Bentuk Partisipasi Masyarakat Kota Surakarta dalam Mendukung Keberhasilan Musrenbangkel

3. Bentuk Partisipasi Masyarakat Kota Surakarta dalam Mendukung Keberhasilan Musrenbangkel

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bentuk partisipasi masyarakat Kota Surakarta dalam mendukung keberhasilan musrenbangkel. Kualitas usulan masyarakat dilihat berdasarkan indikator-indikator penelitian dari Teori Partisipasi Oakley (1991) yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Adapun pada masyarakat Kota Surakarta, berdasarkan hasil penelitian, kondisinya adalah sebagai berikut.

Indikator pertama adalah indikator ekonomis yang menunjukkan adanya keuntungan material yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun oleh program pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 90% kelurahan di kota Surakarta mengakui bahwa program pembangunan infrastruktur banyak dibantu oleh swadaya masyarakat, khususnya dalam penyediaan tenaga (tukang). Dengan sumbangan berupa tenaga sukarela, program pembangunan dapat lebih menghemat biaya.

Kemudian indikator ke-2 yaitu indikator organisaional yang menunjukkan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan mengenai organisasi pengelola program pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh kelurahan di Kota Surakarta mengakui bahwa masyarakatnya tahu mengenai organisasi yang mengelola program pembangunan di lingkungannya. Organisasi-organisai tersebut terdiri dari PPK dan LPMK.

Selanjutnya indikator ke-3 yaitu indikator partisipasi dalam aktivitas proyek, yang menunjukkan tingkat kehadiran masyarakat di dalam musrenbangkel. Berdasarkan hasil penelitian, 90% kelurahan di Kota Surakarta mengaku bahwa masyarakat di lingkungannya antusias dalam mengikuti forum musrenbangkel. Adapun kelurahan yang mengalami kesulitan untuk

commit to user

menghadirkan masyarakat dalam musrenbangkel disebabkan oleh peserta musrenbangkel yang berusia lanjut dan kondisi tempat rapat yang kurang memadai.

Indikator ke-4 yaitu indikator momentum pembangunan, yang menunjukkan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur, meliputi pelatihan dan peningkatan skill. Berdasarkan hasil penelitian, 90% kelurahan di Kota Surakarta mengakui bahwa masyarakat di lingkungannya mendapatkan peningkatan skill dalam pembangunan infrastruktur, namun peningkatan skill tersebut berasal dari profesi atau pekerjaan sehari-hari. Adapaun kelurahan yang masyarakatnya tidak mendapatkan peningkatan skill daisebabkan oleh kecenderungan masyarakat untuk menyewa pembaorong atau kontraktor di dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur.

Selanjutnya indikator ke-5 yaitu indikator pertumbuhan organisasional yang menunjukkan bahwa adanya pemilihan panitian pembangunan secara langsung oleh masyarakat. Dalam hal ini, 60% kelurahan di Kota Surakarta mengakui bahwa panitia pembangunan di lingkungan mereka dipilih secara langsung oleh masyarakat. Sedangkan 40% kelurahan menyatakan bahwa panitia pembangunan dipilih oleh Lurah dan LPMK setempat.

Indikator bentuk partisipasi masyarakat yang ke-6 adalah perilaku kelompok, yang menunjukkan adanya kerelaan masyarakat dalam membantu terwujudnya program pembangunan. Hal ini dapat terlihat apabila di dalam pelaksanaannya pembangunan mengalami kekurangan dana, maka masyarakat rela menyumbangkan dana miliknya sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, 70% kelurahan di Kota Surakarta menyatakan bahwa masyarakatnya mau secara sukarela membantu terwujudnya pembangunan infrastruktur di lingkungan mereka. Adapun 30% kelurahan yang lainnya mengakui bahwa masyarakat di lingkungannya cukup sulit untuk dimintai sumbangan, terutama dalam hal dana pembangunan karena merasa cukup dengan adanya DPK saja.

Kemudian indikator yang ke-7 adalah kekuasaan kelompok yang dapat ditunjukkan dengan pengetahuan masyarakat mengenai kebijakan pemerintah yang berlaku dalam penyelenggaraan musrenbangkel. Berdasarkan hasil penelitian, 60% kelurahan di Kota Surakarta menyatakan bahwa masyarakatnya

commit to user

sudah paham mengenai peraturan yang berlaku di dalam pelaksanaan musrenbangkel. Pengetahuan tersebut didapat dari sosialisasi yang dilakukan oleh Kelurahan dan LPMK setempat. Sedangkan 40% kelurahan di Kota Surakarta mengakui bahwa hanya sebagian saja masyarakat yang mengetahui peraturan yang berlaku di dalam musrenbangkel, karena masyarakat cenderung mempercayakan penyelenggaraan musrenbangkel sepenuhnya kepada panitia.

