Bentuk-Bentuk Kebijakan PBB Melalui UN Human Rights Council (UNHRC) Sebagai Tanggapan Terhadap Pelanggaran HAM Di Myanmar

C. Bentuk-Bentuk Kebijakan PBB Melalui UN Human Rights Council (UNHRC) Sebagai Tanggapan Terhadap Pelanggaran HAM Di Myanmar

1. Kebijakan UNHRC dalam bentuk resolusi

Terkait dengan situasi pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar, PBB melalui UNHRC mengeluarkan 5 resolusi sebagai berikut: Res. S-5/1 (tanggal 2 Oktober 2007), Situation on Human Rights in Myanmar ; resolusi ini berangkat dari dasar bahwa setiap orang memiliki hak untuk ambil bagian di dalam pemerintahan di negaranya, secara langsung maupun pemilihan secara bebas, hak untuk mengungkapkan pendapat dan berekspresi

51 United Nations, “Report of Human Rights Council”, General Assembly Official Records sixty-third session, supplement no. 53 (A/63/53), New York, 2008, hlm. 252,

http://daccessdds.un.org/doc/UNDOC/GEN/G08/148/64/PDF/G0814864.pdf?OpenElement , diakses tanggal 3 Juni 2009.

secara bebas, dan kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan berkumpul. Poin- poin yang terdapat didalam resolusi ini adalah sebagai berikut: 52

1) Sangat menyesalkan terus berlanjutnya tindak kekerasan dan represi terhadap aksi demonstrasi damai di Myanmar, dalam bentuk-bentuk seperti pemukulan, pembunuhan, penangkapan secara tidak terkendali dan tidak berdasar, dan tindak penculikan/penghilangan, menyatakan belasungkawa kepada para korban dan keluarganya, dan mendesak pemerintah Myanmar untuk menahan diri dan untuk berhenti melakukan tindak kekerasan terhadap para demonstran yang menjalankan aksi secara damai;

2) Mendesak Pemerintah Myanmar untuk meenghormati HAM dan kebebasan-kebebasan mendasar dan melakukan penyelidikan serta membawa para pelaku pelanggaran HAM, termasuk para pelanggar HAM pada peristiwa demonstrasi damai tahun 2007 ke pengadilan;

3) Juga mendesak Pemerintah Myanmar untuk membebaskan dengan segera seluruh demonstran yang ditahan dan ditangkap di Myanmar, termasuk Daw Aung San Suu Kyi dan memastikan bahwa tindakan penahanan yang dilakukan memenuhi standar-standar internasional dan memberikan ijin untuk mengunjungi para tahanan;

4) Mendesak lebih lanjut Pemerintah Myanmar untuk menghentikan pengekangan terhadap berbagai aktifitas politik damai setiap orang dengan menjamin kebebasan berserikat dan berorganisasi serta

52 Ibid, hlm. 240-242 52 Ibid, hlm. 240-242

5) Menyambut baik keputusan Pemerintah Myanmar untuk menerima kunjungan Utusan Khusus PBB untuk Myanmar, Ibrahim Gambari, dan meminta kepada Pemerintah Myanmar untuk bekerjasama secara penuh dengan Utusan Khusus PBB untuk menemukan solusi- solusi damai yang dibutuhkan;

6) Mendesak Pemerintah Myanmar untuk dengan segera mengikutsertakan seluruh pihak dalam dialog kendali nasional untuk mencapai rekonsiliasi nasional yang sebenarnya, demokratisasi dan penegakan hukum;

7) Mendorong Pemerintah Myanmar dan Office of the High Commissioner for Human Rights untuk melakukan dialog secara bersama-sama dengan pandangan untuk menjamin penghormatan penuh terhadap HAM dan kebebasan mendasar;

8) Mendorong Pemerintah Myanmar untuk bekerjasama penuh dengan berbagai organisasi kemanusiaan, termasuk menjamin secara penuh, keselamatan dan tidak menghalangi akses bantuan kemanusiaan untuk seluruh orang yang membutuhkan di seluruh negeri;

9) Meminta kepada Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar untuk memperkirakan situasi HAM terkini dan untuk mengawasi pelaksanaan resolusi ini, termasuk melakukan kunjungan 9) Meminta kepada Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar untuk memperkirakan situasi HAM terkini dan untuk mengawasi pelaksanaan resolusi ini, termasuk melakukan kunjungan

