METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar adalah metode yang di gunakan sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang memusatkan perhatian dan permasalahan yang ada pada masa

sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis dan disimpulkan dalam konteks teori-teori yang ada dari penelitian terdahulu. Penelitian deskriptif yang baik merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk penelitian analitis (Surakhmad, 1994).

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Metode pengambilan daerah dilakukan secara purposive, yaitu pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang diketahui dari daerah penelitian tersebut (Singarimbun, 1995). Daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Bojonegoro dengan pertimbangan Provinsi Jawa Timur

memiliki kawasan hutan seluas 1.363.719 ha (Anonim b , 2012). Kabupaten Bojonegoro memiliki luas wilayah hutan yang luas yaitu 14,96 km 2 sehingga mampu menyediakan bahan baku Agroindustri Tunggak kayu (Anonim c ,2012).

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer Data primer diperoleh dengan cara melakukan deep interview dengan mantri tani, mantri statistik, dan mantri ekonomi di masing-masing kecamatan di seluruh Kabupaten Bojonegoro. Data yang di dapatkan tentang agroindustri dari masing-masing kecamatan berupa jumlah unit usaha, jangkauan atau kondisi pemasaran, ketersedian bahan baku atau sarana produksi dan kontribusi agroindustri terhadap perekonomian. Selain itu, dalam penelitian

21

commit to user

ini juga dilakukan wawancara dengan pemilik dan pelaku agroindustri tunggak kayu serta melibatkan Staf Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bojonegoro, Dinas Perindustrian Perdagangan, Kepala BAPPEDA Kabupaten Bojonegoro. Data yang diperoleh adalah tentang strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang) dan (ancaman) threats dari agroindustri.

2. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang dihimpun dalam bentuk yang sudah ada atau sudah jadi serta dapat dipublikasikan data tersebut sudah dikumpulkan dan diolah lembaga atau perusahaan. Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder dari penelitian ini berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bojonegoro ADHK 2000 tahun 2007-2010, dan Bojonegoro Dalam Angka 2011. Data sekunder ini didapat dari BPS Kabupaten Bojonegoro dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bojonegoro.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut :

1. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan panduan berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Data yang didapat dari wawancara antara lain jenis agroindustri di Kabupaten Bojonegoro , SWOT dari agroindustri dan peta rantai usaha agroindustri.

2. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap sasaran penelitian untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penelitian. Data yang diperoleh adalah proses produksi tunggak kayu.

3. Pencatatan, teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat hasil wawancara pada daftar pertanyaan dan mencatat data sekunder dari instansi yang terkait

commit to user

dengan penelitian. Data yang diperoleh adalah hasil wawancara dan data dari BPS.

E. Metode Analisis Data

1. Identifikasi Peta (Sebaran) Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro

Untuk melakukan identifikasi potensi agroindustri tunggak kayu di Kabupaten Bojonegoro dilakukan dengan melakukan survei langsung ke semua kecamatan yang ada di Bojonegoro (27 kecamatan). Teknik survei dilakukan dengan melakukan depth interview dengan 3 pihak (stake holder) yang diasumsikan memahami kondisi dan potensi agroindustri disetiap wilayah kecamatan yaitu mantri statistik, mantri tani dan mantri ekonomi. Data agroindustri yang diperoleh kemudian ditabulasi dan diolah sehingga akan diperoleh peta (sebaran) agroindustri tunggak kayu diseluruh wilayah Kabupaten Bojonegoro.

2. Identifikasi Potensi Agroindustri Tunggak Kayu di Tingkat Kecamatan Dengan Analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Metode Perbandingan Eksponensial merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan menggunakan criteria jamak. Teknik ini digunakan untuk membantu individu dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Metode perbandingan eksponensial mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor yang menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) sehingga mengakibatkan urutan prioritas keputusan lebih nyata (Marimin, 2004).

