PBB Sebagai Organisasi Internasional Yang Memiliki Perhatian Terhadap Penegakan HAM

2. Mekanisme kerja PBB dalam menanggapi berbagai permasalahan penegakan HAM

Diproklamasikannya Universal Declaration of Human Rights oleh Dewan Umum PBB pada tahun 1948, memunculkan hak-hak dan kebebasan dasar dimana baik pria maupun wanita memiliki hak untuk – diantara mereka hak untuk hidup, kebebasan dan kebangsaan; kebebasan berpikir, memiliki keyakinan, dan beragama; hak untuk bekerja dan mendapatkan pendidikan; hak untuk mendapatkan makanan dan tempat tinggal; dan hak untuk bisa ambil bagian di dalam pemerintahan.

Hak-hak tersebut terikat secara hukum oleh dua perjanjian internasional, dimana hampir seluruh negara di dunia terlibat di dalamnya. Perjanjian pertama adalah perjanjian yang menyepakati tentang hak-hak dalam sosial dan budaya,

System”, arsip pada http://www.un.org/Overview/uninbrief/chapter1_unsystem.html , diakses tanggal 27 September 2008.

37 Situs

Resmi

PBB,

“The

UN UN

Universal Declaration of Human Rights menelurkan landasan kerja bagi sekitar 80 perjanjian dan deklarasi tentang HAM, termasuk dua perjanjian internasional; perjanjian untuk menghapuskan diskriminasi ras dan diskriminasi terhadap perempuan; perjanjian tentang hak-hak anak, perjanjian melawan kekerasan dan perlakuan yang merendahkan martabat di dalam sebuah hukuman, perjanjian mengenai status pengungsi dan perjanjian tentang pencegahan dan hukuman terhadap kejahatan genosida; dan deklarasi tentang hak-hak kepemilikan pribadi seseorang di dalam kerangka bangsa, etnis, agama, atau bahasa minoritas, hak untuk berkembang, dan hak-hak para pembela/penegak HAM.

Dengan kerngka kerja dan standar penegakan HAM yang hampir lengkap tersebut, PBB berusaha untuk meningkatkan perhatiannya terhadap usaha-usaha PBB dalam HAM untuk menerapkan hukum-hukum HAM. Dalam hal ini, High Commissioner for Human Rights , yang mengkoordinasikan berbagai kegiatan HAM PBB, bekerja dengan pemerintah negara-negara dunia untuk meningkatkan penegakan dan ketaatan terhadap HAM di negara-negara tersebut, mencari pencegahan-pencegahan terjadinya tindak kekerasan, dan bekerja lebih dekat dengan mekanisme HAM PBB.

Selanjutnya, UN Commission on Human Rights, sebuah badan antar negara, melaksanakan pertemuan-pertemuan publik untuk melihat bagaimana Selanjutnya, UN Commission on Human Rights, sebuah badan antar negara, melaksanakan pertemuan-pertemuan publik untuk melihat bagaimana

Badan-badan HAM yang berada di bawah PBB memiliki kontribusi dalam memberikan peringatan awal dan pencegahan konflik. Beberapa operasi penjaga perdamaian PBB juga memiliki komponen HAM di dalamnya. Keseluruhan bidang kegiatan HAM PBB, dilakukan di sekitar 30 negara atau wilayah. Mereka membantu memperkuat kapasitas HAM nasional di dalam lembaga-lebaga legislatif, pemerintahan, dan pendidikan; menyelidiki berbagai laporan terjadinya kekerasan; dan membantu pemerintah negara-negara tersebut untuk mengambil perangkat yang tepat dalam menegakan HAM jika diperlukan.