10) Juga meminta kepada Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar untuk menginformasikan kepada Dewan Umum PBB kemajuan situasi HAM di Myanmar;

Res. 6/33 (tanggal 14 Desember 2007), Follow-up the report of the Special Rapporteur on the situation of human rights in Myanmar ; merupakan tindak lanjut dari laporan yang disampaikan oleh Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar. Poin-poin di dalam resolusi ini adalah sebagai

berikut: 53

1) Menyambut baik kunjungan ke Myanmar yang dilakukan oleh Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar, atas dasar permintaan UNHRC dalam resolusi S-5/1 dan memberikan catatan baik kepada Pemerintah Myanmar atas kerjasamanya dengan Pelapor Khusus PBB;

2) Menyambut baik laporan dari Pelapor Khusus PBB (A/HRC/6/14) dan memberikan penghargaan yang mendalam atas temuan-temuan yang didapat Pelapor Khusus PBB di lapangan;

53 Ibid, hlm. 63-65.

3) Mendesak dengan sangat kepada Pemerintah Myanmar untuk mengikuti dan melaksanakan rekomendasi yang terdapat di dalam laporan Pelapor Khusus PBB;

4) Meminta kembali kepada Pemerintah Myanmar untuk menjamin penghormatan penuh kepada HAM dan kebebasan mendasar dan untuk menyelidiki dan membawa ke pengadilan para pelaku pelanggaran HAM, termasuk pelanggar HAM terhadap para demonstran pada peristiwa demonstrasi damai tahun 2007;

5) Memberikan apresiasi terhadap pembebasan sebagian besar tahanan, walaupun berdasarkan pengamatan hanya sedikit tahanan politik yang dibebaskan;

6) Meminta kembali kepada Pemerintah Myanmar untuk segera membebaskan orang-orang yang ditahan dan ditangkap pada peristiwa demonstrasi damai tahun 2007, untuk membebaskan seluruh tahanan politik di Myanmar, termasuk Daw Aung San Suu Kyi dan menjamin bahwa proses penahanan yang dilakukan telah memenuhi standar-standar internasional dan memberikan ijin untuk mengunjungi para tahanan;

7) Juga meminta kembali kepada Pemerintah Myanmar untuk menghentikan pengekangan terhadap berbagai aktifitas politik damai setiap orang dengan menjamin kebebasan berserikat dan berorganisasi serta kebebasan mengemukakan pendapat dan berekspresi, termasuk memberikan ruang bagi media independen, 7) Juga meminta kembali kepada Pemerintah Myanmar untuk menghentikan pengekangan terhadap berbagai aktifitas politik damai setiap orang dengan menjamin kebebasan berserikat dan berorganisasi serta kebebasan mengemukakan pendapat dan berekspresi, termasuk memberikan ruang bagi media independen,

8) Menyerukan kembali kepada Pemerintah Myanmar untuk dengan segera mengikutsertakan seluruh pihak dalam dialog kendali nasional untuk mencapai rekonsiliasi nasional yang sebenarnya, demokratisasi dan penegakan hukum;

9) Mendesak Pemerintah Myanmar untuk bekerjasama penuh dengan berbagai organisasi kemanusiaan, termasuk menjamin secara penuh, keselamatan dan tidak menghalangi akses bantuan kemanusiaan untuk seluruh orang yang membutuhkan di seluruh negeri;

10) Meminta kepada Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar untuk mengawasi pelaksanaan resolusi ini dan melakukan misi tindak lanjut resolusi ini ke Myanmar;

11) Mendorong Pemerintah Myanmar dan Office of the High Commissioner for Human Rights untuk melakukan dilog secara bersama-sama dengan pandangan utnuk menjamin penghormatan penuh terhadap HAM dan kebebasan mendasar;

12) Mengundang Pelapor Khusus PBB untuk melanjutkan mandat atas tugasnya tersebut melalui koordinasi dengan Penasehat Khusus Sekretaris Umum PBB untuk Myanmar;

