Pemetaan Agroindustri Tunggak Kayu Di Kabupaten Bojonegoro
A. Pemetaan Agroindustri Tunggak Kayu Di Kabupaten Bojonegoro
Pemetaan agroindustri merupakan peta yang menggambarkan keberadaan suatu agroindustri pelaku agroindustri, bentuk dari produk agroindustri, harga produk dan lembaga pendukung agroindustri. Pemetaan dapat diartikan sebagai gambaran potensi dari suatu unit bisnis atau usaha dalam suatu wilayah. Selain itu juga bisa menunjukkan produk komoditas unggulan di wilayah bersangkutan. Dalam proses pemetaan, pengumpulan data merupakan proses yang sangat menentukan keberhasilan proses pemetaan.
Berdasarkan pengumpulan data dari seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bojonegoro (27 kecamatan) didapatkan data bahwa Agroindustri tunggak kayu berada di Kecamatan Margomulyo. Identifikasi posisi agroindustri tunggak kayu tingkat kecamatan di Kabupaten Bojonegoro melalui Metode Perbandingan Eksponensial adalah sebagai berikut : Total Nilai (TNi) = ∑ m j-1 (RKij) TKKij
Total Nilai (TNi) = (8) 3 + (8,67) 4 + (7) 3 + (7,67) 8
Total Nilai (TNi) = 11.942.327 Bobot yang diberikan untuk masing-masing agroindustri berbeda-beda
yaitu untuk kriteria tentang jumlah unit usaha atau rumah tangga pelaku agroindustri diberi nilai bobot 3, kriteria tentang pasar tentang jangkauan pemasaran komoditi atau produk diberi nilai bobot 4, kriteria tentang ketersediaan bahan baku usaha atau sarana produksi agroindustri diberi nilai bobot 3 dan criteria tentang kontribusi agroindustri terhadap perekonomian daerah diberi nilai bobot 8. Kriteria dari masing-masing agroindustri diberi nilai skor yang berbeda-beda dari setiap responden. Nilai yang didapat dari ketiga responden untuk masing-masing kriteria akan diambil nilai rata-ratanya
40
commit to user
kemudian dipangkatkan bobot yang berbeda-beda sesuai dengan kriterianya dan dihasilkan nilai MPE. Dari nilai MPE inilah akan didapat posisi agroindustri di masing-masing kecamatan.
Agroindustri yang ada di Kecamatan Margomulyo antara lain sebagai berikut: Tabel 13. Peringkat Agroindustri Unggulan di Kecamatan Margomulyo
No. Komoditas/Produk
Peringkat
Nilai MPE
Kerajinan Tunggak Kayu
11.942.327
2 Tempe/tahu
2 391.500
3 Olahan singkong
5 225.733 Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011
Produk agroindustri unggulan pertama di Kecamatan Margomulyo yaitu kerajinan tunggak kayu karena meningkatkan perekonomian setempat, sudah mempunyai pasar, tenaga kerja tersedia, namun modal yang dimiliki pengrajin masih lemah. Urutan kedua yaitu tempe/tahu. Bahan baku agroindustri tempe/tahu tersedia dan dibutuhkan masyarakat setiap hari. Kelemahan dari usaha ini yaitu pemasarannya masih lokal, dan masih menggunakan peralatan sederhana Urutan ketiga yaitu agroindustri olahan singkong. Agroindustri olahan singkong bahan bakunya mudah didapat dan berproduksi setiap hari, namun masih menggunakan peralatan sederhana. Agroindustri urutan keempat yaitu walangan. Bahan baku agroindustri walangan tersedia, pembuatan mudah, dan ada permintaan. Agroindustri urutan kelima yaitu marning. Agroindustri marning bahan bakunya mudah didapat dan pembuatannya mudah. Kelemahan dari kedua usaha ini yaitu modal yang dimiliki pengrajin lemah.
Kecamatan Margomulyo merupakan sentra dari kerajinan Tunggak Kayu yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Kecamatan Margomulyo terdiri
commit to user
dari enam desa yaitu desa Ngelo, Kalangan,Margomulyo, Sumberjo, Meduri dan Geneng. Desa Geneng merupakan desa yang memiliki jumlah pelaku ataupun pemilik agroindustri Tunggak kayu yaitu sebanyak 52 unit usaha agroindustri tunggak kayu dengan jumlah tenaga kerja 217 orang. Desa lainnya yaitu Desa Sumberjo memiliki unit agroindustri sebanyak 5 unit usaha dengan jumlah tenaga kerjanya 26 orang, untuk Desa Meduri memiliki 6 unit usaha agroindustri tunggak kayu dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 32 orang (Margomulyo Dalam Angka,2011).
Desa Geneng merupakan sentra kerajinan berbahan baku “gembol” atau tunggak (akar kayu jati). Jumlah pengerajin yang ada di Desa Geneng Kecamatan Margomulyo sebanyak 35 pengrajin dan 10 unit usaha yang telah memasarkan secara ekspor. Kebutuhan bahan baku sebanyak 750 tunggak per hari. Bahan baku berasal dari pembelian dari Perum Perhutani KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Padangan, KPH Jatirogo, KPH Cepu dan KPH Nganjuk melalui ijin pemanfaatan atau pengembalian yang ditetapkan dengan memperhatikan azas kelestarian dan konservasi. Pasar utama kerajinan Tunggak Kayu adalah Bali, Yogyakarta, Magelang, Bogor, Sukabumi. Disamping itu juga diekspor ke USA, Kanada, Brunai Darusallam dan Malaysia dengan rata-rata ekspor 350 buah per 3 (tiga) bulan (Selayang Pandang Dinas Perhutanan dan Perkebunan, 2011).