Gambaran Umum Pemerintahan Junta Militer Myanmar

A. Gambaran Umum Pemerintahan Junta Militer Myanmar

1. Sejarah Pemerintahan Militer di Myanmar

Pada tanggal 4 Januari 1948, bangsa Myanmar atau Burma, mencapai kemerdekaannya dan menjadi sebuah negara republik dengan Union of Burma, dengan Sao Shwe Thaik sebagai presiden pertamanya dan U Nu sebagai perdana menteri pertamanya. Tidak seperti negara-negara kolonial Inggris sebelumnya, Myanmar tidak menjadi anggota negara persemakmuran Inggris. Pada awal kemerdekaan ini, sistem parlemen bicameral (dua kamar) dibentuk, yang terdiri

dari Chamber of Deputies dan Chamber of Nationalities. 69 Wilayah Myanmar yang diakui sejak kemerdekaannya dapat dilihat dalam Panglong Agreement,

yang meliputi wilayah Burma Atas, Burma Bawah, dan Wilayah Depan, yang telah dikuasai dan diperintah melalui pemerintahan yang berbeda oleh Inggris. 70

Pada tahun 1961, U Thant, Perwakilan Tetap Burma di PBB dan Sekretaris pertama Perdana Menteri Burma, terpilih menjadi Sekretaris Umum PBB; dia merupakan orang non-barat pertama yang menjadi pemimpin sebuah

Union of Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar , diakses tanggal 20 Desember 2008.

70 Smith, Martin (1991). “Burma -Insurgency and the Politics of Ethnicity”. London and New Jersey: Zed Books, hlm. 42-43.

organisasi internasional dan menjadi Sekretaris Umum PBB selama 10 tahun. 71 Diantara para tokuh Burma, yang juga bekerja di PBB pada saat U Thant menjadi

Sekretaris Umum PBB adalah Aung San Suu Kyi, yang selanjutnya menjadi tokoh gerakan demokrasi yang menentang pemerintahan junta militer Myanmar hingga saat ini.

Pemerintahan demokratis di Myanmar berakhir pada tahun 1962 pada saat Jendral Ne Win memimpin sebuah kudeta militer. Setelah itu di memerintah selama 26 tahun dan melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah di bawah dogma Burmese Way to Socialism. Diantara tahun 1962 dan 1974, Burma diperintah oleh sebuah dewan revolusi yang dipimpin oleh Jendral Ne win, dan hampir seluruh aspek masyarakat (bisnis, media, produksi, dan lain-lain) telah dinasionalisasi oleh pemerintah atau diambil alih pengaturannya oleh pemerintah

(termasuk perusahaan Boy Scouts). 72 Dalam usahanya untuk mengkonsolidasikan kekuatan, Jendral Ne win dan banyak Jendral tinggi lainnya yang berhenti dari

militer dan mengambil pos-pos sipil, melaksanakan pemilihan umum dengan sistem satu partai sejak tahun 1974. diantara tahun 1974 dan 1988, Burma secara efektif diperintah oleh Jendral Ne win melalui Burma Socialist Programme Party

(BSPP). 73

71 Aung Zaw. "Can Another Asian Fill U Thant's Shoes?". The Irrawaddy September 2006.

72 Myint-U, Thant (2006). “The River of Lost Footsteps”, ISBN 0-374-16342-1, dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 20 November 2008.

73 Fink, Christina (2001). Living Silence:Burma under Military Rule. ISBN 1-8564-9926- X, arsip pada Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 20

November 2008.

Sejak awal mula pemerintahan militer di Myanmar, telah terjadi berbagai aksi protes yang bersifat sporadis menentang pemerintahan militer, kebanyakan dari aksi tersebut diorganisir oleh mahasiswa, dan hampir di setiap aksi demonstrasi, pemerintah militer mengatasinya dengan cara represif dan tindak kekerasan. Pada tanggal 7 Juli 1962, pemerintah membubarkan aksi demonstrasi

di Universitas Rangoon yang mengakibatkan 15 mahasiswa tewas. 74 Pada tahun 1974, kekerasan militer kembali terjadi dalam menangani aksi demonstrasi anti

pemerintah pada saat pemakaman U Thant. Berbagai aksi anti pemerintah yang dilakukan oleh mahasiswa pada tahun-tahun berikutnya, yaitu tahun 1975, 1976, dan 1977, secara cepat ditumpas dengan menggunakan kekuatan militer oleh