13) Mendesak Pemerintah Myanmar untuk bekerjasama secara penuh dengan Pelapor Khusus PBB dan, dan berbagai prosedur khusus lainnya yang menyangkut perlindungan terhadap kelompok- 13) Mendesak Pemerintah Myanmar untuk bekerjasama secara penuh dengan Pelapor Khusus PBB dan, dan berbagai prosedur khusus lainnya yang menyangkut perlindungan terhadap kelompok-

14) Meminta kepada Office on the United Nations High Commissioner for Human Rights untuk menyediakan dukungan yang cukup kepada Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar, termasuk sumber daya manusia (para ahli), untuk memfasilitasi pemenuhan mandat dari PBB yang tertera pada resolusi ini;

15) Meminta kepada Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar untuk melaporkan hasil kunjungannya kepada UNHRC pada rangkuman sesi ke tujuh.

Res. 7/31 (tanggal 28 Maret 2008), Situation of Human Rights in Myanmar 54 ; poin-poin yang terdapat di dalam resolusi ini adalah sebagai berikut:

1) Sangat menyesalkan kekerasan dan pelanggaran sistematis terhadap HAM secara terus menerus dan terhadap kebebasan mendasar dari warga Myanmar;

2) Mendesak dengan sangat kepada Pemerintah Myanmar untuk menerima, sesegera mungkin, misi tindak lanjut dari Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar, seperti yang diminta dalam resolusi UNHRC no. 6/33, untuk bekerjasama penuh dengan Pelapor Khusus tersebut dan untuk mengikuti dan melaksanakan rekomendasi yang terdapat di dalam laporan Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar (A/HRC/6/14);

54 Ibid, 164-165.

3) Meminta dengan sangat kepada otoritas Myanmar:

a. Untuk membuat proses konstitusional, termasuk referendum, secara menyeluruh, partisipatif dan transparan dalam rangka untuk menjamin bahwa proses tersebut mewakili pandangan seluruh masyarakat Myanmar dan memenuhi seluruh norma- norma internasional;

b. Untuk segera mengikutsertakan seluruh pihak dalam dialog kendali nasional dengan pandangan untuk mencapai rekonsiliasi nasional, demokratisasi, dan penegakan hukum yang sebenarnya;

c. Untuk menjamin kepada masyrakat Myanmar kebebasan mendasarnya dan menghentikan penolakan kepada kebebasan mendasar, seperti kebebasan berekspresi, berkumpul dan beragama atau berkeyakinan;

d. Untuk bekerjasama penuh dengan berbagai organisasi kemanusiaan, termasuk mnejamin secara penuh, keamanan dan tidak menghalangi akses bantuan kemanusiaan kepada seluruh penduduk yang membutuhkan di seluruh negeri;

e. Untuk segera mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri kekerasan terhadap HAM dan hukum kemanusiaan, termasuk memaksa pemindahan dan penahanan secara tidak berdasar, dan untuk segera membebaskan seluruh tahanan politik, tanpa terkecuali;

4) Mengundang Pelapor Khusus untuk meneruskan mandat UNHRC melalui koordinasi dengan Utusan Khusus Sekretaris Umum PBB untuk Myanmar;

5) Meminta Pelapor Khusus untuk melaporkan pelaksanaan resolusi UNHRC no. S-5/1 dan 6/33 kepada UNHRC pada resume sesi berikutnya;

6) Meminta kepada Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights untuk menyediakan dukungan yang dibutuhkan oleh Pelapor Khusus PBB, termasuk menyediakan tenaga ahli, untuk memfasilitasi pemenuhan mandat yang diberikan oleh UNHRC melalui resolusi ini.

Res. 7/31 (tanggal 28 Maret 2008), Mandate of the Special Rapporteur on the situation of human rights in Myanmar ; berisi tentang perpanjangan mandat atau tugas Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar. Poin-poin yang

terdapat di dalam resolusi ini adalah sebagai berikut: 55

1) Memutuskan untuk memperpanjang masa tugas/mandat Pelapor Khusus PBB untuk situasi di Myanmar, yang mengacu kepada resolusi Commission on Human Rights no. 1992/8 dan 2005/10 tanggal 14 April 2005;

2) Mendesak Pemerintah Myanmar untuk bekerjasama secara penuh dengan Pelapor Khusus PBB dan menanggapi dengan baik permintaan Pelapor Khusus PBB untuk mengunjungi Myanmar dan memberikan