PBB dalam usahanya untuk menegakan HAM, memiliki sebuah mekanisme kerja khusus. Mekanisme kerja ini dapat dilihat dan dipahami dari sebuah sistem perjanjian (pakta) atau yag dikenal dengan sebutan The United

Nations Human Rights Treaty System 38 , yang dapat dilihat dari bagan berikut:

38 Office of The United Nations High Commissioner for Human Rights, “The United Nations Human Rights Treaty System; An Introduction to the core human rights treaties and the treaty

bodies”, Fact Sheet No. 30, arsip pada http://www2.ohchr.org/english/bodies/docs/OHCHR- FactSheet30.pdf , hlm. 10, diakses tanggal 27 September 2008.

Dari bagan di atas diketahui bahwa traktat-traktat yang telah dihasilkan oleh PBB adalah sebagai berikut: 39

1) Universal Declaration of Human Rights (1948) : merupakan deklarasi konsep HAM secara universal yang kemudian dijadikan dasar bagi penciptaan berbagai traktat dan perjanjian internasional tentang HAM.

2) International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (1965) : merupakan perjanjian internasional pertama yang dihasilkan oleh Komisi HAM di dalam Dewan Umum PBB yang didasarkan kepada kondisi diskriminasi rasial oleh rezim Pemerintah Afrika Selatan terhadap warga kulit hitam di negara tersebut.

3) The International Bill of Human Rights (1966) : merupakan gabungan dari Universal Declaration of Human Rights, the International Covenant on Civil and Political Rights, dan the International Covenant on Economi, Social, and Cultural Rights .

4) International Covenant on Civil and Political Rights (1966) : merupakan perjanjian yang mengelaborasi hak-hak sipil dan politik yang tertuang di dalam Universal Declaration of Human Rights, dengan tambahan beberapa hak, seperti hak-hak para tahanan (Pasal

10) dan perlindungan terhadap kelompok minoritas (Pasal 27).

5) International Covenent on Economic, Social, and Cultural Rights (1966): sama seperti perjanjian tentang hak-hak sipil dan politik di atas, perjanjian ini dibuat berdasarkan hak-hak yang tercantum di

39 Ibid, Office of The United Nations High Commissioner for Human Rights, hlm. 9-20.

dalam Universal Declaration of Human Rights dalam rangka mengoperasionalisasikan hak-hak tersebut, dan membuat langkah- langkah teknis agar hak-hak tersebut, khususnya hak-hak dalam ekonomi, sosial, dan budaya dapat direalisasikan.

6) Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women (1979): merupakan perjanjian internasional yang dibuat untuk merespon fenomena khusus – diskriminasi terhadap perempuan berdasarkan gender. Tujuan yang diharapkan dari perjanjian ini adalah terciptanya kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan secara objektif.

7) Convention Againts Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (1984): merupakan perjanjian yang dikembangkan dari perjanjian sebelumnya, yaitu perjanjian atas hak- hak sipil dan politik. Dalam perjanjian hak sipil dan politik tersebut, pada Pasal 7 dinyatakan tentang larangan terhadap penyiksaan, kekejaman, perlakuan yang tidak berprikemanusiaan atau bentuk- bentuk hukuman yang merendahkan martabat kemanusiaan. Utnuk mengembangkan dan mengoperasionalisasikan larangan tersebut menjadi langkah-langkah yang lebih teknis, maka dibuatlah perjanjian ini.

8) Convention on the Rights of Child (1989): merupakan perjanjian internasional pertama yang menjamin secara khusus hak-hak anak di bawah usia 18 tahun. Perjanjian ini mewajibkan setiap negara yang 8) Convention on the Rights of Child (1989): merupakan perjanjian internasional pertama yang menjamin secara khusus hak-hak anak di bawah usia 18 tahun. Perjanjian ini mewajibkan setiap negara yang

9) International Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and Member of Their Families (1990): merupakan perjanjian internasional yang memberikan jaminan hak-hak para pekerja migran beserta dengan keluarganya. Hak-hak yang dijamin meliputi seluruh proses migrasi, mulai dari persiapan migrasi, keberangkatan, transit, sampai para pekerja tersebut menetap dan memulai aktifitasnya di negara tujuan. Hampir sebagian besar ketentuan yang diatur di dalam perjanjian ini relevan atau dikenakan bagi negara tujuan para pekerja migran.