pemerintah. 75 Pada tahun 1988, kekacauan di sektor ekonomi akibat dari kesalahan

menajemen pemerintah dan terus dilakukannya berbagai tekanan politik terhadap masyarakat oleh pemerintah membawa terjadinya perluasan demonstrasi pro- demokrasi di seluruh negeri yang kemudian dikenal dengan peristiwa/gerakan 8888 Uprising . Pada peristiwa tersebut, pasukan keamanan pemerintah membunuh ribuan demonstran, dan kemudian Jendral Saw Maung melakukan sebuah kudeta militer dan membentuk State Law and Order Restoration Council (SLORC). Pada tahun 1989, SLORC mendeklarasikan martial law paska terjadinya aksi demonstrasi dalam skala luas. Setelah itu pemerintah yang

74 Op.Cit., Myint-U, Thant (2006). 75 Op.Cit., Fink, Christina (2001).

dibentuk oleh Saw Maung menyelesaikan rencana pemilihan umum untuk Dewan Rakyat pada tanggal 31 Mei 1989. 76

SLORC selanjutnya merubah versi bahsa inggris nama negara dari Union of Burma menjadi Union of Myanmar pada tahun 1989. Hal ini mengakibatkan kebingungan di masyarakat dimana seluruh media di negara tersebut menyebut nama negara dengan sebutan Myanmar, akan tetapi banyak pihak/negara lain yang masih menyebut nama negara dengan sebutan Burma. Dalam kebanyakan kasus, negara-negara yang masih menyebut dengan sebutan Burma, merupakan sebuah pernyataan politik. Dengan tidak mengakui nama Myanmar, maka hal tersebut merupakan salah satau bentuk penolakan terhadap legitimasi pemerintahan junta militer. Hal ini tidak hanya terjadi diantara kelompok- kelompok penegak HAM saja, akan tetapi banyak pemerintah seperti AS, Inggris, dan Perancis, yang secara resmi masih menggunakan nama Burma untuk menyebut negara Myanmar. Nama Burma sendiri sebenarnya diberikan oleh pemerintah kolonial Inggris. Sedangkan nama Myanmar merupakan nama mata uang nasional yang digunakan sejak pertama kali pemerintahan demokratik berdiri.

Pada bulan Mei 1990, pemerintah melaksanakan pemilihan umum yang bebas untuk pertama kalinya sejak 30 tahun. National League for Democracy (NLD), partai yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi, memenangkan 392 kursi dari total 489 kursi yang tersedia, akan tetapi hasil pemilu tersebut kemudian

76 "PYITHU HLUTTAW ELECTION LAW". State Law and Order Restoration Council. iBiblio.org, dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal

20 November 2008.

dianulir oleh SLORC, yang menolak untuk turun dari pemerintahan. 77 Pada tahun 1992, SLORC mengumumkan rencana untuk membuat sebuah konstitusi baru

melalui sebuah lembaga yang disebut National Convention yang akan dimulai pada tanggal 9 Januari 1993. Melalui National Convention ini pemerintah junta militer Myanmar memproklamasikan tujuh langkah jalan menuju demokrasi. Pembentukan National Convention ini dilakukan pemerintah junta untuk mengobati kekecewaan masyarakat luas akibat dianulirnya hasil pemilu pada tahun 1990 dan berjanji bahwa melalui National Convention yang terdiri dari perwakilan seluruh partai politik dan kelompok-kelompok etnik di Myanmar, akan memulai sebuah transisi ke arrah demokrasi Pada perkembangannya National Convention ini sendiri akhirnya bubar setelah NLD menarik diri dari National Convention pada tahun 1996.

Pemerintahan Junta militer Myanmar berubah nama menjadi State Peace and Development Council (SPDC) pada tahun 1997, akan tetapi tidak merubah kebijakan pemerintah yang bersifat otokrasi dan melakukan kebijakan yang represif terhadap pihak oposisi yang demokratis. Dalam hal ini Pemerintah Junta militer Myanmar menjadikan Aung San Suu Kyi sebagai subjek dari berbagai bentuk penahanan dan hambatan-hambatan lainnya bagi gerakan yang dilakukan oleh Aung San Suu Kyi.