55 Ibid, 165-166 55 Ibid, 165-166

3) Meminta kepada Pelapor Khusus untuk memeberikan laporan kemajuan situasi HAM di Myanmar kepada Dewan Umum PBB dan kepada UNHRC mengacu kepada program kerja tahunan Pelapor Khusus PBB;

4) Meminta kepada Office of the United Nations High Commissioner of Human Rights untuk memberikan bantuan dan sumber daya penting yang dibutuhkan oleh Pelapor Khusus PBB;

Res. 8/14 (tanggal 18 Juni 2008), Situation of human rights in Myanmar; resolusi yang kembali dikeluarkan mengingat tidak adanya kemajuan berarti dari

situasi HAM di Myanmar. Poin-poin dalam resolusi ini adalah sebagai berikut: 56

1) Menyalahkan kekerasan sistematis terhadap HAM dan kebebasan mendasar masyarakat Myanmar secara terus menerus;

2) Mendesak dengan sangat kepada Pemerintah Myanmar untuk berhenti melakukan penangkapan dengan motivasi politik dan segera membebaskan seluruh tahanan politik tanpa syarat;

3) Meminta kepada Pemerintah Myanmar untuk melaksanakan secara penuh komitmen yang telah dibuat dengan Sekretaris Umum PBB dalam hal segera menjamin, akses masuk secara penuh dan tidak akan menghalangi para pekerja bangunan (sebagai bagian dari bantuan kemanusiaan dari dunia internasional kepada masyarakat Myanmar)

56 Ibid, 218-220 56 Ibid, 218-220

4) Mendesak dengan sangat kepada Pemerintah Myanmar untuk mengakhiri segala bentuk diskriminasi dan melindungi hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya, berdasarkan kepada Universal Declaratin of Human Rights , dan, pada khususnya untuk memenuhi kewajiban Pemerintah Myanmar dalam menegakan HAM di bawah Convention on the Elimination of All Form of Discrimination against Women dan Convention on the Rights of the Child;

5) Menyalahkan rekruitmen anak-anak untuk menjadi tentara untuk angkatan militer Myanmar dan kelompok-kelompok militer non- pemerintah, dan meminta untuk menghentikan dengan segera aktifitas ini;

6) Meminta untuk melakukan penyelidikan kepada seluruh laporan terhadap pelanggaran HAM, termasuk penghilangan secara paksa, penangkapan tidak berdasar, kekerasan, perlakuan tidak wajar, merekrut buruh paksa dan melakukan pemindahan secara paksa, secara penuh, transparan, efektif, tidak memihak, dan independen, serta membawa seluruh pihak yang bertanggung jawab atas tindakan- 6) Meminta untuk melakukan penyelidikan kepada seluruh laporan terhadap pelanggaran HAM, termasuk penghilangan secara paksa, penangkapan tidak berdasar, kekerasan, perlakuan tidak wajar, merekrut buruh paksa dan melakukan pemindahan secara paksa, secara penuh, transparan, efektif, tidak memihak, dan independen, serta membawa seluruh pihak yang bertanggung jawab atas tindakan-

7) Meminta dengan sangat kepada Pemerintah Myanmar untuk ikut serta dalam proses nyata dialog dan rekonsiliasi nasional dengan partisipasi penuh dan nyata dari perwakilan seluruh partai politik dan kelompok- kelompok etnik yang selama ini telah disingkirkan dari proses politik di Myanmar;

8) Menyatakan dukungan terhadap misi dan komitmen dari Sekretaris Umum PBB, dan mendorong Pemerintah Myanmar untuk untuk mengambil langkah-langkah awal untuk mengakui Perwakilan Khusus Sekretaris Umum PBB, Ibrahim Gambari, untuk memfasilitasi terciptanya proses politik yang mengakomodir seluruh pihak, dan meminta kepada Pemerintah Myanmar untuk menjamin melakukan kerjasama penuh dengan Sekretaris Umum PBB, Perwakilan Khusus Sekretaris Umum PBB, dan pelapor Khusus PBB;

9) Mendesak dengan sangat kepada Pemerintah Myanmar untuk menerima, sesegera mungkin, Pelapor Khusus PBB dan untuk bekerjasama penung dengannya untuk melaksanakan rekomendasi yang terdapat di dalam laporannya (A/HRC/6/14, A/HRC/7/18, A/HRC/7/24, dan A/HRC/8/12), sama halnya dengan resolusi UNHRC no. S-5/1, 6/33 dan 7/31;

10) Meminta kepada Pelapor Khusus PBB untuk melaporkan pelaksanaan mandatnya kepada UNHRC, dan secara khusus, melaporkan tentang pelaksanaan resolusi yang dikeluarkan oleh UNHRC.