Kesembilan traktat di atas, dalam mengaplikasikan dan mengawasi pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam masing-masing peraturan, maka PBB membuat badan khusus yang bertugas mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan ketentuan-ketentuan di dalam perjanjian-perjanjian tersebut, badan ini kemudian dikenal dengan istilah Treaty Bodies (Badan-badan Perjanjian/Traktat).

Tujuh traktat internasional HAM utama di atas menciptakan kewajiban- kewajiban hukum bagi negara-negara yang terlibat di dalamnya untuk mempromosikan dan melindungi HAM pada tingkatan nasional. Ketika sebuah negara menerima satu dari perjanjian-perjanjian tersebut melalui proses ratifikasi, penerimaan, atau penggantian, maka hal tersebut memberikan asumsi bahwa ada Tujuh traktat internasional HAM utama di atas menciptakan kewajiban- kewajiban hukum bagi negara-negara yang terlibat di dalamnya untuk mempromosikan dan melindungi HAM pada tingkatan nasional. Ketika sebuah negara menerima satu dari perjanjian-perjanjian tersebut melalui proses ratifikasi, penerimaan, atau penggantian, maka hal tersebut memberikan asumsi bahwa ada

Ketika sebuah perjanjian telah diterima, maka hal tersebut sekaligus pengakuan bahwa negara-negara yang terlibat di dalam perjanjian tersebut akan melakukan usaha-usaha dan memberikan bantuan serta pendampingan untuk meletakan perangkat-perangkat yang penting yang dapat menjamin bahwa hak- hak yang ada di dalam perjanjian tersebut dapat dilaksanakan atau berlaku bagi setiap orang di dalam negara tersebut, hal ini juga dalam rangka memenuhi kewajiban internasional. Oleh karena itu, masing-masing perjanjian menciptakan sebuah komite internasional yang terdiri dari para ahli yang independen untuk mengawasi, dengan berbagai perangkat yang ada, pelaksanaan ketentuan- ketentuan yang ada di dalam masing-masing perjanjian.

Pelaksanaan dari ketujuh perjanjian internasional HAM yang utama tersebut, di awasi oleh tujuh badan pengawas perjanjian, yaitu sebagai berikut: 40

1) The Committe on the Elimination of Racial Discrimination (CERD): merupakan badan perjanjian pertama yang dibentuk oleh PBB, dan telah melakukan pengawasan pelaksanaan International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination sejak tahun 1969.

40 Ibid, Office of The United Nations High Commissioner for Human Rights, hlm. 23-24.

2) The Committee on Economic, Social, and Cultural Rights (CESCR): dibentuk pada tahun 1987 untuk mengemban mandat pengawasan dari Economic and Social Council (ECOSOC), yang wewenangnya berada di bawah International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights .

3) The Human Rights Committee (HRC): dibentuk pada tahun 1976 untuk mengawasi pelaksanaan dari International Covenant on Civil and Political Rights .

4) The Committee on the Elimination of Discrimination against Women (CEDAW): badan yang telah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women oleh para negara peserta perjanjian tersebut sejak tahun 1982.

5) The Committee against Torture (CAT) : dibentuk pada tahun 1987, telah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment .

6) The Committee on the Rights of Child (CRC): dibentuk sejak tahun 1990, telah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Convention on the Rights of the Child oleh negara-negara peserta perjanjian tersebut, sama halnya dengan dua Optional Protocol yang diberikan kepada CRC yang mengatur masalah anak-anak yang menjadi tentara dan eksploitasi terhadap anak.

7) The Committee on Migrant Workers (CMW): badan ini melaksanakan sesi pertemuan pertamanya pada bulan Maret 2004 dan akan melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan International Convention on the Protection of the rights of All Migrant Workers and Members of Their Families .