Pada tahun 2000, SPDC mulai membuka pembicaraan dengan kelompok oposisi politik pemierntah yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Pembicaraan

77 Khin Kyaw Han, "1990 MULTI-PARTY DEMOCRACY GENERAL ELECTIONS". National

Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar , diakses tanggal 20 November 2008.

League for

Democracy .

iBiblio.org,

arsip

pada

ini diikuti dengan pembebasan beberapa tahanan politk dan peningkatan terhadap kebebasan/ruang gerak bagi aktifitas politik NLD. Pada bulai Mei 2002, Aung San Suu Kyi diperbolehkan untuk keluar dari rumahnya, yang kemudian dimanfaatkan Suu Kyi untuk melakukan perjalanan mengelilingi negeri, dimana di tiap daerah dia disambut dengan hangat oleh masyarakat. Pada tanggal 30 Mei 2003, Aung San Suu Kyi beserta iring-iringan pendukungnya diserang oleh kelompok yang berafiliasi dengan pemerintah. Banyak anggota dari iringan- iringan pendukung tersebut yang tewas atau terluka, dan yang lainnya hilang. Aung san Suu Kyi dan beberapa anggota partainya kemudian ditahan, dan Pemerintah Junta militer Myanmar menutup secara paksa kantor NLD. Saat ini hanya kantor pusat NLD di Rangoon saja yang masih buka, sedangkan kantor dari partai politik oposisi lainnya telah ditutup secara paksa oleh pemerintah, dan

Aung san Suu Kyi masih menjadi tahanan rumah. 78 Atas dasar keinginan untuk tetap mempertahankan kekuasaan, pemerintah

junta membentuk kembali sebuah konvensi nasional pada bulan Mei 2004 tanpa melibatkan NLD dan kelompok-kelompok etnik yang pro-demokrasi. Dengan waktu yang singkat National Convention jilid II terbentuk dan pada bulan September 2007, pemerintah menutup proses “penyusunan” prinsip-prinsip dalam konstitusi Myanmar yang baru. Para delegasi yang hadir dalam konvensi nasional tersebut tidak diijinkan untuk melakukan debat terbuka, diskusi, atau berusaha untuk mengubah prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Pada bulan Oktober 2007,

78 US Secretary for Public Diplomacy and Public Affairs, “Union of Burma”, Desember 2008, http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/35910.htm, diakses tanggal 3 Juni 2009.

SPDC menjanjikan 54 orang untuk duduk di dalam komite penyusunan konstitusi, akan tetap tidak memasukan satu orang pun anggota dari NLD atau kelompok oposisi pro-demokrasi. Pada tanggal 5 Februari 2008, pemerintah mengumumkan selesainya kerja komite penyusun konstitusi dan mengumumkan akan melaksanakan sebuah referendum nasional atas konstitusi baru tersebut pada bulan Mei 2008, dengan rencana untuk mengadakan pemilu dengan sistem multi partai pada tahun 2010.

Pada tanggal 10-24 Mei 2008, pemerintah menyelenggarakan referendum nasional di dalam suasana ketakutan dan intimidasi dan di tengah-tengah bencana kemanusiaan yang disebabkan oleh badai Nargis. Dalam referendum tersebut, pemerintah mengakui 92.5% (dengan jumlah pemilih sebanyak 98% dari total

usia pemilih di Myanmar) pemilih menyetujui konstitusi baru. 79 Dalam hal ini, proses dan hasil dari referendum tersebut diakui oleh dunia internasional sebagai

sebuah referendum yang tidak dapat dipercaya kebenarannya. Di bawah konstitusi baru tersebut, pemerintah akan menjalankan pengawasan yang ketat terhadap kinerja pemerintah itu sendiri, memberikan militer kewenangan untuk masuk dan menguasai pemerintahan jika hal tersebut dianggap penting.

