TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

1. Musyawarah Rencana Pembangunan Kelurahan

Musyawarah Rencana Pembangunan atau biasa disebut Musrenbangkel, adalah forum perencanaan pembangunan di tingkat kelurahan.

“Musrenbangkel berkedudukan sebagai forum tahunan stakeholders di tingkat kelurahan dalam penyusunan dan penetapan rumusan kegiatan serta Daftar Skala Prioritas kegiatan pembangunan, yang hasilnya sebagai rujukan kegiatan pembangunan tahun berikutnya. ”(Perwali Surakarta No.18-A tahun 2009)

Proses Musrenbangkel di Kota Surakarta dimulai dengan adanya instruksi formal yang diberikan oleh Bappeda kepada seluruh kelurahan di kota Surakarta. Selanjutnya masing-masing kelurahan melakukan sosialisasi kepada ketua Rukun Warga (RW) untuk kemudian ketua RW melakukan sosialisasi kepada masing- masing ketua Rukun tetangga (RT) dan organisasi kemasyarakatan (ormas) serta

commit to user

21

paguyuban yang ada di wilayahnya. Kemudian, masing-masing RT mengadakan musyawarah atau rembug bersama warga untuk menghasilkan usulan-usulan pembangunan yang akan dilaksanakan pada 1 tahun berikutnya, usulan-usulan program pembangunan ini kemudian disusun dalam “Form I”. Pada saat yang bersamaan, ormas-ormas dan paguyuban-paguyuban setempat juga membuat usulan-usulan sesuai dengan kebutuhan mereka yang kemudian disusun dalam “Form III”.

Selanjutnya usulan-usulan yang telah disusun dalam Form I dan Form III dikumpulkan kepada ketua RW. Usulan-usulan yang terdapat didalam Form I dan Form III kemudian dirangkum oleh ketua RW dalam suatu dokumen yang disebut

“Form II”. Form II ini-lah yang merupakan bahan utama penyusunan program pembangunan di lingkungan kelurahan.

Tahap selanjutnya adalah tahap Pra musrenbangkel. Pada tahap ini dibentuk panitia yang beranggotakan masyarakat. Panitia ini bertugas untuk mempersiapkan forum musrenbangkel serta mendukung keberhasilan proses musrenbangkel. Pada tahap ini juga dipersiapkan materi yang akan dibahas di dalam musrenbangkel. Materi ini berisi gabungan dari keseluruhan usulan pembangunan yang diajukan oleh masyarakat dengan berbagai sumber pendanaannya. Setelah seluruh persiapan matang, musrenbangkel-pun dilaksanakan selambat-lambatnya pada awal bulan Februari (Perwali Surakarta No.18-A tahun 2009).

Pada forum musrenbangkel inilah seluruh perwakilan RT, RW, organisasi kemasyarakatan dan paguyuban bertemu secara langsung untuk bersama-sama menentukan program pembangunan apa saja yang menjadi program prioritas dalam pembangunan kelurahan pada tahun yang akan datang.

Gambar 2.3

Alur Form Usulan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kota Surakarta

Sumber: Bappeda Kota Surakarta

22

commit to user

Pembangunan kelurahan dibiayai dari berbagai sumber. Sumber-sumber pembiayaan tersebut antara lain: APBD Kota Surakarta; Swadaya Masyarakat; PNPM dan Swasta. Namun, di Kota Surakarta, masyarakat kelurahan lebih mengandalkan sumber dana dari pemerintah kota, yaitu APBD. Pembiayaan pembangunan kelurahan yang bersumber dari APBD, dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan pengelolanya:

1) Dana operasional SKPD dana ini digunakan untuk membiayai pembangunan-

pembangunan yang dikelola langsung oleh SKPD Kota Surakarta seperti: PU, BLH, Bapermas dll.

2) Dana Pembangunan Kelurahan (DPK), dana ini digunakan untuk membiayai

pembangunan-pembangunan yang dikelola oleh masyarakat dengan pengawasan dari pemerintah Kota Surakarta. DPK ini juga digunakan untuk memacu swadaya masyarakat. Oleh karena itu, di dalam pelaksanaannya, DPK selalu didampingi oleh pembiayaan yang berasal dari masyarakat sendiri.

“Dana Pembangunan Kelurahan (DPK) adalah adalah bantuan keuangan Pemerintah daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta ditujukan kepada masyarakat melalui SKPD Kelurahan untuk digunakan membiayai kegiatan pembangunan kelurahan, sesuai prioritas yang ditetapkan dalam Musrenbangkel tahun sebelumnya, meliputi Biaya Pelaksanaan Kegiatan dan Biaya Operasional Kegiatan.” . (Perwali Surakarta No.18-A tahun 2009).