2. Kebijakan UNHRC dalam bentuk pengawasan dan negosiasi

Sejalan dengan resolusi yang dikeluarkan oleh UNHRC di atas, maka untuk menunjang dan mengkur bagai pelaksanaan resolusi-resolusi tersebut oleh permintah Myanmar, maka didalam resolusi-resolusi tersebut juga ditunjuk Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar, yang memiliki tugas mengawasi pelaksanaan resolusi, mengumpulkan informasi seputar situasi penegakan HAM di Myanmar, serta melakukan negosiasi dan dialog dengan pihak-pihak terkait di Myanmar dalam rangka mendorong pelaksanaan resolusi ynag dikeluarkan oleh UNHRC. Pelapor Khusus ini juga memiliki kewajiban memberikan rekomendasi kepada pemerintah Myanmar berdasarkan berbagai temuan di lapangan dalam rangka menjalankan tugasnya untuk mendorong pelaksanaan resolusi yang dikeluarkan oleh UNHRC.

Dalam melaksanakan misi pemantauan situasi HAM di Myanmar Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar yang pertama, Paulo Sergio Pinheiro, melakukan berbagai aktifitas yang melingkupi investigasi, penerimaan laporan, dan konfirmasi dan dialog dengan Pemerintah Junta militer Myanmar. Dalam menjalankan mandat yang diberikan oleh UNHRC, Pelapor Khusus ini terus melakukan kontak secara rutin dengan Misi Permanen Myanmar untuk PBB di Geneva dan New York, dia melaksanakan berbagai konsultasi dengan berbagai Dalam melaksanakan misi pemantauan situasi HAM di Myanmar Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar yang pertama, Paulo Sergio Pinheiro, melakukan berbagai aktifitas yang melingkupi investigasi, penerimaan laporan, dan konfirmasi dan dialog dengan Pemerintah Junta militer Myanmar. Dalam menjalankan mandat yang diberikan oleh UNHRC, Pelapor Khusus ini terus melakukan kontak secara rutin dengan Misi Permanen Myanmar untuk PBB di Geneva dan New York, dia melaksanakan berbagai konsultasi dengan berbagai

pertemuan dengan Utusan Khusus Uni Eropa untuk Myanmar, Piero Fassino. 57

Dari tanggal 11 sampai dengan 15 November 2007, Pelapor Khusus PBB mengunjungi Myanmar dalam ragka menghadiri undangan pemerintah Myanmar, mengikuti kepada resolusi S-5/1 UNHRC. Pada tanggal 16 dan 17 November 2007, Pelapor Khusus PBB melaksanakan konsultasi di Bangkok dengan Menter Luar Negeri Thailand, perwakilan komunitas diplomatik dan NGO-NGO yang

beroperasi di Myanmar, Thailand, dan pada perbatasan Thailand-Myanmar. 58

Mengikuti resolusi 6/33 UNHRC, dalam suratnya tanggal 30 Januari 2008, Pelapor Khusus PBB mengkomunikasikan kepada Pemerintah Myanmar keinginannya untuk melakukan misi tindak lanjut mengacu kepada pertemuan sesi ketujuh UNHRC. Pelapor Khusus dalam hal ini menyesalkan sikap

57 UNHRC, “Human Rights Situation That Require the Council Attention; Report of the Special Rapporteur on the situation of human rights in Myanmar, Paulo Sergio Pinheiro”, A/HRC7/18,

7 Maret 2008, hlm. 3, http://daccess-ods.un.org/TMP/1594674.html , diakses tanggal 7 Juni 2009. 58 Ibid, hlm. 3-4

Pemerintah Myanmar, dimana samapi dengan tanggal 30 januari 2008, Pelapor Khusus PBB belum mendapatkan jamianan akses masuk ke Myanmar oleh pemerintah untuk melakukan misi tindak lanjut seperti yang diminta oleh

