73
turut berpartisipasi mengatasi beberapa problematika konservasi dan lingkungan. Hanya kurang dari 10 yang menyatakan tidak bersedia.
Secara reflektif, persepsi ketergangguan terhadap perilaku-perilaku yang tidak bersahabat tersebut merupakan petunjuk bahwa sebagian
besar para responden cenderung untuk tidak akan berperilaku demikian. Kondisi ini juga mengisyaratkan bahwa para responden memiliki
pemahaman dan kesadaran terhadap upaya konservasi dan peningkatan mutu lingkungan. Hal ini merupakan peluang yang dapat diarahkan dalam
rangka mengedukasi para responden tentang konservasi dan lingkungan.
Sumber: data primer diolah
Gambar 15. Persepsi Responden terhadap Kesadaran Konservasi dan
Lingkungan
4.2.5. Partisipasi Responden terhadap Konservasi dan Lingkungan
Selain menyatakan sikap pedulinya, sebanyak 52 responden wisatawan menyatakan telah turut berpartisipasi secara aktif terhadap
kegiatan bertema konservasi atau lingkungan yang diselenggarakan oleh suatu institusi. Bahkan 26 di antaranya berpartisipasi dua hingga
sebelas kali tiap tahunnya. Namun masih ada 48 responden wisatawan yang menyatakan belum pernah berpartisipasi.
20 40
60 80
100 Wisatawan
Pedagang kaki lima Pengelola
Wisatawan Pedagang kaki lima
Pengelola Wisatawan
Pedagang kaki lima Pengelola
Wisatawan Pedagang kaki lima
Pengelola
B er
ja la
n di
lu ar
tr ek
M em
be ri
pa ka
n m
on ye
t C
or at
- co
re tv
an da
lis m
e P
en gg
un aa
n pl
as tik
se ka
li pa
ka i
sangat terganggu terganggu
netral tidak terganggu
sangat tidak terganggu
74
Sumber: data primer diolah
Gambar 16. Partisipasi Wisatawan Secara Kelembagaan Terhadap Kegiatan Bertema Konservasi atau Lingkungan
Secara umum, pernyataan frekuensi partisipasi ini menunjukkan bahwa sebagian wisatawan merupakan masyarakat yang peduli terhadap
konservasi dan lingkungan yang telah tercermin dalam bentuk tindakan partisipatif. Sebagian yang lain belum menunjukkan bentuk tindakan
partisipatifnya. Namun sebagaimana Gambar 15 di atas, terdapat lebih dari 60 responden wisatawan yang menyatakan bersedia untuk
berpartisipasi dalam kegiatan konservasi dan lingkungan. Hal ini memperbesar peluang untuk diberikannya edukasi konservasi atau pun
lingkungan di tempat wisata. Edukasi ini dapat diberikan sebagai bagian dari produk jasa wisata maupun sebagai tema berwisata alam. Salah satu
bentuk partisipasinya misalnya paket wisata penanaman pohon atau tanaman hias.
4.2.6. Aspirasi Responden terhadap Konservasi dan Lingkungan
Responden wisatawan, pedagang kaki lima Perdabita dan pengelola juga telah memberikan usulan konstruktif sebagai bentuk
aspirasi dalam pengelolaan tempat wisata. Beberapa hal utama yang diusulkan oleh para responden tersebut antara lain mengenai fasilitas
edukasi termasuk aktivitas permainan outbond, papan petunjuk, , sampah, kebersihan, toilet, kondisi jalan trek wisata, bentuk interaksi dengan
monyet, perparkiran, promosi wisata, fasilitas bangku taman dan petugas keamanan; sebagaimana Lampiran 5, 6 dan 7.
Responden wisatawan mengusulkan agar fasilitas edukasi konservasi dan lingkungan diperbanyak, termasuk pula permainan
belum pernah 48
1 kali tiap tahun 26
2-4 kali tiap tahun
18 5-10 kali tiap
tahun 5
11 kali tiap tahun
3
Frekuensi Partisipasi
n=283; e≤5
75
outbond dan permainan anak-anak lainnya. Usulan ini dapat diakomodir selama dalam bingkai edukasi konservasi dan lingkungan. Tema ini akan
menjadi pembeda bentuk permainan yang ditawarkan di TWA. Salah satu contohnya adalah paket wisata outbond untuk anak-anak berupa
permainan flying fox menggunakan pohon media pengikat tali dan sungai media perlintasan sebagai fokusnya. Edukasi dapat diberikan
alam bentuk penjelasan tentang pentingnya pohon dan sungai bagi kehidupan manusia.
Responden wisatawan dan Perdabita juga mengusulkan agar tempat sampah diperbanyak baik di sepanjang jalan trek wisata maupun
di areal wisata. Sampah plastik merupakan limbah anorganik yang mudah dijumpai di TWA, sedangkan sampah serasah atau limbah organik
umumnya dapat tersamarkan oleh kondisi alami TWA. Jalan trek dan areal wisata umumnya dalam kondisi bersih dan terawat dari sampah organik.
Namun sampah plastik akan selalu bermunculan selama ada wisatawan sehingga selain himbauan kebersihan, perlu pula penyediaan tempat
sampah dalam jumlah memadai. Kondisi juga telah disadari oleh responden pengelola dengan mengusulkan tentang perlunya peningkatan
kedisplinan dan kebersihan lingkungan. Responden wisatawan dan Perdabita mengusulkan agar ada
penambahan petugas keamanan terutama untuk turut membantu mengamankan barang-barang wisatawan dari agresifitas monyet. Petugas
keamanan memiliki peran penting dalam memantau aset wisata baik berupa kondisi ekologi maupun sarana prasarana wisata dari gangguan
wisatawan. Petugas keamanan juga dapat memantau kenyamanan wisatawan baik dari gangguan sesama wisatawan maupun dari gangguan
monyet. Penempatan petugas keamanan dapat dilakukan di lokasi rawan gangguan terutama di areal utama wisata. Petugas keamanan juga
dimungkinkan untuk berpatroli di tempat wisata. Petugas keamanan dapat berasal dari unsur pengelola taman maupun dari BKSDA Jawa Tengah.
Responden wisatawan dan Perdabita mengusulkan agar ada penanganan tertentu dalam menghadapi agresivitas monyet. Selain
76
melalui penambahan petugas keamanan, dalam jangka pendek, pengendalian monyet ini dapat dilakukan melalui adanya jaminan
ketersediaan pakan bagi monyet. Ketergantungan monyet terhadap pakan non alami telah membuat perubahan perilaku. Untuk mengembalikan
habituasi monyet ke pakan alami akan membutuhkan waktu beberapa generasi.
Responden wisatawan dan Perdabita juga mengusulkan tentang perbaikan kondisi jalan trek wisata yang relatif terjal terutama saat pulang
dari areal wisata ke Loket 1 atau dari Loket 2 ke areal wisata. Namun melihat kondisi yang ada, melandaikan jalan trek wisata bukanlah pilihan
yang sederhana. Hal ini karena akan merubah kondisi alami bahkan berpotensi akan merubah bentang alam. Upaya yang dapat dilakukan
adalah mengkondisikan wisatawan agar memahami bahwa perjalanan terjal mendaki merupakan bagian dari aktivitas menikmati wisata alam.
Papan himbauan untuk memotivasi perjalanan mendaki ini perlu untuk dibingkai sebagai bagian dari edukasi konservasi dan lingkungan.
4.2.7. Aktivitas Wisata Alam