Pada bulan November 2005, tanpa diduga pemerintah memindahkan ibukota negara dari Rangoon ke Nay Pyi Taw, tanpa proses sosialisasi, bahkan persetujuan dari masyarakat Myanmar sendiri, yang akhirnya mengakibatkan pemerintah diisolasi oleh dunia internasional dan oleh masyarakat Myanmar

79 Op. Cit., Khin Kyaw Han (2003-02-01). "1990 MULTI-PARTY DEMOCRACY GENERAL ELECTIONS".

sendiri. Nay Pyi Taw adalah daerah dengan tingkat populasi penduduk yang rendah, yang terletak diantara Rangoon dan Mandalay. Sebagian besar pegawai pemerintah dan kementrian pindah ke Nay Pyi Taw dalam jangka waktu selama 6 bulan, dan pembangunan administrasi ibukota yang baru dilanjutkan tanpa mempedulikan kecaman dunia internasional dan suara sinisme dari masyarakat

Myanmar sendiri. 80 Pemerintah Junta militer Myanmar masih bertahan hingga saat ini dan

tetap menjalankan kebijakannya yang otoriter dan menutup keran demokrasi serta saluran aspirasi politik masyarakat Myanmar.

2. Arah dan kebijakan dalam dan luar negeri Pemerintah Junta Militer Myanmar

Hubungan luar negeri Myanmar, khususnya dengan negara-negara barat, tidak terlalu baik, hal ini berkaitan dengan otoritarianisme pemerintah junta militer Myanmar dan seringnya pemerintah melakukan pelanggaran HAM dan kekerasan terhadap rakyat sipil. AS telah memberlakukan larangan bagi investasi perusahaan-perusahaan AS di Myanmar, larangan impor produk-produk Myanmar, dan embargo senjata sama halnya dengan pembekuan aset militer Myanmar di AS dikarenakan rezim militer di Myanmar terus melakukan tindak pelaanggaran HAM, terus menahan penerima nobel perdamaian sekaligus pemimpin NLD (partai oposisi pro-demokrasi di Myanmar) Aung San Suu Kyi, dan menolak hasil pemilu legislatif pada tahun 199 yang dimenangkan oleh

80 Ibid.

NLD. 81 Demikian juga dengan Uni Eropa yang memberikan sangsi kepada Myanmar, termasuk embargo senjata, menghentikan kegiatan perdagangan, dan

menghentikan segala bentuk bantuan kecuali bantuan kemanusiaan. 82 Sangsi yang diberlakukan oleh AS dan Uni Eropa terhadap pemerintah Myanmar, keduanya,

memberlakukan juga boikot dan tekanan-tekanan langsung lainnya terhadap perusahaan-perusahaan barat di Myanmar oleh negara-negara barat lainnya pendukung gerakan demokrasi di Myanmar yang berakibat banyaknya perusahaan-perusahaan dari AS dan Uni Eropa yang meninggalkan serta mencabut investasinya di Myanmar. Walaupun ada beberapa perusahaan barat yang menerobos atau tidak mematuhi sangsi yang diberlakukan oleh AS dan Uni Eropa tersebut.

Terlepas dari isolasi yang diberlakukan barat terhadap Myanmar, perusahaan-perusahaan Asia secara umum justru berkeinginan untuk melanjutkan investasinya di Myanmar dan ingin menanamkan investasi baru di Myanmar, khususnya di bidang pengolahan sumber daya alam. Myanmar memiliki hubugan yang erat dengan negara tetangganya, Cina dan India yang ditunjukan dengan beroperasinya beberapa perusahaan India dan Cina di Myanmar. Hingga saat ini masih muncul perdebatan tentang pengaruh dari diperluas dan diperpanjangnya sangsi dari AS kepada Myanmar terhadap masyarakat sipil dan pemerintah

81 United States Library of Congress, "Burma Freedom and Democracy Act of 2003", dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 20 November

2008. 82 European Union, "The EU's relations with Burma / Myanmar", dikutip dari Wikipedia,

“Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 20 November 2008.

Myanmar sendiri. 83 Myamar juga menerima bantuan skala besar untuk militer Myanmar dari India dan Cina. 84 Dibawah kebijakan Look East India, bidang-

bidang kerjasama antara India dan Myanmar adalah pada bidang-bidang seperti remote sensing , eksplorasi minyak dan gas, teknologi informasi, hydro power,

dan pembangunan serta konstruksi pelabuhan. 85 Pada tahun 2008, India menghentikan bantuan militernya kepada Myanmar karena isu pelanggaran HAM

yang dilakukan oleh pemerintah junta militer Myanmar. 86 Angkatan perang Myanmar yang dikenal dengan sebutan Tatmadaw,

memiliki jumlah personil militer mencapai 488,000, yang terdiri dari angkatan darat, laut, dan udara. Myanmar menempati peringkat ke 12 dunia dalam hal

jumlah tentara aktifnya. 87 Militer Myanmar merupakan kelompok paling berpengaruh di Myanmar, dimana jabatan-jabatan tinggi dalam kabinet dan pos-

pos kementrian di Myanmar diduduki dan dipimpin oleh para pejabat militer. Negara-negara yang menjadi tujuan impor senjata Myanmar adalah Rusia, Ukraina, Cina, dan India.