UNHRC. 59 Setelah UNHRC mengeluarkan resolusi 6/33, Pelapor Khusus PBB, Paulo

Sergio Pinheiro, memasukan dalam rencana kerjanya untuk melakukan misi tindak lanjut ke Myanmar dan program untuk mendapatkan informasi terbaru terkait perkembangan penyelidikan tentang laporan orang yang hilang dan pembunuhan yang terjadi selama aksi pembubaran demosntrasi sepanjang Agustus-Oktober 2007; pertanggungjawaban pemerintah Myanmar sebagai hasil dari keputusannya menggunakan kekuatan militer dan kekerasan; dan situasi para tahanan dalam kasus-kasus demonstrasi anti-pemerintah, termasuk kondisi tahanan tempat mereka ditahan dan kondisi persidangan/peradilan para tahanan berikut dnegan hasil atau putusan sidangnya. Setelah melakuakn evaluasi terhadap berebagai pertemuan yang dia lakukan selama misinya pada bulan November 2007, Pelapor Khusus PBB menyampaikan secara jelas kepada Pemerintah Myanmar kerangka kerja yang akan dibutuhkan untuk menjamin kunjungan yang dilakukan Pelapor Khusus PBB dapat berjalan secara

konstruktif. 60

59 Ibid, hlm. 4. 60 UNHRC, “Human Rights Situation That Require the Council Attention; Report of the

Special Rapporteur on the situation of human rights in Myanmar, Paulo Sergio Pinheiro mandated by resolution 6/33 of the Human Rights Council”, A/HRC/7/24, tanggal 7 Maret 2008, hlm. 5, http://daccessdds.un.org/doc/UNDOC/GEN/G08/113/88/PDF/G0811388.pdf?OpenElement ,

diakses tanggal 20 November 2008.

Pada tanggal 8 Februari 2008, Pelapor Khusus PBB mengirimkan proposal program kerjanya secara rinci kepada Pemerintah Myanmar dalam usaha untuk melanjutkan mengidentifikasi kenyataan di lapangan dan mendapatkan pandangan Pemerintah Myanmar terhadap aksi yang dilakukan pemerintah selama terjadinya insiden-insiden utama sepanjang bulan Agustus-Oktober 2007 yang laporannya masuk ke Pelapor Khusus PBB, termasuk melakukan pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri Myanmar, Menteri Luar Negeri Myanmar, dan Menteri Tenaga Kerja Myanmar; para pejabat penegak hukum di Myanamr, termasuk para komandan pasukan anti huru-hara dan batalio-batalion polisi; dan divisi-divisi militer dan infanteri dalam hal dasar hukum dan perintah yang diberikan kepada pasukan pengamanan pada peristiwa pembubaran demosntrasi pada bulan September 2007. Dia juga mengajukan pertemuan dengan Perhimpunan Pengacara di Myanmar serta para pejabat pengadilan untuk emndapatkan informasi terkait dengan kondisi hukum, pengadilannya dan hukuman yang dijatuhkan kepada para tahanan pada peristiwa demosntrasi sepanjang bulan Agustus-Oktober 2007, dalam pertemuan tersebut Pelapor Khusus PBB meminta untuk dapat melakukan wawancara pribadi dengan para tahanan, sama halnya dengan meminta tidak dibatasinya akses bagi tim dari negara-negara anggota PBB dan organisasi-organisasi kemasyarakatan

internasional. 61 Semenjak presentasinya kepada UNHRC pada bulan Desember 2007,

Pelapor Khusus PBB harus menerima dan mengumpulkan informasi terbaru dari

61 Ibid

beberapa sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya terhadap perkembangan di dalam negeri Myanmar dalam hubungannya dengan pembubaran aksi demonstrasi damai pada bulan September 2007. Dalm hal ini Pelapor Khusus PBB belum memiliki kesempatan untuk ikut serta bersama dengan Pemerintah terkait dengan adanya temuan baru di Situ dan untuk membandingkan informasi terbaru yang dia dapatkan sejak sejak bulan Desember 2007. Informasi yang didapatkan oleh Pelapor Khusus PBB selama misi yang dilakukannya menunjukan bahwa peristiwa pada bulan September 2007 dan konsekuensinya yang membutuhkan sebuah kerja yang sistematis dan melalui penyelidikan. Hal ini akan menjadi hal yang penting ketika usaha-usaha Pemerintah Myanmar untuk melaksanakan dan melindungi HAM, dalam konteks transisi demokrasi, seperti yang dinyatakan oleh Pelapor Khusus PBB kepada