Tabel 4.1

Persentase Kelurahan Berdasarkan Bentuk Partisipasi Masyarakatnya No Indikator Bentuk Partisipasi Masyarakat

Persentase Kelurahan yang Memenuhi Syarat

1 Indikator ekonomis menunjukkan adanya keuntungan material yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun oleh program pembangunan

90%

2 Indikator organisaional menunjukkan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan mengenai organisasi pengelola program pembangunan

100%

3 Indikator partisipasi dalam aktivitas proyek menunjukkan tingkat kehadiran masyarakat di dalam musrenbangkel

90%

4 Indikator momentum pembangunan menunjukkan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur, meliputi pelatihan dan peningkatan skill

90%

5 Indikator pertumbuhan organisasional menunjukkan bahwa adanya pemilihan panitian pembangunan secara langsung oleh masyarakat

60%

6 Indikator perilaku kelompok menunjukkan adanya kerelaan masyarakat dalam membantu terwujudnya program pembangunan

70%

7 Indikator kekuasaan kelompok menunjukkan pengetahuan masyarakat mengenai kebijakan pemerintah yang berlaku dalam penyelenggaraan musrenbangkel

60%

Sumber: Data diolah, 2012 (Berdasarkan Sampel Kritis 10 Kelurahan)

commit to user

B. ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT KOTA SURAKARTA

DALAM

KEGIATAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Di dalam penjelasan pada bab metodologi penelitian yang sudah ada sebelumnya, analisis tingkat partisipasi masyarakat digunakan untuk mengetahui apakah masyarakat Kota Surakarta telah berpartisipasi aktif di dalam perencanaan pembangunan infrastruktur atau hanya sekedar pasif. Analisis mengenai tingkat partisipasi masyarakat didasarkan pada data mengenai aktor yang berperan dalam pengambilan keputusan untuk kemudian diklasifikasikan berdasarkan indikator- indikator yang diperoleh dari teori tangga partisipasi Arnstein.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditemukan beberapa jenis kondisi partisipasi masyarakat Kota Surakarta di dalam kegiatan musrenbangkel. Setidaknya ditemukan 6 jenis kondisi partisipasi masyarakat yang berbeda berdasarkan indikator tingkat partisipasi. Jenis kondisi partisipasi masyarakat tersebut menentukan tingkat partisipasi masyarakat Kota Surakarta dalam musrenbangkel.

Tabel 4.2

Persentase Kelurahan dengan Pola Tingkat Partisipasi Masyarakatnya No Kondisi Partisipasi Tingkat Partisipasi Persentase

Sumber: Data diolah, 2012 (Berdasarkan Sampel Kritis 10 Kelurahan) Penjelasan mengenai jenis kondisi partisipasi masyarakat Kota Surakarta dalam musrenbangkel dijelaskan dalam Tabel 4.3

Tabel 4.3

Variasi Kondisi Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Indikator Tingkat Partisipasi

No Indikator

1 Sumber usulan

Masyarakat mengenai

Masyarakat Masyarakat yang Masyarakat yang Masyarakat yang Masyarakat yang

yang program

mengusulkan pembangunan

mengusulkan

2 Pengetahuan

Masyarakat tahu masyarakat

Masyarakat Masyarakat tahu Masyarakat tahu Masyarakat tahu Masyarakat tahu

program yang mengenai

tahu

program yang

program yang

program yang

program yang

diusulkan program

3 Akses masyarakat Masyarakat Masyarakat bisa

Masyarakat yang Kritik dari masyarakat Masyarakat terhadap

Masyarakat

dipertimbangkan untuk yang keputusan akhir

memutuskan program prioritas

penjelasan

pertimbangan

penjelasan dari

karena ada

dimusyawarahkan lagi

4 Kepastian

Pasti, tidak program usulan

Pasti, tidak

Belum Pasti,

Pasti, pengalihan Pasti, pengalihan Belum Pasti,

mungkin ada akan

mungkin ada memungkinkan

hanya mungkin hanya mungkin

memungkinkan ada

pengalihan direalisasikan

pengalihan

ada pengalihan

jika ada bencana jika ada bencana pengalihan

5 Aktor yang

Belum

Perwakilan

Lurah, Ketua

Masyarakat

Panitia Pembangunan Belum pernah

berperan apabila pernah

masyarakat, PPK LPMK dan PPK terkait, Lurah,

Kelurahan (PPK)

terjadi

perubahan terhadap usulan

terjadi perubahan terjadi

dan LPMK

LPMK dan PPK

perubahan

6 Akses terhadap

Diputuskan Pemkot,

Diputuskan

Pemkot, dikelola ada

sumber dana yang Pemkot,

Pemkot, dikelola Pemkot, dikelola Pemkot, dikelola dikelola masyarakat

Partnership PARTISIPASI

Sumber: Data diolah, 2012 (Berdasarkan Sampel Kritis 10 Kelurahan)

46

commit to user

Berdasarkan kriteria penilaian tingkat partisipasi masyarakat seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat Kota Surakarta dalam forum musrenbangkel masih belum cukup aktif. Hal tersebut dibuktikan dengan kebanyakan wilayah kelurahan dengan tingkat partisipasi Placation. Pada tingkatan partisipasi ini, masyarakat Kota Surakarta belum mampu memberikan peran yang cukup kuat dalam pengambilan keputusan, khususnya dalam menentukan program prioritas pembangunan kelurahan. hal tersebut disebabkan oleh wewenang panitia musrenbangkel yang terlalu dominan di dalam menentukan keputusan hasil musrenbangkel. Selain itu, pasifnya partisipasi masyarakat juga disebabkan oleh ketidak-pastian keputusan akhir musrenbangkel dilaksanakan apa adanya. Hal tersebut dibuktikan dengan masih adanya program-program baru yang bermunculan, dimana program-program tersebut tidak diusulkan sebelumnya.

Tingkat partisipasi masyarakat yang pasif ternyata tidak terjadi pada semua wilayah kelurahan di Kota Surakarta. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa kelurahan yang memiliki tingkat partisipasi masyarakat aktif, yaitu pada tingkatan Partnership. Perbedaan pada tingkatan partisipasi masyarakat ini disebabkan oleh adanya proses “mendengar” dan “kroscek” yang dilakukan oleh panitia musrenbangkel di dalam penentuan program prioritas.