TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

D. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Penentuan Narasumber

Keberadaan narasumber dalam Penelitian ini sangat penting karena merupakan sumber utama dari data primer yang akan digunakan di dalam penyusunan kesimpulan. Menurut Fradley (dalam Bungin, 2003: 54) setidak- tidaknya, ada 5 macam kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan narasumber/informan, yaitu:

a. Informan telah cukup lama terlibat dengan hal yang dijadikan oleh fokus Penelitian,

b. Informan masih terlibat kegiatan dan berkecimpung dalam hal yang diangkat sebagai fokus Penelitian,

commit to user

33

secara wawancara sehingga tidak ada desakan maupun paksaan karena keterbatasan waktu yang ada,

d. Informan tidak dalam sebuah “settingan” sehingga informasi tidak dibuat- buat dan jujur apa adanya, dan

e. Kriteria yang terakhir adalah informan yang ada masih kurang mengerti tentang sebuah Penelitian, sehingga Penulis perlu memperbanyak tindakan mencari informasi sampai informan mengerti apa tujuan dari Penelitian ini sehingga hasil yang diharapkan informan dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan pembicaraan antara informan dan peneliti.

Dari kriteria diatas, maka diputuskan bahwa informan yang menjadi narasumber di dalam penelitian ini adalah Peserta Musrenbangkel di Kota Surakarta

2. Pengambilan Sampel

Penentuan sampel digunakan untuk mempermudah langkah penelitian sehingga penelitian menjadi lebih efektif dan efisien, baik dari segi waktu, biaya dan tenaga tanpa mengabaikan esensi dari penelitian.

Di dalam penelitian ini, pengambilan sampel terdiri dari beberapa tahap. Pengambilan sampel juga dilakukan dengan menggunakan beberapa metode pengambilan sampel. Untuk mendukung analisis terhadap data yang diperoleh, maka penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non-probability sampling, yang artinya tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel berdasarkan pembagian wilayah (area sampling) dalam mengambil sampel dari populasi, sehingga sampel yang diambil berupa wilayah. Kemudian untuk menentukan wilayah mana saja yang dijadikan sampel digunakan metode pengambilan sampel kritis (critical sampling). Critical sampling merupakan metode pengambilan sampel yang didasarkan pada perbedaan case yang dianggap kritis (Slamet, 2000). Dalam penelitian ini case yang dipertimbangkan adalah karakter khusus yang dimiliki oleh kelurahan-kelurahan di Kota Surakarta dalam konteks penyelenggaraan perencanaan pembangunan daerah (musrenbangkel). Karakter khusus tersebut didapat berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yaitu

commit to user

34

terkecil di setiap kecamatan di Kota Surakarta.

Gambar 3.1 Alur Pengambilan Sampel Menggunakan Metode Critical

Sampling Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Kota Surakarta 5 kecamatan (51

kelurahan)

Kelurahan-kelurahan dengan case ekstrim di setiap kecamatan

Perwakilan kelurahan dengan case perolehan DPK tertinggi:

1. Pajang 2. Tipes 3. Semanggi 4. Mojosongo 5. Kadipiro

Perwakilan kelurahan dengan case perolehan DPK terrendah:

1. Laweyan 2. Jayengan 3. Kauman 4. Kepatihan Kulon 5. Kestalan

commit to user

35

Di dalam melaksanakan kegiatan pemgumpulan data, digunakan beberapa metode sebagai berikut:

1. Studi Dokumen

Studi dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi data-data awal yang dijadikan sebagai awal mula dari pengumpulan data. Kegiatan studi dokumen dilakukan terhadap data instansional, dalam hal ini yaitu data mengenai hasil musrenbangkel dan realisasinya di lapangan.

2. Wawancara

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bertahap. Di dalam metode ini, peneliti tidak harus terlibat di dalam kehidupan sosial informan. Kehadiran peneliti dalam melakukan wawancara untuk mempelajari objek Penelitian dapat dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terbuka (Bungin, 2007). Dalam metode ini, dilakukan wawancara secara bebas dan mendalam, namun kebebasan dalam hal ini tetap terkait dengan pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada informan.