Mekanisme Treaty System di atas, dalam pelaksanaan kerjanya dikoordinasikan oleh United Nations Commission on Human Rights (UNCHR) yang berada di bawah Dewan Umum PBB yang khusus menangani masalah penegakan HAM di seluruh dunia.

Melalui resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Umum PBB no. A/RES/60/251 tanggal 15 Maret 2006, dibentukklah United Nations Human Rights Council (UNHRC). UNHRC merupakan badan antar pemerintah dibawah Dewan Umum PBB yang menggantikan posisi UNCHR. Tujuan utama dibentuknya UNHRC adalah untuk memberikan rekomendasi kepada Dewan Umum PBB tentang berbagai situasi di dunia, khususnya di negara-negara anggota PBB, terkait dengan adanya pelanggaran HAM. Oleh karena itu, UNHRC sebenanrnya tidak memiliki kewenangan apapun kecuali hanya sekedar

memberikan rekomendasi bagi Dewan Umum PBB. 41 Penindaklanjutan rekomendasi yang diberikan oleh UNHRC akan dilakukan oleh Dewan Umum

PBB bersama dengan DK PBB.

Rights Council”, http://en.wikipedia.org/wiki/United_Nations_Human_Rights_Council , diakses tanggal Mei 2009.

41 Wikipedia,

“United

Nations

Human

Dalam melakukan pengawasan terhadap penegakan HAM di negara- negara anggota PBB, ada sebuah mekanisme yang disebut dengan Special Procedure , sebuah mekanisme untuk mengawasi tindak-tindak pelanggaran HAM di negara tertentu atau untuk mengkaji isu-isu tentang HAM pada tataran global, yang dibuat oleh UNCHR dan diteruskan kembali oleh UNHRC. Masing-masing Special Procedure ini dapat terdiri dari individu-individu yang disebut Special Rapporteurs , Special Representatives, atau Independent Experts, yang memimpin para ahli di bidang HAM dalam tugas pada wilayah/bidang HAM tertentu atau kelompuk kerja yang bisanya terdiri dari lima orang. Berbagai aktifitas dapat dilakukan oleh Special Procedure, mulai dari menerima pengaduan individu, memimpin berbagai kegiatan kajian tentang HAM, memberikan saran dalam kerjasama-kerjasama teknis, dan melakukan berbagai kegiatan promosi penegakan HAM. Mekanisme khusus ini dikategorikan berdasarkan mandat thematic (personal) dan mandat negara. Saat ini terdapat 29 mandat thematic dan

13 mandat negara yang berada di bawah mekanisme Special Procedure. 42 Secara umum di dalam PBB, mekanisme pengawasan dan penegakan

HAM diawasi dan dikaji oleh UNHRC yang kemudian menyusun sebuah rekomendasi bagi Dewan Umum PBB mengenai langkah-langkah dan kebijakan yang perlu diambil untuk menyelesaikan masalah-masalah pelanggaran dan penegakan HAM. Selanjutnya Dewan Umum PBB akan mengeluarkan sebuah resolusi yang bisa berisi, pernyataan, permintaan, dan tekanan terhadap negara-

42 Office of The United Nations High Commissioner for Human Rights, “Special Procedure”,

http://www.ohchr.org/english/bodies/chr/special/docs/13threport.AEV.pdf , diakses tanggal September.

negara tertentu dimana kasus pelanggaran HAM, khususnya yang bersifat berat terjadi. Jika diperlukan, pada kasus-kasus pelanggaran HAM yang sangat berat, seperti pada situasi perang, PBB melalui DK PBB, dapat mengirimkan pasukan militer yang bertugas menjaga perdamaian (menciptakan gencatan senjata, memisahkan dua pihak yang bertikai), sehingga para petugas PBB, dunia internasional, termasuk berbagai organisasi internasional dapat memberikan bantuan serta dapat melakukan penyelidiakan terhadap perang yang terjadi, termasuk melihat apakah terdapat unsur pelanggaran HAM yang terjadi pada perang tersebut.