Pemerintah Myanmar selama kunjungannya, dapat direalisasikan. 62 Pada bulan Maret 2008, melalui resolusi 7/32, UNHRC memperpanjang

masa tugas Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar. Pada tanggal

26 Maret 2008, Tomas Ojea Quintana (Argentina) ditunjuk sebagai Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar yang baru yang akan mulai

melaksanakan tugasnya mulai tanggal 1 Mei 2008. 63 Sama halnya dengan pendahulunya, misi utama dari Tomas Ojea Quintana

sebagai Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar, dalam susunan

62 Ibid 63 UNHRC, “Human Rights Situation That Require the Council Attention; Report of the

Special Rapporteur on the situation of human rights in Myanmar, Tomas Ojea Quintana, on the implementation of Council resolution S/51 dan 6/33”, A/HRC/8/12, tanggal 3 Juni 2008, hlm. 2, http://daccess-ods.un.org/TMP/9105540.html , diakses tanggal 7 Juni 2009.

kerja utamanya, melakukan penguatan kerjasama dan membantu Pemerintah Myanmar dalam usaha pemerintah untuk menegakan dan melindungi HAM. Dalam hal ini Pelapor Khusus PBB menggunakan pendekatan yang lebih positif terhadap Pemerintah Myanmar, dalam rangka membuka ruang dialog dan pertukaran informasi dengan pemerintah.

Mengacu kepada isu-isu HAM utama yang muncul di Myanmar seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya, Pelapor Khusus PBB, melalui mandat yang diberikan kepadanya, juga melakukan identifikasi terhadap topik-topik khusus yang pantas untuk mendapatkan perhatian khusus dan membuat program kerja yang akan dilaporkan kepada UNHRC. Dalam pandangan tersebut, dan dalam rangka menjalankan mandat yang diberikan kepadanya, untuk melaporkan kepada UNHRC kemajuan yang telah dibuat oleh Pemerintah Myanmar dalam melaksanakan resolusi yang dikeluarkan oleh UNHRC dan untuk melakukan pengawasan perkembangan seluruh situasi HAM di Myanmar, melakukan sebuah penelitian yang mendalam, termasuk melakukan berbagai kegiatan diskusi dengan para ahli di Myanmar. Sedangkan untuk bisa menerima informasi dari organisasi- organisasi HAM internasional yang juga beroperasi di Myanmar serta dari para ahli akademisi internasional, Pelapor Khusus PBB akan ikut serta di dalam kegiatan para ahli di Myanmar dalam rangka meningkatkan penegakan dan

perlindungan HAM di Myanmar. 64 Kajian terhadap situasi HAM di Myanmar akan dikembangkan melalui

berbagai jenis masukan dan sumber, termasuk bahan-bahan dan laporan yang

64 Ibid, hlm. 14-15.

disiapkan oleh agen-agen pemerintah, organisasi-organisasi kemasyarakatan, tim negara-negara anggota PBB dan institusi akademik. Pelapor Khusus PBB juga meneruskan untuk mengikutsertakan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dalam diskusi terkait dengan kemajuan yang telah dicapai dari penerapan implementasi resolusi UNHRC. Dalam hal ini Pelapor Khusus PBB memandang peranan penting ASEAN dalam ikut merumuskan solusi bagi permasalahan di Myanmar, sehingga Pelapor Khusus PBB juga melakukan kunjungan ke negara- negara tetangga Myanmar. Melalui negara-negara tetangga ini, Pelapor Khusus PBB dapat melakukan dialog yang cukup berarti dan kerjasama dengan Pemerintah Junta Militer Myanmar untuk mencapai penegakan dan perlindungan terhadap HAM, khususnya dalam kasus-kasus yang baru saja terjadi, ketika pemerintah Myanmar mengeluarkan rancangan tahapan menuju transisi politik

yang disebut dengan 7-step roadmap to democracy. 65 Seperti yang dilakukan oleh Pelapor Khusus PBB sebelumnya, Tomas

Ojea Quintana juga melakukan kerjasama erat dengan Utusan Khusus Sekretaris Umum PBB untuk Myanmar, Perwakilan Khusus Sekretaris Umum PBB untuk masalah anak dan konflik bersenjata, mekanisme koordinasi ILO untuk masalah buruh paksa dan prosedur-prosedur khusus lainnya yang mengawasi pelaksanaan berbagai instrumen HAM internasional, dimana Myanmar juga termasuk sebagai anggota di dalamnya, seperti peserta Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women dan Convention on the Rights of tha Child.