Myanmar juga membangun pusat penelitian reaktor nuklir di dekat wilayah May Myo (Pyin Oo Lwin) dengan bantuan dari Rusia, yang merupakan salah satu negara penandatangan perjanjian non-proliferasi sejak tahun 19 dan

83 Reuters, "Reuters Belgian group seeks Total boycott over Myanmar", Ibiblio, dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 20 November 2008.

84 Washington Post, “Caution by Junta's Asian Neighbors Reflects Their Self-Interest”, dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 20 November

2008. 85 Op.Cit., Wikipedia, “Burma”

86 Human Rights Watch, 14-1-2008, “India and Burma: time to choose”, dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 20 November 2008.

87 CIA World Factbook, "Burma", http://www.cia.gov, diakses tanggal 20 November 2008.

merupakan negara anggota International Atomic Energy Agency (IAEA) sejak tahun 1957. Pada tahun 2000, pemerintah Myanmar telah memberikan laporan

kepada IAEA tentang keinginannya untuk membangun sebuah reaktor nuklir. 88

Terkait dengan berbagai pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah Junta militer Myanmar, ASEAN sebagai sebuah organisasi kerjasama regional di Asia Tenggara, dimana Myanmar juga menjadi salah satu anggota di dalamnya, menyatakan tidak akan mempertahankan Myanmar di dalam forum internasional manapun. Pada bulan April 2007, Menteri Luar Negri Malaysia, Ahmad Shabery Cheek, menyatakan bahwa Malaysia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya telah memutuskan untuk tidak mebela atau mempertahankan Myanmar jika isu pelanggaran HAM di Myanmar muncul di dalam sebuah diskusi dalam konferensi internasional.

Dalam kebijakan luar negerinya dinyatakan bahwa Myanmar semenjak memperoleh kemerdekaannya, menggunakan dan menerapkan kebijakan luarnegeri yang “independent” dan “non-aligned”. Evolusi tujuan-tujuan dari

kebijakan ini dapat dilihat sebagai berikut: 89

1) Pada saat kemerdekaan Myanmar, sistem internasional terbagi kedalam dua kutub besar, yaitu blok barat dan blok timur, dalam suasana perang dingin. Saat itu juga adalah saat dimana bangsa-bangsa kolonial (yang mengalami penjajahan) mendapatkan kembali kemerdekaannya sebagai sebuah bangsa dan negara yang berdaulat.

88 Op.Cit., Wikipedia, “Burma”. 89 Minister of Foreign Affairs of Myanmmar, “Emergence of Foreign Policy”, arsip pada

http://www.mofa.gov.mm/foreignpolicy/index.html , diakses tanggal 5 Juni 2009.

Negara-negara yang baru merdeka ini, tertarik untuk menggunakan kebijakan luar negeri yang bebas, dalam arti bebas secara penuh dari pengaruh luar.

2) Bagi Myanmar, yang merebut kemerdekaan dari tangan negara kolinial Inggris dengan sangat sulit, hanya kebijakan luar negeri yang bebas yang sebangun dengan makna kemerdekaan Myanmar.

3) Bersamaan dengan kemerdekaan itu, Myanmar menghadapi situasi dalam negeri yang kacau dan oleh karena itu berharap untuk bisa menghindari terjadinya bencana dalam negeri dalam kaitannya dengan pertarungan blok barat dan blok timur pada tataran internasional. Oleh karena itu Myanmar berharap dapat menjadi negara yang tidak berpihak baik ke blok barat maupun blok timur.

