Persepsi Responden terhadap Konservasi dan Lingkungan

71 Jalan trek wisata misalnya, seharusnya dapat memberikan kesan positif bagi wisatawan. Jalan trek wisata ini selain berfungsi menghubungkan loket wisata ke areal wisata, juga merupakan wahana untuk menikmati sejuknya hutan konservasi dan keindahan alam. Kondisi permukaan jalan yang telah dibeton namun terjal dari Loket 1 ke areal wisata, dan kondisi permukaan jalan yang hanya diperkeras dengan batu gunung namun relatif landai dari Loket 2 ke areal wisata, seharusnya dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Hal ini dapat juga berarti bahwa pengelolaan sarana dan prasarana wisata belum optimal. Kreativitas dan inovasi masih dibutuhkan agar mampu mendukung daya tarik utama wisata alam yaitu sejuknya hutan pinus dan air terjun.

4.2.4. Persepsi Responden terhadap Konservasi dan Lingkungan

Berdasarkan Gambar 14., para responden menunjukkan ketidaksukaannya terhadap beberapa perilaku yang dianggap mengganggu. Vandalisme atau corat coret di lokasi wisata, misalnya, merupakan perilaku yang dianggap mengganggu kenyamanan berwisata. Entah bagaimana para oknum dapat menjalankan aksinya tanpa diketahui pihak lain. Perilaku ini telah merusak keindahan dan mengganggu kenyamanan berwisata. Coretan-coretan di bangku taman, jalan trek wisata bahkan pepohonan dengan mudah dapat dijumpai di tempat wisata. Tidak ada responden yang menyukai hal ini. Sumber: data primer diolah Gambar 14. Persepsi Responden Wisatawan terhadap Problematika Konservasi dan Lingkungan 20 40 60 80 100 Kerusakan hutan di Indonesia kepunahan tumbuhan dan satwa langka pencemaran dan kerusakan lingkungan perubahan iklim n=283; e≤5 sangat tidak bersedia tidak bersedia netral bersedia sangat bersedia 72 Kondisi ini dapat berarti bahwa wisatawan menyukai lingkungan yang bersih dan terawat. Secara langsung, ini merupakan indikasi bahwa responden wisatawan, Perdabita dan pengelola menyadari pentingnya memelihara lingkungan wisata alam. Kesadaran kolektif ini perlu untuk dikembangkan sebagai bagian dari upaya mengedukasi pentingnya keindahan dan kenyamanan di lingkungan wisata. Sampah khususnya sampah plastik, merupakan persoalan rumit yang dihadapi di tempat wisata. Hampir sebagian besar pedagang kaki lima memperjualbelikan makanan dan minuman berbungkus plastik. Hampir 20 responden Perdabita menyukai penggunaan plastik sekali pakai tersebut, namun 50 lainnya tidak menyukainya. Responden pengelola 80 dan responden wisatawan 60 menyatakan tidak menyukai penggunaan plastik ini. Hal ini merupakan cermin adanya kesadaran lingkungan tentang dampak sampah plastik yang sulit diantisipasi. Perilaku memberikan memberi pakan monyet, disukai oleh „20 responden, namun tidak sukai oleh „25 responden lainnya. Hampir berimbang. Masih diperlukan strategi untuk mendapatkan manfaat dalam menikmati interaksi satwa liar dan dalam mengedepankan kepentingan ekologis. Sedangkan perilaku berjalan di luar trek wisata dianggap mengganggu oleh responden wisatawan „40, pedagang kaki lima „60 dan pengelola „70. Namun „15 para responden menyatakan tidak terganggu. Tingkat pendidikan turut menentukan bagaimana responden menyikapi problematika konservasi dan lingkungan pada cakupan yang lebih kompleks. Perubahan iklim, pencemaran dan kerusakan lingkungan, kepunahan flora fauna langka dan kerusakan hutan di Indonesia merupakan contoh problematika yang cukup kompleks. Gambar 10 ditunjukkan bahwa 81 responden wisatawan adalah berpendidikan setara SLTA hingga Strata 2 Magister. Gambar 15 berikut, terlihat bahwa lebih dari 60 responden wisatawan menyatakan sikap bersedia untuk 73 turut berpartisipasi mengatasi beberapa problematika konservasi dan lingkungan. Hanya kurang dari 10 yang menyatakan tidak bersedia. Secara reflektif, persepsi ketergangguan terhadap perilaku-perilaku yang tidak bersahabat tersebut merupakan petunjuk bahwa sebagian besar para responden cenderung untuk tidak akan berperilaku demikian. Kondisi ini juga mengisyaratkan bahwa para responden memiliki pemahaman dan kesadaran terhadap upaya konservasi dan peningkatan mutu lingkungan. Hal ini merupakan peluang yang dapat diarahkan dalam rangka mengedukasi para responden tentang konservasi dan lingkungan. Sumber: data primer diolah Gambar 15. Persepsi Responden terhadap Kesadaran Konservasi dan Lingkungan

4.2.5. Partisipasi Responden terhadap Konservasi dan Lingkungan