65 Ibid, hlm. 15.

Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar, Tomas Ojea Quintana, telah melakukan kunjungan ke Myanmar. Misi pertama dilakukan pada tanggal 3-7 Agustus 2008, dan misi kedua dari tanggal 14-19 Februari 2009. Mengacu kepada kedua misi tersebut, Pelapor Khusus PBB menyatakan telah terjadi kemajuan penting sejak tujuan-tujuan yang diidentifikasi telah tercapai, seperti terciptanya hubungan kerjasama dengan Pemerintah Myanmar dan para stakeholders selama kunjungan pertamanya, dan diskusi-diskusi yang dilakukannya bersama dengan para pejabat terkait di Myanmar dalam proses pelaksanaan 4 elemen HAM utama yang dia rekomendasikan, yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan pemilu Myanmar pada tahun 2010. 4 elemen

utama HAM tersebut adalah : 66

1) Menata ulang pengaturan UU nasional mengacu kepada Konstitusi baru Myanmar dan kewajiban yang diberikan oleh dunia internasional;

2) Pembebasan dengan segera para tahan politik dan para tahanan akibat dari berbagai insiden demonstrasi anti pemerintah;

3) Reformasi militer Myanmar; dan

4) Reformasi lembaga peradilan. Pelapor Khusus PBB juga telah melakukan tiga pertemuan penting kelompok-kelompok HAM pemerintah Myanmar. Dalam pertemuan tersebut, Pelapor Khusus PBB memaparkan empat elemen utama HAM di Myanmar. Pada

66 UNHRC, “Human Rights Situation That Require the Council Attention; Report of the Special Rapporteur on the situation of human rights in Myanmar, Tomas Ojea Quintana”,

A/HRC/10/19, tanggal 11 Maret 2009, hlm. 19-21, http://daccess-ods.un.org/TMP/9105540.html , diakses tanggal 7 Juni 2009.

bulan Februari 2009, dia meminta kepada kelompok-kelompok HAM pemerintah untuk mendampingi pemerintah dalam melaksanakan elemen-elemen utama HAM tersebut.

Pelapor Khusus PBB juga bertemu dengan Menteri tenaga Kerja Myanmar, Menteri Hubungan Luar Negeri Myanmar, Kepala Tripartite Core Group , para anggota dari Bar Council, Federasi Urusan Perempuan Myanmar, dan Union Solidarity and Central Development Association. Permintaannya untuk bertemu dengan para pemimpin partai politik tidak dapat dilakukan sejak para pemimpin partai politik tersebut masih menjadi tahanan pemerintah, menjadi tahanan rumah dan berada di penjara yang terletak di daerah pengawasan militer

Myanmar. 67 Dalam kunjungan keduanya tersebut, Pelapor Khusus PBB juga

mengunjungi wilayah yang terkena dampak dari badai Nargis pada bulan Agustus 2008. Pada bulan Februari 2009, Pelapor Khusus PBB mengunjungi Propinsi Kayin, dimana dia bertemu dengan dua faksi dari Karen National Union (KNU) yang telah melakukan gencatan senjata dengan pemerintah. Dalam pertemuannya tersebut, Pelapor Khusus PBB bahwa Karen National Union/Karen National Liberation Army (KNU/KLA) Peace Council telah memiliki pasukan militer, konstitusi, aturan hukum, penjara dan para hakimnya sendiri; Democratic Buddhist Karen Army menginformasikan kepada Pelapor Khusus PBB bahwa mereka memiliki sekitar 5,000 personil militer dalam angkatan perangnya. Kedua faksi tersebut menolak untuk melakukan rekruitmen personil militer untuk anak di

67 Ibid, hlm. 5 67 Ibid, hlm. 5

pemerintah. 68

68 Ibid