4) Pada masa kemerdekaan, adalah hal yang esensial untuk mengutamakan pembangunan kembali aspek sosial dan ekonomi Myanmar. Telah dinyatakan pada masa kemerdekaan Myanmar, bahwa bantuan luar negeri, tanpa adanya keterkaitan atau kepentingan dari kedua belah pihak (blok barat dan blok timur), akan diterima oleh Myanmar.

5) Myanmar yang secara geografis berada diantara dua negara dengan tingkat populasi penduduk yang tinggi, yaitu India dan Cina, maka dalam hal ini Myanmar tetap berkeinginan untuk menjadi negara yang bebas dan tidak berpihak dalam hal kebijakan luar negerinya.

Pada awal tahun 1971 Myanmar merubah kebijakan luar negeri yang bebas dan tidak berpihaknya menjadi kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif. Di dalam deklarasi SLORC pada tanggal 18 September 1988, mengumumkan bahwa pemerintah akan melanjutkan pelaksanaan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif. Dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif tersebut, Myanmar tidak akan mengikat diri terhadap salah satu blok politik internasional terkait dengan isu-isu internasional yang muncul kecuali dalam rangka melaksanakan hak Myanmar yang juga secara aktif berpartisipasi dalam berbagai aktifitas untuk perdamaian dunia; menolak terjadinya perang, imperialisme dan kolonialisme; dan menjaga hubungan persahabatan dengan negara manapun.

Pelaksanaan kebijakan luar negeri bebas aktif Myanmar mengacu kepada prinsip-prinsip berikut: 90

1) Menghormati prinsip kesetaraan diantara seluruh masyarakat dan bangsa di dunia dan Five Principles of Peacefl Co-existence;

2) Mengambil sikap tidak berpihak, bebas, dan hanya berpihak pada isu- isu internasional;

3) Menjaga hubungan persahabatan dengan seluruh bangsa dan hubungan bertetangga yang baik dengan negara-negara tetangga;

4) Melanjutkan dukungan kepada, dan berpartisipasi aktif di dalam PBB dan organisasi-organisasi yang berafiliasi dengan PBB;

90 Ibid

5) Melakukan program-program kerjasama bilateral dan multilateral yang saling menguntungkan;

6) Melakukan konsultasi kawasan dan kerjasama yang menguntungkan di dalam ekonomi kawasan dan hubungan-hubungan sosial;

7) Berpartisipasi aktif dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional dan penciptaan tatanan ekonomi internasional yang wajar dan menolak segala bentuk imperialisme, kolonialisme, intervensi, agresi dan hegemoni;

8) Menerima bantuan luar negeri yang berguna bagi pembangunan nasional, tanpa adanya kepentingan tertentu dibalik bantuan tersebut.

Pada tahun 1954, Myanmar, Cina, dan India, selama kunjungan Perdana Menteri Cina Choun En Lai ke India dan Myanmar, menjelaskan tentang Five Principles of Peaceful Co-existence . Mengacu kepada kesepakatan unutk melaksanakan lima prinsip tersebut yang ditandatangani oleh Cina dan India pada tanggal 28 Juni 1954 di New Delhi dan ditandatangani oleh Cina dan Myanmar pada tanggal 29 Juni 1954 di Yangon, maka dapat dinyatakan kelima prinsip

tersebut sebagai berikut: 91

1) Saling menghormati satu sama lain kesatuan dan kedaulatan wilayah masing-masing;

2) Sepakat untuk tidak saling melalukan agresi satu sama lain;

3) Tidak campur tangan dalam masalah dalam negeri masing-masing negara;

91 Ibid

4) Menghormati kesetraan dalam hubungan dan bekerja untuk menciptakan keuntungan bersama; dan

5) Menciptakan perdamaian. Kelima prinsip di atas hingga saat ini masih menjadi dasar utama bagi kebijakan luar negeri Myanmar. Untuk masalah hubungan dunia dan isu-isu internasional, sejalan dengan prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan dari PBB dan berdasarkan atas prinsip-prinsip Penciptaan Perdamaian Bersama, Myanmar telah melakukan hal-hal sebagai

berikut: 92

1) Berpartisipasi aktif di dalam berbagai kegiatan PBB dengan mengacu kepada dasar prinsip kebijakan luar negeri Myanmar;

2) Secara konsisten mendukung tindakan pelucutan senjata (nuklir/senjata pemusnah massal);

3) Menentang perlombaan senjata, kegiatan produksi dan penjualan senjata;