Pemilihan setiap alternatif agroindustri ditetapkan berdasarkan penelitian/pendapat narasumber yang diperoleh melalui pertemuan atau kunjungan ke kecamatan dengan nara sumber yaitu mantri tani, mantri

commit to user

ekonomi dan mantri statistika. Kriteria dan bobot yang digunakan dalam analisis agroindustri di setiap kecamatan yang digunakan untuk menentukan posisi agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro menggunakan ketentuan dari Bank Indonesia (2010) sebagai berikut:

a. Jumlah unit usaha/rumah tangga pelaku agroindustri (nilai bobot 3)

b. Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditi/produk (nilai bobot 4)

c. Ketersediaan bahan baku/sarana produksi agroindustri (nilai bobot 3)

d. Kontribusi agroindustri terhadap perekonomian daerah (nilai bobot 8) Berdasarkan analisis MPE ditetapkan maksimal 5 (lima) agroindustri unggulan untuk setiap kecamatan. Adapun formulasi analisis Metode Perbandingan Eksponensial diadopsi dari Marimin (2004) yaitu sebagai berikut :

Keterangan: TNi

= Total nilai alternatif ke (i) RK ij = Derajat kepentingan relatif criteria ke-j pada pilihan keputusan i TKK ij = Derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j, TKK > 0 ; bulat

= 1,2,3…n ; n= Jumlah pilihan keputusan

= Jumlah Kriteria keputusan Berdasarkan hasil formulasi Metode Perbandingan Eksponensial di seluruh kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, maka akan diketahui potensi agroindustri Tunggak Kayu di setiap kecamatan.

3. Identifikasi potensi Agroindustri Tunggak Kayu di Tingkat Kabupaten dengan Analisis Metode Borda.

Metode Borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan peringkat (Marimin, 2004). Metode Borda dapat digunakan sebagai analisa

Total Nilai (TNi) = ∑ m j-1 (RKij) TKKj

commit to user

lanjutan dari Metode Perbandingan Eksponensial. Nilai Borda menunjukkan peringkat keputusan yang nyata. Dengan Metode Borda maka akan diketahui potensi agroindustri Tunggak Kayu tingkat Kabupaten di Kabupaten Bojonegoro.

Adapun formulasi untuk perhitungan menggunakan metode Borda adalah sebagai berikut:

Keterangan :

X = Agroindustri X

Nilai MPE

= Metode Perbandingan Eksponensial

Nilai rangking = Nilai rangking agroindustri X Berdasarkan formulasi analisis Metode Borda dapat diketahui potensi agroindustri Tunggak Kayu ditingkat Kabupaten Bojonegoro.

4. Strategi Pengembangan Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro

Strategi pengembangan awal menggunakan analisis SWOT yang berguna untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi oleh pelaku agroindustri yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

Nilai Borda

X = Σ (MPE X * Nilai ranking dari alternatif agroindustri)

commit to user

Tabel 3. Matriks SWOT

Strenght (S) Menentukan

5-10

faktor-faktor kekuatan internal

Weakness (W) Menentukan

5-10 faktor-faktor kelemahan internal

Opportunities (O) Menentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal

Strategi S-O Menciptakan

memanfaatkan peluang

Strategi W-O Menciptakan

strategi

yang

meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang Threats (T) Menentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

Strategi S-T Menciptakan

mengatasi ancaman

Strategi W-T Menciptakan

strategi

yang

meminimalkan kelemahan

dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2001 Untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro digunakan analisis Matriks SWOT. Matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu stategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies).

5. Value Chain Map dari Agroindustri Tunggak Kayu di Kabupaten Bojonegoro Untuk analisis rantai nilai (value chain map) dilakukan secara derskriptif dengan mengolah data mengenai rantai nilai setiap agroindustri tunggak kayu kemudian dipaparkan dalam bentuk tabel informatif. Adapun

commit to user

analisis value chain map Agroindustri Tunggak Kayu meliputi peran pemasok, peran pengolah, peran pemasar, pelaku, bentuk produk, daya tawar pelaku terhadap harga dan kualitas, harga produk, keuntungan, sistem pembayaran, metode pembayaran, keinginan atau standar yang disukai pembeli produk dan lembaga pendukung agroindustri.

commit to user