Daya Tarik Wisata Alam

65 tinggi tingkat pendidikan, akan tingkat pemahaman terhadap aturan konservasi di kawasan konservasi. Tinggi tingkat pendidikan responden, juga membutuhkan upaya untuk menyalurkan minat dan aktivitas berwisatanya. Menurut Eagles et al. 2002, tingkat pendidikan yang semakin tinggi berkaitan sangat erat dengan kebutuhan aktivitas rekreasi luar ruangan dan mengubah pola rekreasi dan pariwisata. Sebagai hasilnya, hal ini akan menjadi kecenderungan umum ketika wisatawan berpendidikan tinggi mencari pengalaman yang memperkaya kehidupannya. Muncul kecenderungan berwisata yang mampu memberi makna sebagai berwisata sambil belajar misalnya berwisata dengan panduan pemandu wisata. Aktivitasnya dalam bentuk khusus berupa wisata dengan program paket wisata pembelajaran maupun dalam bentuk umum seperti pengamatan hidupan liar, menghadiri festival, pengenalan budaya dan belajar tentang alam. Hal yang sama juga di alami di TWA Grojogan Sewu. Potensi wisatawan yang berpendidikan tinggi ini, membutuhkan pengkayaan aktivitas rekreasi di dalam areal wisata. Saat ini belum ada kebutuhan akan nilai lebih dalam aktivitas berwisata di alam bebas belum dikembangkan oleh pihak pengelola taman.

4.2.2. Daya Tarik Wisata Alam

Obyek wisata memiliki daya tarik utama berupa hutan pinus yang sejuk, air terjun dengan aliran air yang cukup deras yang jatuh dari ketinggian 81 meter dan perilaku monyet ekor panjang yang berada di tengah wisatawan. Lebih dari 85 baik wisatawan, pedagang kaki lima dan pengelola menyukai kesejukan hutan dan air terjun sebagai daya tarik wisata alam. Namun untuk perilaku monyet, wisatawan 20, pedagang kaki lima 20 dan pengelola 10 tidak menyukainya. Menurut Djuwantoko et al. 2008, terdapat korelasi signifikan yang menunjukkan bahwa semakin khawatir wisatawan terhadap perilaku agresif monyet, maka semakin tidak menarik monyet tersebut menjadi obyek dan daya tarik wisata alam. 66 Sumber: data primer diolah Gambar 11. Persepsi Responden terhadap Daya Tarik pada Obyek Wisata Alam Ditinjau kelengkapan sarana wisata, hanya kurang dari 10 responden wisatawan yang tidak menyukainya. Kebersihan disukai oleh lebih dari 60 responden wisatawan dan dianggap sebagai daya tarik berwisata. Hanya kurang dari 10 responden wisatawan yang 20 40 60 80 100 Wisatawan Pedagang kaki lima Pengelola Wisatawan Pedagang kaki lima Pengelola Wisatawan Pedagang kaki lima Pengelola Wisatawan Pedagang kaki lima Pengelola wisatawan Pedagang kaki lima Pengelola Wisatawan Pedagang kaki lima Pengelola Wisatawan Pedagang kaki lima Pengelola Wisatawan Pedagang kaki lima Pengelola Wisatawan Pedagang kaki lima Pengelola A ir te rju n S ej uk ny a hu ta n P er ila ku m on ye t K et en an ga n be rw is at a M el im pa hn ya w is at aw an Le ng ka pn ya sa rp ra s K en ya m an an K eb er si ha n M ud ah ny a ak se s sangat tidak suka tidak suka netral suka sangat suka 67 mengeluhkan kebersihan. Di sisi lain, pedagang kaki lima dan pengelola 95 telah menganggap bahwa persoalan kebersihan dianggap telah teratasi dan dianggap sebagai daya tarik berwisata. Kenyamanan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam berwisata dan akan menjadi daya tarik bagi masyarakat lainnya untuk berkunjung. Sebanyak 65 responden wisatawa merasa nyaman dan hanya 5 yang tidak. Ditinjau dari segi melimpahnya wisatawan, maka secara ekonomi hal ini akan menguntungkan. Terbukti, lebih dari 90 responden baik pedagang kaki lima maupun pengelola, menyukai hal ini. Hal ini juga berimbas pada responden wisatawan 40 yang berpikiran sama. Di sisi lain, sebanyak 60 wisatawan menyukai ketenangan ketika berwisata. Akses lokasi wisata dianggap mudah oleh sebagian wisatawan 50, hanya 10 responden wisatawan dan 5 responden pengelola yang merasa kesulitan. Kemudahan akses akan menguntungkan bagi pengembangan obyek wisata. Namun bagi pedagang kaki lima dan pengelola yang hampir sebagian besar adalah warga setempat, aksesibilitas bukan menjadi persoalan dan merupakan daya tariknya untuk beraktivitas di TWA.

4.2.3. Pelayanan dan Kondisi Sarana dan Prasarana Wisata Alam