang oleh pengelola dan pedagang kaki lima dianggap sudah memadai 0 yang menyatakan tidak memadai, ternyata
ada 5 responden wisatawan yang menganggap belum memadai. Bahkan dari segi pelayanan hanya 50 responden wisatawan yang
menyukainya.
68
Sumber: data primer diolah
Gambar 12. Persepsi Responden terhadap Pelayanan Wisata Alam
Kondisi jalan wisata di dalam areal wisata umumnya dianggap baik oleh wisatawan 50, pedagang kaki lima 55 dan pengelola 75.
Namun justru dikeluhkan oleh hampir 10 responden wisatawan, hampir 20 responden pedagang kaki lima dan hampir 5 responden pengelola.
Keluhan yang umum terjadi adalah kondisi jalan yang cenderung mendaki dan beberapa ruas jalan wisata yang mengalami kerusakan. Menurut
Wearing et al. 2009, dikenal dua istilah untuk jalan wisata yaitu trail wisata dan trek wisata. Trail wisata berspektrum lebih luas untuk melayani
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Wisatawan
Pedagang Kaki Lima Pengelola
Wisatawan Pedagang Kaki Lima
Pengelola Wisatawan
Pedagang Kaki Lima Pengelola
Wisatawan Pedagang Kaki Lima
Pengelola Wisatawan
Pedagang Kaki Lima Pengelola
Wisatawan Pedagang Kaki Lima
Pengelola Wisatawan
Pedagang Kaki Lima Pengelola
Wisatawan Pedagang Kaki Lima
Pengelola Wisatawan
Pedagang Kaki Lima Pengelola
Wisatawan Pedagang Kaki Lima
Pengelola
Lo ke
t w
is at
a P
ar ki
r Ja
la n
tr ek
w is
at a
K ol
am re
na ng
P er
m ai
na n
O ut
bo nd
K am
ar m
an di
F as
ili ta
s m
ak an
m in
um M
us ho
la T
em a
ed uk
as i
ko ns
lin gk
K el
ol a
sa m
pa h
ke be
rs ih
an
sangat tidak baik tidak baik
netral baik
sangat baik
69
beragam sarana transportasi wisata seperti sepeda gunung, mobil 4WD, kendaraan ATV, sepatu roda, pejalan kaki dan sebagainya. Sedangkan
trek wisata hanya diperuntukkan untuk pejalan kaki. Kondisi trek wisata yang mempunyai pengaruh terhadap kenyamanan dalam menikmati
pengalaman berwisata di alam bebas di kawasan konservasi. Pelayanan juga berhubungan erat dengan kondisi fisik sarana yang
tersedia. Kondisi perparkiran misalnya, responden penyedia jasa wisata 20 memberikan pendapat bahwa infrastruktur perparkiran tidak
memadai. Hal ini sejalan dengan 10 yang juga menganggap pelayanan perparkiran tidak memadai.
Meskipun demikian, secara umum, berdasarkan persepsi masing- masing kelompok responden, kondisi sarana dan prasarana di areal
wisata adalah relatif memadai. Beberapa hal memang masih menjadi sorotan khususnya dari wisatawan antara lain loket, perparkiran, jalan trek
wisata, bangku taman, permainan outbond, kolam renang, kamar mandi, fasilitas makan dan minum, mushola, tema konservasi dan lingkungan,
ketersediaan informasi bahkan tempat sampah. Persepsi masing-masing kelompok responden terhadap kondisi sarana prasana yang tidak
memadai atau pun pelayanan yang tidak disukai adalah relatif sedikit 20.
Namun yang patut untuk dicermati adalah responden wisatawan yang cukup banyak memberikan persepsi netral 30 pada hampir setiap
item yang dinilai. Bahkan pada item permainan outbond, fasilitas makan dan minum, kolam renang, bangku taman dan jalan trek wisata persepsi
netral mencapai 50. Pernyataan untuk tidak memberikan pendapat positif maupun negatif dapat merupakan indikasi adanya kesan “biasa-
biasa saja”. Mengingat persepsi berwisata akan membawa hasil pada kepuasan berwisata, maka persepsi “biasa-biasa saja” tersebut dapat
berkonotasi pada “tidak ada kesan” terhadap kondisi sarana dan prasana serta pelayanan di tempat wisata. Lebih lanjut, hal ini dapat memicu
munculnya unsur ketidakpuasan dalam berwisata.
70
Sumber: data primer diolah
Gambar 13. Persepsi Responden terhadap Kondisi Sarana dan Prasarana
Wisata Alam 20
40 60
80 100
wisatawan Pedagang kaki lima
Pengelola wisatawan
Pedagang kaki lima Pengelola
wisatawan Pedagang kaki lima
Pengelola wisatawan
Pedagang kaki lima Pengelola
wisatawan Pedagang kaki lima
Pengelola wisatawan
Pedagang kaki lima Pengelola
wisatawan Pedagang kaki lima
Pengelola wisatawan
Pedagang kaki lima Pengelola
wisatawan Pedagang kaki lima
Pengelola wisatawan
Pedagang kaki lima Pengelola
wisatawan Pedagang kaki lima
Pengelola wisatawan
Pedagang kaki lima Pengelola
wisatawan Pedagang kaki lima
Pengelola
Lo ke
t w
is at
a P
ar ki
r Ja
la n
tr ek
w is
at a
B an
gk u
ta m
an P
er m
ai na
n ou
tb on
d K
ol am
re na
ng K
am ar
m an
di F
as lts
m ak
an m
in um
M us
ho la
P ap
an pe
tu nj
uk T
em a
ed uk
as i
ko ns
v lin
gk K
et er
se di
a an
in fo
rm as
i T
em pa
t sa
m pa
h
sangat tidak memadai tidak memadai
netral memadai
sangat memadai
71
Jalan trek wisata misalnya, seharusnya dapat memberikan kesan positif bagi wisatawan. Jalan trek wisata ini selain berfungsi
menghubungkan loket wisata ke areal wisata, juga merupakan wahana untuk menikmati sejuknya hutan konservasi dan keindahan alam. Kondisi
permukaan jalan yang telah dibeton namun terjal dari Loket 1 ke areal wisata, dan kondisi permukaan jalan yang hanya diperkeras dengan batu
gunung namun relatif landai dari Loket 2 ke areal wisata, seharusnya dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
Hal ini dapat juga berarti bahwa pengelolaan sarana dan prasarana wisata belum optimal. Kreativitas dan inovasi masih dibutuhkan agar
mampu mendukung daya tarik utama wisata alam yaitu sejuknya hutan pinus dan air terjun.
4.2.4. Persepsi Responden terhadap Konservasi dan Lingkungan